Evalio telah sampai di mansionya yang begitu mewah dan megah. Semua bodyguard dan pelayan langsung berjejeran meneyambut kedatanganya.
"Biar aku sendiri yang akan membawanya," kata Evalio.
"Baik, Tuan."
Evalio menopah tubuh mungil gadis yang saat ini masih terlelap dalam tidurnya, oh tidak, dia masih dalam keadaan pingsan dan belum sadarkan diri.
Sembari menopahnya beberapa kali ia menatap wajah rupawan Krystal, ia merasa senang saat menatapnya. Ukiran wajah yang begitu pas untuk menjadi istri dari seorang Mafia, she is perfect. Bulu matanya yang lentik, hidung mancung, rambut panjang nan pirang, mata indah dan yang paling menarik adalah buah dada yang besar untuk tubuh yang mungil, fantastic.
Evalio sangat jeli untuk tebak-menebak hal seperti itu hanya dari melihat tubuhnya saja. Dia sudah beberapa kali meniduri banyak wanita jadi ia sudah paham untuk urusan seperti itu.
Yang membuatnya semakin kagum adalah saat wajah Krystal berantakan bahkan dengan makeup yang luntur, Evalio masih bisa melihat wajah bak dewi yunani di sana. Kesempurnaan Krystal tidak bisa bohongi, dia memang sangat cantik, sexy dan menggoda. Sangat disayangkan dia harus lahir dari keluarga yang sangat Evalio benci bahkan ingin sekali Evalio membunuhnya langsung.
Menurut Evalio balas dendam paling menyakitkan adalah membiarkannya hidup namun, dalam penderitaan yang panjang. Sekalipun mati dia harus mati dalam keadaan mengenaskan.
Evalio merebahkan gadis kecil itu di tempat tidur, lalu ia mengelus rambutnya sekilas dan memberikan ciuman di keningnya.
"Good night, Baby girl..." Evalio beranjak keluar dari sana.
Semua pelayan di rumah itu sudah siap di depan pintu kamar Krystal, Evalio sudah memperintahkanya untuk membersihkan Krystal.
"Bersihkan gadis kecil itu dan jangan sampai ada yang lecet," pinta Evalio. Seperti biasa tanpa ekspresi sama sekali. Semua pelayannya langsung mengangguk dan satu per satu mulai masuk.
Evalio berjalan menuju ruang pribadinya, ia memanggil Baron bodyguard kepercayaannya yang sudah menjadi kaki tangan Evalio selama ini.
"Bagaimana dengan mereka?" tanya Evalio.
"Sudah dibereskan, Bos, sesuai perintah," jawab Baron.
"Bagaimana dengan lukanya? apa itu cukup serius?"
"Tidak, Bos. Kata Dokter, Araster akan segera sadarkan diri. Tapi..." Baron sangat ragu untuk mengatakan kalimat selanjutnya.
"Tapi apa?"
"Leodora bisa saja tidak terselamatkan, karena mengalami serangan jantung," sahut Baron.
Evalio langsung sumpringah, "Itu berita yang cukup bagus, dengan begitu Araster akan sangat menderita melihat istrinya sakit-sakitan dan juga putrinya yang akan bersamaku.." kata Evalio sangat senang.
"Siapkan vila untuk mereka, dan siapkan juga dua kamar terpisah dengan pembatas kaca."
"Aku sangat yakin jika Araster akan gila. Dia melihat kondisi istrinya tanpa bisa menyetuh," lanjutnya.
Evalio bangkit dari tempat duduknya, ia berjalan ke arah jendela. Dia sangat senang, rencanya berhasil sesuai yang sudah direncanakan.
"Lihatlah Daddy, Evalio berhasil membalas dendam untuk mu," gumamnya berdiri tegak di depan balkon.
Setelah sekian lama Evalio ingin memantikan momen seperti ini, rasanya sedikit lega walau ini masih permulaan.
Tiba-tiba saja sebuah panggilan masuk, Evalio langsung mengangkatnya.
tertulis, little son
"How are you, Dad?" ucap laki-laki dari sebrang telfonya.
"Fine, bagaimana kuliahmu di sana?" tanya Evalio.
"Not too good, but it's okey. It's for my good. Sure..?"
