Share

LIMA

Penulis: Kireina76
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-18 18:22:03

Ruby enggan tinggal di New York. Satu-satunya alasan mengapa ia di sana ia ingin mewujudkan impiannya. Sekarang, Adam telah pergi. Apa yang bisa ia lakukan di sini selain menghabiskan uang keluarganya?

Ia bisa pindah dari apartemennya yang berada di Brooklyn ke sebuah penthouse  di Manhattan. Lalu menghabiskan uangnya dengan belanja pakaian, sepatu, dan keperluan wanita lainnya, tanpa merasa tidak enak hati karena Adam sudah tidak bersamanya lagi.

Ah, Adam.

Aneh sekali. Ruby memang merasa sedih, tetapi hanya sekadar itu. Ia tahu dirinya seharusnya sedih. Namun di sisi lain, ia merasa dirinya bebas. Ia bisa bebas berbelanja dan melakukan hal-hal yang menyenangkan.

Seperti siang ini. Ia menghabiskan waktunya di Manhattan Mall. Membeli beberapa pakaian dalam di Victoria’s Secret dan membeli beberapa sepatu di Nine West. Hari ini adalah surganya.

Di tengah-tengah ia mencari sepatu untuknya, ponselnya berbunyi. Telepon dari nomor tak dikenal. “Good afternoon, Beautiful Being.”

Tidak perlu waktu lama untuk mengenali suara itu. “How did you get my number?”

Pertanyaan bodoh. Pria itu bisa dengan gampang bertanya pada salah satu anggota keluarganya. Namun jawaban pria itu membuatnya terbelalak. “Dari pria yang kini menjadi mantan kekasihmu.”

You.. what?!”

“Ya, pria bernama Adam yang memberitahuku. Can we meet up? Where are you now?”

“Keberatan jika kamu jelaskan bagaimana Adam memberikan nomor teleponku?”

Meet me at the Central Park then. Now.”

Klik. Pria itu memutus sambungan begitu saja, tanpa peduli dengan jawaban Ruby. Huh. Dalam hati Ruby mengeluh sendiri, tidak adakah satupun pria yang bisa menghargainya? Atau ia memang bukan tipe perempuan yang pantas untuk dihargai?

Terus terang Ruby enggan menemui pria itu. Pria yang sama sekali tidak dikenalnya. Namun entah mengapa, Ruby ingin sekali membahas pernikahannya dengan pria itu. Setelah semalaman menangisi Adam, ia berpikir untuk  menikah saja dengan pria yang tidak dikenalnya.

Terdengar gila memang. Kegilaan sendiri sudah menjadi bagian hidup Ruby. Dibesarkan di keluarga yang tidak diragukan lagi kekayaannya, memiliki  ayah yang layaknya Don Juan meski sudah lama meninggal, serta kakak yang memiliki sifat seperti ayahnya.

Dan sekarang… keluarganya menjodohkannya dengan pria yang luar biasa tampan. Ya, sebenarnya, fisik bukanlah kriteria yang dicari Ruby. Entahlah. Ada sesuatu di dalam diri Attar, yang belum bisa dideskripsikan olehnya.

Attar adalah tipe pria yang diidamkannya tanpa sadar. Pria itu memiliki garis wajah yang tegas, dan di lain sisi, Ruby bisa melihat sifat humoris dalam diri pria itu.

Hah, mikir apa aku ini, desahnya. Kamu baru bertemu dengannya sekali, Ruby. Jangan bodoh. Pria yang telah bersamamu untuk waktu yang lama saja bsia meninggalkanmu!

Untuk alasan yang ia sendiri tidak tahu, Ruby melangkahkan kakinya untuk menemui Attar di taman.

***

Attar menatap pesan singkat dari kakak Ruby. Meskipun Edo pernah membatalkan pernikahannya dengan sepupunya, hubungannya dengan dirinya dan kakak Ruby  yang sempat dekat itu tidak terputus. Bahkan, dengan adanya perjodohan itu, hubungan keduanya semakin dekat.

Kini Attar berdiri di tengah keramaian Central Park, sebuah taman yang berada di Manhattan, dengan dua gelas cappuccino yang ia beli di Stumpton Coffee Roasters/

Selama menunggu Ruby, ia tertawa sendiri. Hah. Sejak kapan dirinya melakukan hal ini untuk perempuan? Perempuan yang belum dikenalnya—dan sangat cantik. Attar sering bertemu perempuan cantik, tapi tidak ada yang seperti Ruby. Ia sudah mengenal Ruby sejak dulu, jauh sebelum mereka saling mengenal.

