ホーム / Romansa / Marry with Sugar Daddy / 4. Aku Bersedia Membantu

共有

4. Aku Bersedia Membantu

作者: Momy3R
last update 最終更新日: 2025-07-14 22:47:36

Luna merasa ini seperti mimpi. Ia hampir tidak mempercayainya karena baru saja memikirkannya.

"Tu-Tuan ... Tuan Jonathan?" Ia tergagap, tak percaya pria itu ada di sana.

Jonathan mengangguk pelan. “Ternyata kamu masih ingat aku,”

Luna tersenyum, pahit, kali ini jauh lebih pahit dari yang ia rasakan sejak menerima uang satu juta itu.

"Kebetulan yang sangat kebetulan.” ujarnya lagi.

Pria itu tersenyum dan duduk di hadapannya. Sungguh hati Luna menjadi semakin kacau. Ia hampir tidak bisa bernapas karena tercekat.

Di hadapan pria itu ia tidak bisa berkata-kata. Matanya berkaca-kaca. Bayangan wajah ibunya dan adiknya yang butuh biaya banyak membuatnya semakin sesak merasakan kenyataan hidup ini.

Ia hampir pingsan, apalagi saat mendengar pertanyaan pria itu.

“Kenapa kamu di sini, Lun? Apa ... ada masalah?" Matanya menelusuri wajah Luna yang sembab dan lelah.

Luna menunduk, malu dengan keadaannya yang kacau. 

Matanya yang berkaca-kaca semakin deras menetes, Jonathan semakin bingung melihat keadaannya.

**

Suasana cukup cerah di luar. Tapi di hati Luna, tampak mendung dan tak bisa melakukan hal yang biasa membuatnya bersemangat.

Jonathan berusaha untuk menanyakan keadaannya. Lesu wajahnya sangat kentara. Luna benar-benar tidak bisa menutupi kesedihannya.

Pikiran Luna mencoba positif, berusaha untuk lebih tenang. Meski ia tengah gundah. Namun, secercah harapan kecil tiba-tiba muncul di hatinya yang gersang. 

Mungkin ini takdir. Mungkin ini jawaban atas doanya. Jonathan, pria itu datang untuk menolongnya, jika memang itu terjadi, ia akan sangat bersyukur.

“Luna, kamu disini kenapa? Ada yang sakit?”

Luna mengangguk, merasakan sedihnya ingin di ceritakan pada pria tua itu.

"Adikku ... kecelakaan, Tuan," 

Luna akhirnya bisa menjawabnya, suaranya tercekat. Ia menunjuk ke arah ruang UGD. 

"Kakinya harus dioperasi, dan ibuku juga masuk rumah sakit karena syok. Lalu... motor yang dipinjam dan mengalami kecelakaan juga rusak dan pemiliknya menuntut ganti rugi." 

Luna merasakan air matanya kembali mendesak keluar. 

“Dan … aku tidak tahu harus bagaimana, Tuan. Uang yang Tuan berikan kemarin sudah digunakan untuk kebutuhan rumah. Sekarang, aku benar-benar tidak punya apa-apa."

Jonathan mendengarkan dengan seksama, ekspresinya berubah serius. Ia melihat sekeliling, memastikan tidak ada terlalu banyak orang yang mendengarkan. 

Kemudian, ia menarik kursi kosong di sebelah Luna dan duduk.

"Berapa total yang kamu butuhkan, Luna?" tanyanya lembut, tanpa sedikit pun nada menghakimi.

Luna menatapnya nanar. "Sekitar tiga puluh juta lebih, Tuan."

Jonathan mengembuskan napas perlahan. "Jumlah yang tidak sedikit." Ia terdiam sejenak, pandangannya menerawang jauh. 

Pria itu terdiam sejenak, seperti tengah memikirkan sesuatu. Luna mengusap air matanya. Ia menunggu dengan napas tertahan, berharap ada keajaiban.

"Baiklah, Luna," kata Jonathan akhirnya, menatap lurus ke mata Luna. Ada sesuatu yang dalam dan tak terbaca di sorot matanya. 

"Aku bisa membantumu. Semua biaya operasi adikmu, perawatan ibumu, dan ganti rugi motor itu juga. Tapi..."

Jantung Luna berdegup kencang. Ada 'tapi'. Pasti ada 'tapi'. Ia mulai bimbang, kenapa harus ada tapinya.

"...ada satu syarat." Jonathan menghela napas, seolah menimbang berat kata-katanya. 