"I am so sorry... Daddy harus melakukan ini untuk kebaikanmu," Evalio cukup menyesal mengirim putra semata wayangnya ke Italia. Dilakukan untuk menjaga Regan dari musuh-musuh yang mengicar Evalio. Terpaksa Evalio harus mengasingkan Regan untuk yang beberapa kalinya.
"Sekali lagi maafkan Daddy, Daddy tak punya pilihan lain Re," ucapnya sekali lagi. Evalio memang sangat menyesal melakukan itu.
"Hei Dad... it's okey no problem, i know that," celetuk Regan. Sejujurnya, Regan cukup berat untuk tinggal di Italia. Ada banyak hal yang membuatnya sangat tak ingin meninggalkan Chicago.
"Tapi Daddy memang sangat menyesal melakukan itu."
"Tak apa, ini akan membuatku semakin dekat dengan uncle Remon. Dia sangat lucu dengan wajahnya yang sudah tua namun terlihat seperti anak-anak, haha," Regan tertawa. Dia membayangkan kelakukan Remon yang sangat lucu itu. Regan sangat tak ingin hidup di Italia namun adanya Remon sedikit membantu Regan untuk mau menetap di sana.
"Kau tidak boleh mengatakan itu saat ada Remon, Re.. haha," Evalio ikut tertawa. Dia tau jika Remon memang sangat lucu.
"Tentu saja.." Tiba-tiba suara Remon terdengar. Sial sekali, laki-laki itu sudah mendengarkan percakapan mereka. Gelak tawa terdengar semakin menggelegar.
"Apa yang sudah kau ajarkan pada keponakan ku, Tuan Eval," tutur Remon. Dia merebut ponsel yang berada di tangan Regan.
Namun, belum sempat Evalio menjawab, Regan sudah mewakilinya. "Dia mengajarkan ku untuk tidak menganggumu saat kau bercinta dengan jalang amerika itu, orang tua...hahaha" Regan tertawa terbahak.
"Hei, apa yang baru saja kau katakan?" Evalio cukup terkejut mendengarnya. Yang benar saja, benarkah Regan melihat itu
"Tidak, tidak. Jangan katakan itu lagi, kau masih anak kecil, Tuan muda Regan Young Dexter," Remon menyelanya.
Remon menjauhkan ponselnya dari Regan. "Tidak, jangan percaya dengan bualan anak kecil itu Val."
"That's right, Dad. Aku melihatnya sendiri, dia terlihat kaku saat bercinta, hahaha!" Regan berteriak dengan sengaja agar Evalio mendengar. Dasar anak muda itu
"Benarkah? apa kau sekaku itu saat bercinta. wahai Tuan Remon?" Sahut Evalio dengan nada mengeledeknya.
"Ovviamente no, aku sangat lihai dalam hal seperti itu," Tanpa Remon sadari, ia benar-benar mengakui itu sekarang. Jelas saja seloroh Regan semakin kencang.
"Lihatlah, Dad. Dia terlihat sangat bodoh dengan ucapanya barusan, haha."
Evalio menurunkan ponselnya saat Baron memangilnya.
"Bos, sepertinya Nona Krystal sudah sadarkan diri. Dia memberontak untuk keluar," ucap Baron.
Evalio mengangguk. "Aku akan segera ke sana. Awasi dia," perintah Eval.
"Dad? Are you okey?" tanya Regan.
"Daddy tutup telfonya. Ada pekerjaan yang harus Daddy kerjakan," sahut Eval.
"Selarut ini?"
"Nanti Daddy hubungin lagi."
"Okey.." Evalio langsung memutuskan sambungan telfonya. Dia bergegas ke kamar Krystal.
***
"Go or I'll kick you ass!!!" Suara Krystal terdengar memekak saat Evalio sudah di depan kamarnya.
Krystal sangat kacau sekarang, karena dari tadi ia memberontak menjadikan penampilanya menjadi acak-acakan. Barang-barang dikamar itu sudah tak berbentuk, semuanya hancur. Bahkan perawatnya sampai terluka karena ulah Krystal.
"Keluar semua," perintah Evalio. Ia menatap gadis itu sangat tajam.
"Tapi, Tuan.."
"Biar aku urus dia sendiri."
Krystal sangat marah sekarang melihat Evalio menatapnya begitu. Dia benar-benar ingin sekali membunuh Evalio saat ini juga. Matanya sudah sembab, air matanya terus mengalir tanpa henti. Krystal sangat berharap keluar sana dan mencari Araster.