Terakhir mereka bertemu sebelum malam itu ketika pesta pertunangan Edo dengan sepupunya, empat tahun yang lalu. Saat itu Attar sudah memperhatikannya, namun enggan mendekati perempuan itu.

Entahlah. Ia merasa, perempuan seperti Ruby sulit ditaklukkan. Apalagi saat itu Ruby tidak sendiri. Ia bersama pria yang kini ia tahu adalah mantan kekasih Ruby. Dan Attar merasa itu adalah peluang yang besar untuknya mendekati Ruby.

Dari jauh Attar melihat sosok perempuan dengan banyak plastik belanjaan di kedua tangannya. Ia tersenyum. “You’re late.”

“Ya, aku tahu. Aku sudah berjalan dengan sangat cepat, sampai aku lupa menaruh semua barang ini di mobil,” jawab Ruby.

“Kamu terlihat sangat excited.”

Oh, really? Cepat jelaskan padaku mengapa Adam bisa memberikan nomorku padamu, dan...”

“Dan kamu akan pergi?” sela Attar.  “Jangan mengira aku mengejarmu, Ruby. Kakekmulah yang meminta kita menikah.“

Ruby tergelak. “Kakek? Meminta kita menikah?“ Ruby menggeleng dengan tegas. “No way. Just so you know, kakekku sangat menyayangiku. Jadi, tidak mungkin dia memintaku menikah dengan seseorang yang tidak kukenal, oke?”

“Aku kira kasih sayang kakekmu sudah berkurang,” jawab Attar. “Beliaulah yang membiayai kedatanganku kemari. Beliau hanya ingin aku melamarmu. Dan kamu kira aku ingin melakukannya?”

“Jadi, kenapa kamu di sini, kalau kamu tidak ingin melamarku?”

Sekali lagi Attar menahan kesabarannya. Ya ampun. Belum ada perempuan yang sesadis ini padanya. “Hanya ingin membuat kesepakatan padamu.”

“Aku tidak akan menikah denganmu, cucu dari Bapak Hasyim Hardana.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Married to the Bad Guy   EPILOG

    “Bagaimana dengan kontrak itu? Ketika kamu bilang mengenai lamaran itu, aku teringat pada kontrak itu.” “Curse the contract. Kamu tidak akan meninggalkan suamimu yang satu ini, kan?” Attar terus mencium, menggigit, leher serta bahu istrinya. “I will never give up on you, Rubiniaku. You’re the light of my life, I love you so much. Way too much.” “Attar, katakan dulu apa yang terjadi dengan kontrak itu.” Ruby membalikkan tubuhnya dan menatap suaminya dengan penuh tuntutan. “Apa yang kamu lakukan dengan perjanjian itu?” “Well, aku tidak peduli dengan perjanjian itu. Kakekmu juga sudah tidak ada, bukan? Bahkan notaris yang menyaksikan perjanjian itu sudah pergi juga. Dan aku.” Attar terdiam sejenak. “Aku tidak perlu kontrak atau jaminan apa pun untuk memilikimu dan anak-anak.” “Benarkah?” “Mau taruhan? Sebelumnya, aku ingin tahu apakah aku masih kuat menggendongmu atau tidak.” Dengan tubuhnya yang kekar Attar ma

  • Married to the Bad Guy   SERATUS TUJUH PULUH DELAPAN

    ItaliaPemuda dengan memakai kemeja kotak-kotak menggandeng gadis kecil berambut panjang. “Papa!” teriak gadis kecil itu.“Miriam!” Attar menghampiri putri kecilnya dan menggendongnya. “Bagaimana jalan-jalannya dengan Kak Eda?”Tujuh tahun berlalu begitu cepat. Attar bersyukur, dengan kesehatannya yang semakin membaik, dan di usianya yang menginjak empat puluh, ia mendapat semuanya—anak-anak yang cantik dan tampan yang pintar—istri yang begitu sabar menghadapinya. Kehidupannya sangat sempurna tujuh tahun terakhir, setelah puluhan tahun sebelumnya ia habiskan dengan kebohongan dan kemarahan yang tak terkendali.Attar menamakan anak keduanya Miriam. Sebagai tanda hormatnya pada sang nenek yang sudah lama pergi. Nenek yang dicintai kakeknya, yang akan selamanya Attar kenang akan kebaikan sang kakek semasa hidupnya.Sebelum meninggalkan Hardana Land dan tinggal di Singapura, Attar melakuk

