Share

Halusinasi ataukah mimpi? (Episode 4)

Saat itu Elena sedang merapikan bunga tulip yang dibelinya semalam dari toko bunga yang tak jauh dari rumahnya. Sementara Luna membersihkan lantai dan memasukkan baju kotor kedalam mesin cuci.Elena tiba-tiba saja kembali memikirkan tentang kejadian semalam ditoko bunga.

"Siapakah gerangan pria tua semalam itu?.Berhalusinasikah atau bermimpikah aku pada siang bolong?". Entah mengapa tanpa sengaja memikirkan kejadian kemarin,Elena seolah merasa bermimpi atau berhalusinasi bahwa pria tua itu adalah suaminya Joshua yang sudah 20 tahun telah pergi meninggalkannya ke alam keabadian.

Pikiran dan logika dikepalanya menolak bahwa tidak mungkin bisa diterima oleh akal sehat seorang manusia, pria yang dicintainya yang sudah lama pergi meninggalkannya kembali lagi ke dunia ini.

Sedangkan saat Joshua pergi meninggalkan Elena dan Luna, sudah jelas saat itu mereka masih berusia lumayan muda. Jadi pasti menurutnya, dia hanya berhalusinasi saja. 

" Ma, hari ini warung makan kita kan buka setengah hari,jadi Mama bisa masakin sup abalone favorit papa khusus buat Luna siang ini". Ucap Luna kepada Elena.

"Oh iya nak, Mama hampir saja lupa membuatkanmu sup abalone kesukaan Papamu". Elena saat itu hanya memikirkan kejadian yang dialaminya ditoko bunga, sampai-sampai lupa bahwa Luna menginginkan sup abalone kesukaan Joshua. 

Karena jika diwarung makan miliknya,Luna hanya sibuk kesana kemari membantunya melayani pelanggan. Jadi sup abalone tidak bisa dia nikmati untuk makan siangnya, kecuali jika mereka masih berada dirumah. Maka dari itu, Elena bergegas memasakkan Luna sup abalone.

Sup abalone buatannya sangat disukai oleh Joshua karena memang rasa masakan Elena begitu mirip dengan rasa masakan ibu Joshua yang sudah lama meninggal saat Joshua masih remaja. Jadi tidak heran bahwa Luna pun memiliki selera makan yang sama seperti Joshua.

Sementara itu ditempat lain, Joshua merasa tidak tenang akan kejadian kemarin. Banyak pikiran dikepalanya sehingga semalaman Joshua tidak bisa tidur. 

"Joshua, hari ini kan hari Minggu,kita libur seharian tetapi kau tidak tidur semalaman, mengapa?". Tanya Mr Black kepadaku. 

"Aku hanya teringat kejadian kemarin, Mr Black. Apakah kira-kira Elena mengingatku sebagai suaminya?. Ataukah dia hanya berpikir bahwa aku ini hanyalah seorang pria tua biasa?". Pikiranku terus saja gelisah memikirkannya. 

"Tidak usah gelisah, Joshua. Aku yakin bahwa kemarin Elena tidak mengenalimu.Karena pada saat kau meninggalkannya 20 tahun yang lalu, wajahmu masih tampak muda. Dan lihatlah ke dalam cermin sekarang bagaimanakah penampilanmu saat ini?". Ucap Mr Black kepadaku dengan nada datar tanpa banyak ekspresi.

Lalu akupun menghampiri cermin besar yang berada disebelah jam dinding dirumah yang kami sewa. Dan aku pandangi pria yang berada didepan cermin itu. Ya,pria tua yang keriput, pria tua yang ubanan dan pria tua yang sudah tidak lagi tampan. Itulah sosok seorang Joshua Abraham yang sekarang sudah menua.

"Jadi mana mungkin seorang Elena Emmanuella  bisa berpikir bahwa seorang Joshua Abraham muda berada didepan matanya?. Padahal kenyataannya hanya seorang pria tua yang sudah keriput dan beruban". Ucapku kesal dalam hati. 

"Joshua, kalau begitu bagaimana jika kita pergi ke warung makan milik Elena sore nanti?".Ajak Mr Black kepadaku. 

"Haah....??". " Buat apa Mr Black kita pergi kesana, sedangkan kemarin saja jantungku berdetak begitu kencang saat aku menatap mata Elena. Lalu hari ini apakah kau sengaja membuatku terkena serangan jantung mendadak? ". Ucapku kesal kepada Mr Black. 