Semua bodyguard dan pelayan keluar meninggalkan Krystal dengan sang majikan. Evalio masuk dan mengunci kamar itu.
"Hei..? apa yang kau lakukan barusan?" tanya Evalio. Ia berjalan ke arah Krystal dengan kedua tangan masuk ke dalam sakunya.
"Jangan mendekat!" Dia mengarahkan pecahan vas bunga pada Evalio.
Evalio tidak peduli dan terus mendekat. "Letakan itu sebelum kau menyesalinya."
"Dimana Daddy ku?hiks..." ucap Krystal sambil sesenggukan.
"Mommy ku di mana?" lanjutnya lagi.
"Kenapa Anda menembaknya hiks..."
Evalio diam saja, tepat dihadapan Krystal, Evalio malah menikmati wajah gadis itu. Walaupun sedang sendu wajahnya masih terlihat sangat cantik.
"Aku hanya memberikan peringatan kepadanya."
"Di mana mereka sekarang? bagaimana Mommy ku, dia sedang sakit. Kenapa Anda melakukan itu hikss..."
Evalio mengusap air mata Krystal. "Shuuutt.. tenanglah, mereka akan baik-baik saja jika kau menurut denganku."
Krystal menggeleng tidak percaya.
Rasanya seperti jatuh ke lubang yang sangat gelap, tanpa udara, tanpa arah dan hampir tak bernafas. Itu yang dirasakan Krystal sekarang.
Krystal bersujud di hadapan Evalio. "Please, bawah aku ke Mommy Leodora.."
"Aku sangat khawatir denganya hiks..."
"Dan, Daddy.."
Evalio menghembuskan napasnya panjang. Ia mengangkat tubuh gadis itu untuk berdiri. "Wake up!"
"Hei.. look at me, Baby.." Evalio mengelus pipi Kyrstal. "Tidak ada yang perlu dikhawatirkan okey... mereka akan baik-baik saja."
Tidak bisa dipungkiri, itu terlalu lembut untuk Krystal rasakan.
"Aku bukanlah orang yang beringkar janji, tapi bukan juga orang baik. Trust me.." ujar Evalio.
Krystal merasakan hal aneh saat menatap kedua bola mata Evalio. Kenapa dia tidak menemukan kebohongan di sana. Itu terdengar sangat jujur. Bagaimana bisa?
"Trust you?" Evalio mengangguk.
"Bagaimana bisa aku percaya kepada pria yang sudah menembak Daddyku, itu sangat konyol," ujar Krystal. Ia menepis tangan Evalio dari wajahnya.
Evalio tersenyum smirk melihat tingkah Krystal.
"Apa Anda benar-benar gila?"
"Bahkan Anda menculiku sekarang."
"Bagaimana bisa aku mempercayai seseorang yang sudah jelas kejahatanya!" cerocos Krystal.
"Anda kira-" Evalio langsung menarik tangan Krystal dan mencium bibir mungilnya. Terlalu menggemaskan, Evalio sangat spontan dengan perbuatanya.
CUP!
Seperti tersengat listik, Krystal memaku tak berkutik. Evalio tersenyum melihat ekspresi gadis kecil yang berdiri di hadapanya.
Krystal bisa merasakan jatungnya berdebar begitu kencang.
DEG! DEG! DUAR!
"Kenapa dengan wajahmu?" tanya Evalio meledeknya.
"Merah seperti kepiting rebus, haha!"
"What the fuck are you doing?" sergah Krystal. Dia mendorong bahu Evalio.
"Menciummu?" Evalio semakin gemas dengan Krystal.
"Jangan katakan jika itu ciuman pertamamu?" ledek Evalio. Dia terus mendekati Krystal yang lagi-lagi menjauh.
Bruk!
Krystal terpentok tempat tidur. Dia sudah tidak bisa bergerak kemanapun sekarang.
Evalio langsung menjulurkan tangan dan membungkuk di depan Krystal.
Rasanya semakin berdebar kencang. Wajah Evalio terlalu dekat dengan posisinya sekarang.
Krystal mengatur napasnya dan beberapa kali mengerjapkan matanya.
"Ming-minggir g-gak?" ujar Krystal salah tingkah. Ia memalingkan wajahnya dari Evalio.
"No way."
"Awas gak!" bentaknya. Namun masih saja Evalio tak menggubris.