"Aku akan membantumu mengatasi semuanya termasuk melunasi semuanya yang tadi kamu sebutkan, dengan satu syarat,”

“Syarat? Syarat untuk mendapatkan itu?” tanyanya. 

Jonathan mengangguk. “Ya, ada syaratnya. Kamu … harus bersedia menikah denganku."

Kata-kata itu menghantam Luna bagai gelombang besar. 

Menikah? 

Dengan pria yang baru ia kenal beberapa hari ini? 

Pria kaya dan mapan seperti Jonathan, yang usianya jelas jauh di atasnya? 

Pikiran Luna kalut. Ini gila. Namun, disisi lain, bayangan Tio yang kesakitan, ibunya yang terbaring lemah, dan tuntutan ganti rugi yang mengancam, seolah mendorongnya ke jurang. 

Ini adalah satu-satunya jalan keluar. Satu-satunya harapan untuk keluarganya. Tapi ia merasa ini sebagai sebuah beban yang teramat sangat berat.

Luna menatap pria itu, mencari jejak kebohongan atau lelucon di matanya, tetapi yang ia temukan hanyalah keseriusan yang mendalam.

**

Jantung Luna masih berdebar kencang, memekakkan telinganya sendiri. Kata-kata pria itu terngiang-ngiang, "Kamu harus bersedia menikah denganku." 

Ini adalah pilihan yang terasa sangat tidak nyata, sebuah transaksi yang melibatkan bukan hanya uang, tetapi juga seluruh kehidupannya. 

Namun, di matanya, bayangan Tio, adiknya yang meringis kesakitan dan ibunya yang terbaring lemah lebih nyata dan mendesak. 

Ia tidak tega melihat mereka seperti itu menunggu keputusan dimana biaya menanti untuk membuat semua urusan lebih baik.

Ya, kendala biaya yang besar telah membuatnya tak bisa berbuat apa-apa. Kini ia pasrah dan berusaha tenang.

Harga diri dan perasaannya sendiri terasa sangat kecil dibandingkan nyawa dua orang yang paling ia cintai.

Luna menatap Jonathan sekali lagi, kali ini bukan mencari jejak kebohongan, melainkan mencari kekuatan. 

Pria di hadapannya ini, yang hanya ia kenal sebentar, baru beberapa hari yang lalu kini memegang kunci atas kelangsungan hidup keluarganya.

“Aku akan memutuskan ini setelah berbicara dengan ibuku,” ucapnya.

“Baiklah, secepatnya, Lun. Adikmu butuh dioperasi malam ini. Semua tergantung padamu. Biaya itu anggap saja banti sebagai uang mahar, bahkan jika bersedia akan aku lebihkan lagi,”

Luna diam saja, ia berdiri dan berjalan masuk ke ruangan ibunya dirawat. Sang ibu sedang berbaring lemah dan menatapnya dengan senyuman.

“Lun, adikmu bagaimana?”

“Tio akan dioperasi, Bu,”

“Ya Allah, kita tidak punya uang, untuk menjual rumah tidak mungkin bisa cepat laku dalam sehari,” ucap ibunya sedih.

Air matanya turun deras mengalir. Luna menggenggam tangan ibunya. Tangannya terasa dingin sehingga ibunya terkejut.

“Tanganmu dingin sekali,”

“Iya, Bu. Luna … mau ngomong,”

“Bicaralah! Ada apa?”

Luna terdiam sejenak, menunduk dan bingung tapi ia memutuskan untuk berbicara dengan nada tegas agar ibunya juga ikut memutuskan apa yang sebaiknya ia lakukan.

“Bu … di luar, ada orang yang … bersedia membiayai semuanya. Biaya operasi Tio, dan juga biaya rumah sakit untuk ibu,”

“Baik sekali, Lun,”

Ibunya menyunggingkan senyum, seperti lega tapi Luna menatapnya dengan sangat sedih sehingga ibunya menyadari bahwa ada yang salah dari ucapannya.

“Ada yang kamu sembunyikan?”

Luna mengangguk, “Ya, Bu. Luna tidak menyembunyikan tapi ini akan Luna ungkapkan agar ibu tahu dan membantu memutuskan yang terbaik,”

Kening ibunya berkerut. “Ada apa? Apa orang itu rentenir?”

Luna menggeleng. “Bukan,”

Suasana hening, ibunya masih menunggu ucapan putrinya. “Bu … pria itu bersedia membiayai semuanya, asal …”

Luna menunduk, ia memejamkan mata sejenak lalu mendongak menatap ibunya.