  • Married to the Bad Guy   SERATUS TUJUH PULUH TUJUH

    “Kata Tante Nina, Oom Attar tidak bisa bawa yang berat-berat dulu sejak serangan kayak Kakek.”Anak kecil tidak mungkin berbohong. Agar tidak membahas lebih lanjut, Attar bangkit dan mengajak istrinya untuk ke kamarnya yang berada di lantai yang sama. Sebelumnya ia menitip pesan pada Eda untuk menemani Kakek Malik dan Nenek Lenny di sana.Ketika Attar mendorong kursi roda istrinya ke kamar, sosok Kakek Gun dan keluarga Adiwangsa lainnya muncul. Mereka menjelaskan bahwa di luar macet sekali hingga Kakek Gun harus naik helikopter dari Menara Adiwangsa yang lokasinya tak jauh dari rumah.Kakek Gun meminta Ruby untuk beristirahat dulu sementara keluarga Adiwangsa menjenguk Hasyim. Ruby menolak, namun tak punya pilihan karena Edo dan Shera ikut mengkhawatirkan keadaannya.Begitu sampai kamar Attar membantu istrinya untuk bangun dan berbaring di tempat tidur. Dipastikannya kepala istrinya sudah nyaman dengan bantalnya. Kemudian ia duduk di tepi temp

  • Married to the Bad Guy   SERATUS TUJUH PULUH ENAM

    “Kakek saya tidak pernah terlihat sakit.”“Anda pun juga begitu. Tapi Anda pernah serangan juga, bukan?” Dokter Prapto, dokter yang sama yang menangani Attar ketika ia dirawat. “Sekarang temuilah anggota keluarga yang lain di lorong, Pak Attar.”Dengan lemas Attar keluar dari kamar kakeknya. Di lorong sudah ada semua anggota keluarga Hardana, termasuk dari keluarga menantu. Adam, Fariz, dan sepupu yang lain memeluknya, memberi semangat padanya.Attar menghampiri istrinya yang duduk di atas kursi roda di pojok sebelah ibunya. Sebelumnya Attar memeluk mama-papanya, dan meminta Eda untuk mendoakan kakek buyutnya agar cepat sembuh.Ia duduk di kursi yang paling dekat dengan istrinya. “Bagaimana ceritanya? Kata Pak Mahdi dia serangan di kamarmu.”Ruby mengangguk. “Kakek mengakui semuanya di depanku.”“Apakah kamu menyakitinya?”Mata Ruby menyipit. Apakah suaminya berni

  • Married to the Bad Guy   SERATUS TUJUH PULUH LIMA

    “Kakek Hasyim,” kata Ruby. “Ada perlu apa kemari?” Tidak perlu bertanya sebenarnya. Ia tahu apa yang ingin dikatakan kakek. Mengenai hubungan mereka yang sebenarnya. Tapi Ruby tidak tertarik. Yang diinginkannya adalah menemui Attar, membahas jenis kelamin bayinya.“Apakah Attar belum memberitahu bahwa aku…”“Kakekku? Sudah.”Ketenangan yang ditunjukkan Ruby membuat Hasyim terbelalak. “Kamu tidak marah atau benci padaku, Rubinia…”“Saya tidak punya pilihan, bukan,” jawab Ruby sinis. “Anda sudah mendapatkan apa yang Anda inginkan. Attar tidak dipenjara, dan saya telah menikah atas kehendak Anda.”“Ruby, saya tidak menyangka kamu berpikir seperti itu mengenai saya…” Hasyim mengira dirinya sudah baik pada cucunya yang satu ini. Ia telah lama berdiam diri dengan fakta yang ditelannya puluhan tahun. Dan reaksi Ruby adalah beban besar untuk