Bukanya menyingkir, Evalio malah mencium jidat Krystal.
Sudah tersengat listrik di tambah tersambar petir. Hancur sudah jantung Krystal berguncang begitu kencang.
Evalio menggeleng. Keputusannya adalah mutlak. Evalio melirik ke arah Jack. Memberikan isyarat untuk segera menarik Regan dan Krystal ke belakang karena akan ada sesuatu yang ia lakukan setelahnya. "Krystal, kau percaya padaku kan?" Eval menatap Krystal dengan mata yang sudah memerah berapi-api. Gadis itu malah menggeleng. "Jangan tinggalkan kita, Val." "Tidak akan ada yang meninggalkan siapapun. Ini hanya permainan kecil dan akan segera ku selesaikan." "Tapi—" Krystal tak bisa berucap lagi kala Eval mencium bibirnya. "Tenang okey? kita semua bakal aman." Setelah mencium bibirnya kini Eval beralih mencium kening gadis itu. Menyalurkan rasa percaya akan ucapannya. Tanpa aba-aba hanya dalam sekali hentakan, Evalio mendorong Krystal ke belakang kemudian melemparkan bom asap di tengah-tengah keduanya. BUM! "AKHH! SHIT!" "UHUK! UHUK! EVALIO!" Asap mulai meluap-luap. Regan dan Krystal tak bisa melihat apapun di sekelilingnya. Saat itu juga Jack menarik Regan dan Krysta
CRANG!! Sebuah vas bunga yang tak jauh dari pintu ruangan Eval pecah. Sosok laki-laki rupanya telah mendengarkan percakapan antara Evalio dan Erik. Laki-laki tersebut langsung lari namun sebuah kecelakaan kecil membuat dirinya tertangkap basa oleh Evalio. Brak! "Aawwhhh!" desis Krystal. Gadis itu memegangi pundaknya yang baru saja terhantam keras. Deg. Jantung Regan berdetak cepat, kala melihat Krystal yang tegah berdiri di hadapanya. Mereka sama-sama terpaku di tempat masing-masing. Ingin rasanya Regan memeluk Krystal dan berkata bahwa dia sangat hancur sekarang. Mata itu sudah tidak seperti mata Krystal yang dulu, mata yang selalu mengandung kenyamanan dan kasih sayang untuknya. Kali ini kemana Regan akan pergi dan mengaduh sakit? Ketika orang yang ia anggap rumah sudah berpenghuni. Biasanya Regan akan memanggil Krystal, tapi kali ini tidak akan lagi. Bukan karena Evalio sudah ada di belakangnya, tapi perihal fakta yang selama ini Regan tidak tahu. Sebuah kebohongan besar yan
CEKLEK!Mata Aurel membelalak, kedua tangannya langsung menutupi buah dadanya yang terpampang."Krystal?" ucap Regan. Matanya terus menatap wajah Aurel yang sepertinya memang benar-benar mirip dengan Krystal.Apa Regan mabuk? Tidak sama sekali. Memang benar, wajah Aurel sangat mirip dengan Krystal. Bagai pinang dibelah dua, mereka sangat sempurna."Aku bukan Krystal," sahut Aurel."Krystal." Regan berjalan ke arah Aurel dan langsung memeluk gadis itu.Aurel menjadi sangat panik, dia tidak tahu jika laki-laki itu sudah sepenuhnya sadar. Pikiranya bergejolak kesana-kemari, ingin teriak namun tidak bisa, ingi
"Stop!It'sright.He'smy Daddy," terang Regan."I'llgo first, Dad. Have something to take care of," sambungnya datar tanpa berekspresi. (Aku pergi dulu, Dad. Ada hal yang harus aku urus)Setelah itupun Regan memutuskan untuk segera keluar dan meninggalkan keduanya di sana.Evalio memperhatikan ada yang aneh pada putranya. Ekspresinya sangat berbeda saat sebelum bertemu dengan Krystal.Krystal yang belum bisa terima dengan situasinya, ia merasa tidak tau harus bagaimana setelah ini dan masih belum sepenuhnya percaya jika Regan adalah putra dari suaminya. Mantanku menjadi anak tiriku? Yang benar saja.