“Luna diminta menikah dengan pria itu, Jonathan namanya, dia …”

“Menikah? Dimana orang itu? Apa dia menyukaimu?”

Luna menangis, memeluk ibunya. “Bu, kamu baru bertemu beberapa hari yang lalu, pria itu yang memberikan Luna uang sayu juta dari penjualan ponsel. Uang yang ibu kira Luna dapatkan dari hal yang tidak benar,”

Ibunya meneteskan air mata, “Maafkan ibu, Nak. Ibu tidak tahu,”

“Dan sekarang ibu tahu kan, kalau Luna bicara yang sebenarnya. Lalu …bagaimana ini keputusannya? Luna terserah ibu saja,”

Wajah Bu Mirasih menyiratkan kesedihan, menatap wajah putrinya yang sedang bingung. Ia menangis lagi membayangkan putrinya harus menikah.

“Bawa pria itu kesini, ibu ingin tahu,”

Luna mengangguk cepat, ia benar-benar patuh pada ibunya. Dan dalam waktu yang cukup singkat, mereka saling bertemu.

Bu Mirasih sedikit terkejut tapi akhirnya memberikan keputusan pada Luna putrinya untuk memutuskan sendiri.

Luna meremas tangannya, kulitnya dingin dan gemetar. 

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード

最新チャプター

  • Marry with Sugar Daddy    6. Sambutan Dingin

    Angin lembut bulan Juli memainkan helai rambut Luna saat memandang Tio, adiknya, yang tertawa riang di taman rumah sakit. Kakinya telah dioperasi tapi dia harus memakai kursi roda nantinya sampai benar-benar sembuh betul.Beberapa langkah di sampingnya, sang ibu tersenyum tipis, memetik bunga kamboja yang gugur di dekat kakinya.Senyum tipis yang dulu amat jarang terlihat, kini mulai kembali menghiasi wajahnya. Hati Luna menghangat, beban berat yang selama ini menindih pundaknya seolah terangkat. Proses pemulihan ibunya dari sakit yang mendera kini lebih banyak diam namun saat ada Jonathan yang datang membantu, ibunya seperti merasa memiliki nyawa lagi karena Tio mulai berangsur membaik dan kakinya terselamatkan dari kelumpuhan.Kesembuhan untuk kaki Tio memang tidak mudah, butuh waktu yang cukup lama. Luna memandang lega. Mereka berdua, ibu dan adiknya telah sembuh. Bahkan akan pulang dalam keadaan utuh.Jonathan berdiri di belakang Luna, merangkul pinggangnya erat. Hangat tanganny

  • Marry with Sugar Daddy    5. Akhirnya

    "Baiklah Tuan Jonathan... aku … aku bersedia," ucap Luna, suaranya nyaris berbisik, serak menahan getar. Ada rasa pahit yang menyelimuti lidahnya, namun juga secuil kelegaan yang mengerikan.Jonathan menghela napas panjang, seolah beban berat terangkat dari pundaknya. "Baiklah, Luna. Terima kasih. Untuk Bu Mirasih, tolong restui kami, dari awal saya memang menyukai putri ibu. Dan saya akan langsung urus semuanya.”Kelegaan juga terpancar di wajah Bu Mirasih yang memberikan restu meski hati kecilnya mengatakan ragu karena putrinya masih sangat belia untuk pria matang usia Jonathan.“Luna, untuk ibumu dan Tio, jangan khawatir. Semua biaya akan aku tanggung sepenuhnya." imbuh Jonathan lagi.Benar saja, dalam waktu singkat, Jonathan bergerak cepat. Ia mengurus administrasi rumah sakit, memastikan Tio segera masuk ruang operasi malam itu juga. Ia juga memanggil seorang notaris dan penghulu untuk mengurus pernikahan mereka secara siri di rumah sakit. Ya, mereka akan menikah secara agama

  • Marry with Sugar Daddy    4. Aku Bersedia Membantu

    Luna merasa ini seperti mimpi. Ia hampir tidak mempercayainya karena baru saja memikirkannya."Tu-Tuan ... Tuan Jonathan?" Ia tergagap, tak percaya pria itu ada di sana.Jonathan mengangguk pelan. “Ternyata kamu masih ingat aku,”Luna tersenyum, pahit, kali ini jauh lebih pahit dari yang ia rasakan sejak menerima uang satu juta itu."Kebetulan yang sangat kebetulan.” ujarnya lagi.Pria itu tersenyum dan duduk di hadapannya. Sungguh hati Luna menjadi semakin kacau. Ia hampir tidak bisa bernapas karena tercekat.Di hadapan pria itu ia tidak bisa berkata-kata. Matanya berkaca-kaca. Bayangan wajah ibunya dan adiknya yang butuh biaya banyak membuatnya semakin sesak merasakan kenyataan hidup ini.Ia hampir pingsan, apalagi saat mendengar pertanyaan pria itu.“Kenapa kamu di sini, Lun? Apa ... ada masalah?" Matanya menelusuri wajah Luna yang sembab dan lelah.Luna menunduk, malu dengan keadaannya yang kacau. Matanya yang berkaca-kaca semakin deras menetes, Jonathan semakin bingung melihat k

