Share

Awal Pertemuan

🌺 Happy Reading 🌺

"Oh ya, Dek, Kakak jadi penasaran kamu tahu dari mana kalo Kakak mau dijodohkan? Dan siapa laki-laki itu? Apa kamu mengetahuinya?" tanya Kurenai dengan tatapan serius.

"Oh itu. Azura tau dari Ayah sama Ibu. Temannya itu sering beberapa kali bertemu sama Ibu untuk menanyakan kepulangannya Kakak, dan membicarakan niatnya untuk menjodohkan Kakak. Terus, ya, Ibu terima. Katanya Ibu sih, ini yang terbaik buat Kakak untuk melupakan mantan Kakak yg berengsek itu. Siapa itu namanya? Aku pun sampai lupa namanya," balas Azura juga dengan serius.

"Dan yang Azura tahu, laki-laki itu adalah CEO dari Eshine Grup yang perusahaan nomor 1 di Asia itu. Kakak tahu, nggak?" tanyanya pada kakaknya.

"Enggak dan nggak penting juga," jawabnya enteng.

"Eh, dia tahu, nggak, yah, kalo aku adalah seorang dokter?" tanyanya pada adik kesayangannya.

"Setahu aku, sih, enggak, karrna Ibu mengenali Kakak hanya sebagai pemilik cafe yg baru dibangun itu, bukan sebagai dokter, karena kan itu permintaan Kakak dari dulu yang nggak mau orang tahu kalo Kakak seorang dokter," jawab Azura yang sudah mengenali watak kakaknya.

Kurenai adalah sosok yang sedikit tertutup dengan masalah pribadi apalagi tentang profesinya sebagai dokter. Setiap ada laki-laki yang mendekatinya dia hanya mengatakan bahwa dia hanyalah seseorang yang baru merintis karirnya dengan membuka cafe sederhana yg dia bangun di sela-sela kesibukanya dengan pertolongan ayahnya. Dia menyembunyikan profesinya sebagai dokter agar dia bisa melihat apakah laki-laki akan memandang rendah dirinya atau tidak, jika profesinya hanya seorang pengusaha kecil yg baru merintis karirnya sebagai pemilik cafe yg sederhana itu.

"Baguslah kali begitu, aku jadi lega," ujarnya dengan santai.

"Lagian kenapa, sih, Kak, harus bohong? Nggak baik, tahu. Entar kalo Kakak nikah, terus ketahuan gimana?"

"Ya, aku melakukan semua ini agar bisa tahu laki-laki akan memandang remeh aku atau tidak. Itu aja sih. Karena mereka pasti hanya berpikir kenapa putri pertama keluarga Victorus hanya bekerja mengolah cafe sederhana miliknya sedangkan putri keduanya memegang kendali perusahaan ayahnya."

"Di situ, pasti banyak yang berpikir Kurenai tidak seistimewa Azura, adiknya. Kalo masalah ketahuan nanti setelah menikah, ya, pasti kakak akan menjelaskan dengan baik-baik, lah, agar dia nantinya mengerti."

"Idih, itu namanya aku yg dijadikan umpanan agar semua yang mau berjodoh sama aku. Wallawee....~"

"Ya sudahlah, udah jam 7 nih, makan malamnya jam 8. Kakak siap-siap, sana! Aku juga mau balik kamar buat siap-siap. Bye bye, Kakakku Sayang!"

"Bye bye," Azura berjalan ke arah pintu dan menutupnya.

Dia pun tak membuang waktu lagi, dia langsung bergerak ke arah lemarinya dan mencari baju yang akan dia kenakan malam ini.

Dan pilihannya kedua adik kakak itu jatuh ke pada dress couple bermotif bunga. Kurenai yg anggun memakai dress bewarna hitam dan Azura terlihat imut dangan dress bewarna hijau lembut. Keduanya memang terlihat seperti bidadari yg turun.

Setelah selesai bersiap-siap, Kurenai dan Azura pun keluar dari kamar mereka bersamaan. Mereka berdua langsung turun ke bawah lantai dasar rumahnya untuk bertemu dengan ayah dan ibunya.

"Halo, Ayah, Ibu!" ucap Kurenai sambil berlari memeluk ayah dan ibunya yang sedang duduk di sofa di ruang keluarga.

"Halo, Sayang, Anak Ibu, Ibu kangen banget sama kamu, Nak." ucap Ibu hingga mengeluarkan air matanya.

"Ih, Ibu jangan nangis dong, kan, Kurenai udah di sini. Kurenai akan menetap di sini dan mulai praktek di sini bareng Reza dan Freya, Bu," ucapnya sambil tersenyum.

"Iyah, Bu. Kurenai, putri kita ini, tidak akan pernah pergi lagi ke mana pun. Dia akan selalu di sini bersama kita sekarang," ucap Ayah tidak kalah serius dengan senyuman.

"Hehehe iyah, Ibu. Lagian kan Kakak sudah mau nikah, jadi gimana dia mau pergi-pergi lah kalo si doinya aja netap di sini," ucap Azura mengejek kakaknya.

"Azura, apakah kamu sudah memberitahukan masalah perjodohan ini ke Kakak kamu?" tanya Ibu dengan tatapan intimidasi.

"Iya, Ibu. Zzura sudah memberitahu Kakak."