Geral mengikis jarak antara dirinya dan Alice.Alice merasakan getaran aneh di hatinya, membuatnya hanya bisa terdiam dan tak berkutik. Please jangan tanya lagi bagaimana rasa berdebar di dalam hati Alice. Dentumanya sudah seperti genderang perang.Di depan ada sosok pria yang begitu tampan dan manis, romantis, lembut dan hangat. Mengapa Alice baru menyadarinya sekarang?Sorotan matanya terus bertanya-tanya. "Ada apa denganku?"Geral menyentuh wajah Alice. "Al, gue malu elo."Hingga detik berikutnya laki-laki itu, menyentuh pipinya, tulang rahang, hingga dagunya. Sentuhan itu berakhir di bibur Alice, yang di sentuh Geral dengan jampolnya.
Di rumah sakit, gadis itu terbaring dan berhasil melewati masa kritisnya dengan seorang diri. Miris sekali nasib Krystal kali ini, ia berjuang dengan maut sendirian. Bahkan tak ada satu pengawalpun yang menjaganya di luar maupun di dalam.Semua ini adalah perbuatan dari Erik, yang sengaja memperintahkan semua pengawal untuk tidak ada yang menjaga Krystal. Membiarkan gadis itu meratapi dengan sendirinya.Entah atas dendam apa Erik terhadap Krystal, hanya saja Erik memang tidak suka menghetahui bahwa Krystal sudah menjadi istri dari keponakanya, arghh tidak, keponakan palsu maksudnya.Remang-remang, Krystal mulai membuka matanya meski pengeliatanya belum sepenuhnya jelas karena efek samping dari oprasi.Ia membuka mat
"Al, lari! Erik datang bawa pasukannya!" Alice langsung menoleh. "Brengsek!" desisnya.Alice langsung dibawah mundur oleh Geral. Sedangkan Krystal langsung beralih pada Evalio."Ayok, Val... kita ke rumah sakit sekarang." Krystal merangkul tubuh Evalio."Kamu pasti kuat.""Kamu sudah janji bukan, untuk melindungiku..hikss..." isak Krystal.Evalio merasakan tubuhnya sudah sangat remuk, namun melihat Krystal yang mati-matian untuk menolongnya, hatinya juga ikut hancur berantakan. Air mata Krystal benar-benar membuat seorang Evalio semakin terpuruk."Kenapa harus kau, Krystal? Kenapa?" batin Evalio.
"Bergerak."Para pengawal langsung memimpin jalan. Evalio berada di tengah-tengahnya untuk lebih berjaga-jaga.Setelah Evalio masuk, Krystal kembali teringat dengan misinya. Ini adalah kesempatan untuk bisa kabur dari sini. Tapi apa ini waktu yang tepat? Sedangkan dia saja belum tahu di mana Evalio menyembunyikan Leodora dan Araster.Apa keputusanya tidak akan membahayakan mereka?"Sial, sial, sial!! bagaimana ini?" pekik Krystal kebingungan.***"Lapor, sepertinya target telah kembali," ucap salah satu tim Alice. Tim yang hanya beranggotakan 10 orang berhasil memberantas puluhan bodyguard Evalio dalam sekejap. Mereka memutuskan untuk berpencar dan menyelidiki isi rumah dan juga keberadaan Krystal."Tim satu, kembali ke posisi," lapor salah satu timnya. Dari 10 orang, Alice membaginya menjadi 5 tim. Alice memutuskan untuk tidak bergabung tim dan juga Geral memutuskan pisah dari timnya. Mereka pikir lebih cepat jika di bagi menjadi beberapa tim."Tim dua, sudah di posisi semula." Semua
"Cincin ini bulat, tanpa awal dan tanpa akhir, sebagai lambang kasih kristus, yang tanpa awal dan tanpa akhir. Atas dasar itu, cincin ini menyatakan bagi saudara berdua, untuk meniru kasih kristus dalam kehidupann rumah tangga; dengan mengasihi pasangan tanpa awal, juga tanpa akhir." Setelah pendeta selesai dengan doa-doanya, Evalio pun mengucapkan janji kemudian memasangkan cincin di jari manis Krystal.Air mata Krystal jatuh setelah cincin melingkar di jari manisnya. Sekarang dia sudah sah menjadi seorang istri.Dia tak menyangka jika hal ini akan terjadi secara tiba-tiba bahkan tanpa persetujuan kedua orang tuanya. Krystal merasa bahwa hatinya nyaman saat ini tapi pikiranya terus tertuju pada kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi kedepanya.Krystal berhar