"Bisakah sekarang kau terkena serangan jantung mendadak?". "Haa...haa...haa...!!". "Kau sudah mati sekali, dan saat ini Tuhan telah mengirimkanmu kembali untuk hidup lagi dan bisa menebus semua penyesalanmu dulu,Joshua. Mana mungkin kau tiba-tiba saja mati konyol karena serangan jantung mendadak?". Mr Black menertawakanku meski dengan ekspresi datar. 

"Ternyata bisa juga kau Mr Black membuat lelucon yang tidak lucu". Ucapku kesal kepada Mr Black.

"Sudahlah Joshua, tidak usah terlalu kau pikirkan kejadian kemarin itu. Mari kita bersiap-siap untuk pergi ke warung makan milik Elena istrimu". Ajak Mr Black kepadaku.

Lalu kami mandi dan berpakaian rapi dan segera setelahnya kami bergegas pergi ke warung makan milik Elena. Meskipun sebenarnya aku sedikit was-was dan kuatir kalau saja tiba-tiba Elena menyadariku dan memanggilku dengan nama Joshua.

Mr Black memesan 2 porsi spaghetti bolognese dan 2 porsi sup abalone. Dan Lunalah yang menghidangkannya kepada kami. 

"Apakah ini Bapak yang waktu itu yang tanpa sengaja saya tabrak saat berjalan didepan warung?". Ucap Luna sambil berusaha sedikit mengingat raut wajahku dihari itu.

"Ah iya,betul itu nak. Bapak dan teman Bapak ini hanya penasaran saja bagaimana rasa masakan ibumu yang terkenal dilingkungan ini meski tempatnya sederhana". Jawabku kepada Luna singkat. 

"Apalagi banyak orang-orang yang bilang bahwa putri pemilik warung makan ini begitu rupawan". Mr Black pun menambahi jawaban yang singkat dariku. Meskipun ekspresi datarnya tidak pernah hilang dari raut wajahnya. 

"Wah bisa saja Bapak dan temannya memuji saya!". Luna tersenyum malu mendengar ucapan Mr Black kepadanya.

"Oh iya, Bapak waktu itu kan belum menyebutkan siapa nama Bapak. Saya penasaran jadinya, Pak!". Luna tiba-tiba saja menanyakan siapa namaku. 

" Nama Bapak adalah Jayadi, nak. Lalu kalau kamu siapakah gerangan namamu, nak?. Tanyaku kembali kepada Luna,yang seolah-olah aku tidak mengenalnya sama sekali. 

"Saya Luna, pak. Olivia Luna,nama panjang saya. Silahkan dinikmati ya,pak. Saya lanjutkan kegiatan saya mengemas meja lain disebelah sana. Semoga Bapak Jayadi dan temannya tidak kecewa ya dengan rasa masakan ibu saya". Luna pun pergi mengemas meja dan kursi yang kosong dan merapikannya untuk pelanggan baru yang akan duduk disana. 

Dan Elena pun dengan sibuknya memasak didapur kecil diwarung itu. Meski dari dalam dapur tidak terlihat jelas bagaimana pelanggan duduk di kursi mereka, tetapi dari tempat duduk yang mana aku dan Mr Black duduki, bisa melihat dengan jelas bagaimana sibuknya Elena memasak untuk dihidangkan kepada semua pelanggan-pelanggannya.

Entah mengapa bagiku, Elena masih saja sama, masih saja begitu cantik,sama seperti disaat dia masih muda. Aku tanpa sadar terus memandanginya, sampai-sampai Mr Black mengingatkanku untuk memakan spaghetti yang telah kami pesan.

"Joshua, janganlah begitu terlihat curi-curi pandangmu itu!. Sesekali makan juga spaghetti ini". Mr Black mengingatkanku untuk tidak terlalu kentara soal pandanganku yang seolah tak jemu menatap ke arah Elena. 

"Ah, iya aku sampai lupa untuk memakan spaghetti  ini". Jawabku kepada Mr Black dengan sedikit tertawa.

Saat kami sudah selesai menghabiskan makanan kami, Luna pun menghampiri kami." Pak Jayadi, dan temannya, jangan pernah bosan untuk mampir lagi kesini dilain hari, ya!. Masakan Ibu saya enak, kan?". Tutur Luna dengan bangga dan tersenyum kepada kami. 

"Pasti itu nak, Bapak akan usahakan untuk sesering mungkin akan mampir kesini". Jawabku kepada Luna singkat.

Dan aku pun membayar untuk makanan yang kami telah makan, dan pamit kepada Luna setelahnya. 

Dan mungkin saja hari ini, adalah hari dimana aku berhalusinasi atau sedang bermimpi disiang bolong, karena bisa dengan begitu lama aku memandangi Elena dari jarak yang lumayan dekat, tanpa Elena menyadarinya. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status