"Benarkah itu, Kurenai? Apakah adikmu sudah bertanya kepadamu tentang perjodohan ini? Dan apa tanggapanmu, Sayang?" tanya ibu dan dianggukkan oleh sang ayah.

"Huft... Kurenai sebenarnya juga sangat surprise dengan perjodohan ini. Tapi menurut Kurenai, jika menurut Ayah dan Ibu itu yang terbaik, Kurenai akan menerima perjodohan ini. Karena menurut Kurenai, inilah saatnya Kurenai akan membahagiakan ayah dan juga ibu dengan menerima perjodohan ini," ucapnya serius menatap mata kedua orang tuanya.

"Kurenai juga yakin Ayah dan Ibu tidak akan pernah salah dalam menentukan keputusan di dalam hidup Kurenai," ucapnya dengan tersenyum meskipun dalam hatinya tidak yakin untuk menerima perjodohan ini tapi untuk kebahagian orang tuanya, dia akan mencoba menerimanya.

"Syukurlah jika kamu menerimanya, Nak. Ayah pikir kamu akan menolak dengan berkata, 'Ini kan bukan zaman Siti Nurbaya, Ayah', tapi ternyata kamu menerimanya, Sayang," ucap Ayah sambil mengejek anaknya.

"Ih, Ayah nggak tahu aja waktu tadi di kamar itu, dia sudah bilang begitu, tahu. Kasihan, kan, si Siti dibawa-bawa. Hahahahaha...." Azura tertawa lepas.

Ayah dan ibu pun ikut tertawa meninggalkan Kurenai yg menunjukkan muka kesalnya.

"Sudah, ih. Yang penting, kan, Kurenai sudah menerimanya, jadi nggak akan lagi ada namanya Siti," ucapnya mendengus kesal.

"Aduh, aduh, ya ampun, kakakku yang cantik ini jadi ngambek, ntar cepat tua loh kalo ngambekan, hahaha...." Kekehan dari Azura membuat Kurenai bertambah kesal.

"Udah, udah, Azura jangan buat Kakak kesal begitu dong. Ntar dia jadi nggak mood buat ketemu sama calonnya," ucap Ibu yg sedang berusaha mengubah mood dari Kurenai.

"Kurenai, anak Ayah, sekarang kamu sudah besar, Sayang. Dan sbentar lagi akan menikah. Ayah harap kamu bisa menjadi istri dan ibu yang baik buat keluarga kamu kelak, Sayang. Dan jangan pernah berpikir jika nanti kamu menikah, Ayah sama Ibu tidak akan sayang lagi sama kamu. Tidak, Sayang, Ayah dengan Ibu love you forever and nothing can change that," ucap Ayah serius dengan hampir meneteskan air matanya melihat anaknya sudah dewasa dan akan segera menikah.

"Semua hal yang telah Kurenai raih hingga saat ini, seluruhnya hanya dan karena untuk Ayah dan Ibu. Terima kasih, Ayah dan Ibu telah selalu jadi tempat Kurenai berpulang, telah selalu setia mendengar semua cerita Kurenai dan selama ini selalu menjadi pemberi saran terbaik bagi Kurenai," ucap Kurenai dengan air mata yg sudah mulai menetes.

"Yang seperti Ayah bilang tadi bahwa Ayah dan Ibu akan selalu ada buat Kurenai apapun yang terjadi. Kurenai akan selalu menjadi anak Ayah dan Ibu, Sayang," ucapnya sambil memeluk anak perempuannya dan menyambut istri dan azura agar mendekat dan memeluknya.

"Kita akan selalu bersama selamanya meskipun nanti akan ada new member di keluarga kita," ucap Ayah sambil memeluk ketiga wanita kesayangannya.

Tok... tok... tok....

"Masuk," ucap Ibu.

"Maaf, permisi, Tuan dan Nyonya Besar," ucap Bi Eva menunduk hormat.

"Itu di luar sudah ada tamu temannya Nyonya yang dulu pernah datang ke sini beserta dengan anaknya, Nyonya," ucap kepala pelayan rumah mereka.

"Baiklah, Bi, kami akan segera keluar," ucap Ayah sambil mengangkat tangannya menandakan agar kepala pelayan itu keluar.

"Baik, Tuan, saya permisi keluar," ucapnya menunduk hormat.

"Ya sudah, ayo kita semua keluar bertemu dangan Meta dan juga anaknya," ucap Ayah yang tidak ingin membiarkan tamunya itu menunggu lama.

"Tapi, Ayah," ucap Kurenai gugup.

"Ayolah, Kak, Kakak jangan gugup. Santai aja, kan di sini ada aku. Kasihan tamunya masak disuruh nunggu?" ucap Azura meyakinkan kakaknya yang terlihat gugup.

"Iya, Sayang, bersikaplah tenang seperti biasanya. Ayah dan Ibu mendukungmu," ucap Ibu dengan senyuman manisnya.

"Huft, baiklah, Ayah, Ibu, mari kita keluar," ucapnya sambil berdiri untuk meyakinkan dirinya sendiri.

Mereka berempat pun berjalan keluar ke arah ruang tamu untuk menemui tamunya yg tidak lain adalah Meta dan juga anaknya.

To Be Continue. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status