  • Marry with Sugar Daddy    3. Menyesakkan Hati

    Tio tidur dengan meringkuk di tempat tidurnya. Anak itu belum makan sejak pagi. Ia mengguncang tubuhnya.“Tio … Tio!”Tio bergerak dan membuka matanya. “Ya, Mbak,”“Makan dulu, Mbak sudah belikan kamu gorengan ayam yang enak dan gurih, yuk!”Tio mengucek matanya. Ia terpaksa menuruti perintah ibu untuk tidur saja tanpa makan. Padahal kakaknya pulang membawa banyak makanan.“Mbak, ibu juga belum makan,” ujarnya setengah ragu saat akan mengunyah.Luna teriris hatinya, ibunya mencemooh pemberian darinya dan menganggapnya membawa makanan yang didapat dari pekerjaan yang haram.“Nanti Mbak panggil ibu juga untuk makan. Kamu makan aja, ya?”Tio mengangguk dan langsung lahap begitu ayam gorengnya ditambah lagi. Luna segera mengetuk pintu kamar ibunya. Jam masih menunjukkan pukul delapan malam, sejak sore ibunya ngambek tak mau bicara dengannya hanya karena dia membawa banyak belanjaan.Ia akan mengajak ibunya bicara dan menjelaskan kalau makanan itu ia beli dari uang yang halal. Ibunya memb

  • Marry with Sugar Daddy    2. Kekerasan Hati Ibu

    Luna akhirnya bersedia ikut, ia ingin tahu apa yang diinginkan pria tua itu. Selain karena ingin yang dan ponselnya laku, ia juga ingin tahu apa sebenarnya yang diinginkan pria asing yang baru dikenalnya itu.Mereka duduk di kafe yang cukup ramai itu. Masing-masing orang pasti tidak menyadari jika mereka datang untuk bertransaksi ponsel usang.Luna menatap pria itu, setelah mereka duduk, lidahnya kelu. "Ponselmu, biar aku yang beli," ucapnya sesaat setelah mereka duduk.Pria ini akan membeli ponselnya? Untuk apa ponsel usang ini dibelinya. Luna merasa ragu tapi pria itu setengah memaksa.Pria itu minta dia memberikan harga untuk sebuah ponsel dengan banyak bekas jatuh dimana-mana.Dan untuk harga yang dibutuhkan, ia memberikan harga yang memang pantas untuk ponselnya.Tapi ini terlalu aneh untuk menjadi nyata. Apakah ini semacam modus penipuan, yang dilakukan pria itu tak wajar, karena tertarik pada barang kuno dan setengah rusak ini.Otaknya berputar cepat mencari celah, tetapi waja

  • Marry with Sugar Daddy    1. Pertemuan di Sebuah Toko

    Jalanan berdebu, Luna mengusap keringatnya. Ia berjalan ragu sambil mengelus layar ponselnya dengan kain roknya. Keyakinannya untuk menggunakan jalan terakhir ini, terpaksa ia lakukan.Dipandanginya ponsel miliknya. Layar itu tidak mulus, tapi ia menaksir harga ponselnya cukup lumayan nantinya. Meski mungkin nanti rendah tapi pasti bisa untuk meringankan beban yang ada.Luna berdiri mematung di depan etalase kaca, menatap deretan ponsel keluaran terbaru yang berkilauan. Bukan, bukan karena ia ingin membelinya. Justru sebaliknya. Dengan napas tertahan, ia melangkah masuk ke toko ponsel yang ramai itu. Aroma khas elektronik dan parfum pengunjung menyeruak. Jantungnya berdegup tak karuan. Ia harus melakukannya. Sesuatu yang mendesak membuatnya harus menjualnya, ia menggenggam erat benda yang selama ini setia menemaninya.Seorang gadis manis tersenyum saat melihatnya masuk. Luna menghampirinya dengan sedikit gugup. Ia belum pernah datang ke toko ponsel ini selama beberapa tahun ini, ia

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status