  • Married to the Bad Guy   SERATUS TUJUH PULUH EMPAT

    Armand memiliki temper yang sulit diduga. Ketika Edo masuk usia remaja, sikap Armand berubah pada putranya. Kasih sayang yang dulu disalurkannya pada anak-anaknya sirna begitu saja. Berganti dengan kemarahan karena anak-anaknya tidak ada yang menghargainya sebagai kepala rumah tangga, kebenciannya pada Gunawan yang tak pernah bersikap tegas padanya, bahkan seakan menunjukkan sikap tidak sayang pada anaknya dengan mendukung hubungan Armand dengan Hasyim.Hingga suatu hari Hasyim melakukan kesalahan.Dia tidak bisa mengekang dirinya untuk mengakui Armand. Pada acara open house Lebaran yang diadakan keluarga Adiwangsa, ia memanggil Ruby dengan sebutan yang tak biasa. “Hai, gadis kecil. Tidak salam pada kakekmu?”Ruby menoleh padanya dengan heran. Saat itu ia sudah remaja dan dia bukan cucu Hasyim. “Saya bukan Nina,” kata Ruby kikuk.“Tentu saja. Kamu Rubinia. Cucuku.”Percakapan mereka tidak berlanjut tatka

  • Married to the Bad Guy   SERATUS TUJUH PULUH TIGA

    “Mustahil untuk membuka pintu maafmu,” bisik Attar di lehernya. “Aku insyaf, lelaki yang kini menjadi suamimu lelaki yang serakah, meraup apa yang diinginkannya, dan sekarang kamu menyadarkan aku bahwa malaikat pun tak sanggup memaafkan aku.”“Aku bukan malaikat,” jawab Ruby, masih memunggungi suaminya. “Aku hanya wanita tolol yang mencintaimu.”“Aku tetap suamimu, Nia. It’s my duty to ease your ache, and…” “Berhentilah mengesankan kamu melakukan ini karena statusmu,” bentak Ruby. Ia berbalik menatap suaminya. “Bisakah sekali saja kamu katakan padaku, kamu merawatku, menolongku, karena kamu seorang manusia yang memiliki hati nurani? Seorang suami yang mencintai istrinya?”“Kalau pun aku mengatakannya, kamu tidak akan percaya lagi padaku,” jawab Attar kaku. “Aku tidak perlu membusakan mulutku dengan janji-janji lagi. Aku akan buktika

  • Married to the Bad Guy   SERATUS TUJUH PULUH DUA

    “Mengapa kamu di sini?”“Mengapa aku di sini?” Suara Attar meninggi mendengar pertanyaan istrinya. “Well, kenapa aku harus di tempat lain di saat istriku sedang dirawat?”“Kamu terbiasa di kantor setiap akhir tahun atau bersama Nina dan yang lainnya berpesta menyambut tahun baru.”“Aku tidak begitu semangat di Hardana Land untuk saat ini. Bagaimana menurutmu jika aku pindah ke perusahaan Stephen? Hm, Stephen ini teman Fariz yang waktu itu kuceritakan. Dia yang menawarkan aku jadi CEO di Osvaldo Property.”Ruby mengernyit tanda tidak setuju. “Itu artinya kita akan tinggal di Singapura?”“Kita bisa berpisah dan aku bisa pulang setiap akhir minggu. Yah, mungkin juga tidak, karena uangku tidak akan sebanyak saat di Hardana Land dan aku tidak bisa memesan pesawat pribadiku sesukaku di sana.”“Aku tidak setuju jika kita harus berpisah. Maksudku, kita

  • Married to the Bad Guy   SERATUS TUJUH PULUH SATU

    “Mengapa tidak kamu saja yang melakukan proyek ini? Aku yakin kamu bisa menggantikan aku di sini. Kamu lebih berhak.”“Oh, Tara, bahkan aku tidak merasa ada bedanya kamu cucu Kakek atau bukan,” dengus Fariz. “You’re always my leader, cousin. Aku menyesal telah mengantarkan pesan Stephen mengenai tawaran itu. Mereka selalu welcome kapan pun kamu menerima mereka.”“Tidak ada ketegasan sekali. Mengapa tidak mencari CEO lain saja?”“Memang banyak pengusaha properti yang sukses, tapi mereka memilih untuk menjaga perusahaan mereka sendiri. Stephen berpikir dengan anggota keluarga Hardana yang banyak, melepasmu bukanlah masalah besar untuk kita. Tapi nyatanya, itu masalah juga.”“Aku percaya padamu.”“Tidak, Attar,” jawab Fariz tegas. “Aku akan sangat membencimu jika kamu meninggalkan perusahaan ini. Aku tahu passion-ku bukan di sini.

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status