Saat itu Elena sedang merapikan bunga tulip yang dibelinya semalam dari toko bunga yang tak jauh dari rumahnya. Sementara Luna membersihkan lantai dan memasukkan baju kotor kedalam mesin cuci.Elena tiba-tiba saja kembali memikirkan tentang kejadian semalam ditoko bunga.
"Siapakah gerangan pria tua semalam itu?.Berhalusinasikah atau bermimpikah aku pada siang bolong?". Entah mengapa tanpa sengaja memikirkan kejadian kemarin,Elena seolah merasa bermimpi atau berhalusinasi bahwa pria tua itu adalah suaminya Joshua yang sudah 20 tahun telah pergi meninggalkannya ke alam keabadian.
Pikiran dan logika dikepalanya menolak bahwa tidak mungkin bisa diterima oleh akal sehat seorang manusia, pria yang dicintainya yang sudah lama pergi meninggalkannya kembali lagi ke dunia ini.
Sedangkan saat Joshua pergi meninggalkan Elena dan Luna, sudah jelas saat itu mereka masih berusia lumayan muda. Jadi pasti menurutnya, dia hanya berhalusinasi saja.
" Ma, hari ini warung makan kita kan buka setengah hari,jadi Mama bisa masakin sup abalone favorit papa khusus buat Luna siang ini". Ucap Luna kepada Elena.
"Oh iya nak, Mama hampir saja lupa membuatkanmu sup abalone kesukaan Papamu". Elena saat itu hanya memikirkan kejadian yang dialaminya ditoko bunga, sampai-sampai lupa bahwa Luna menginginkan sup abalone kesukaan Joshua.
Karena jika diwarung makan miliknya,Luna hanya sibuk kesana kemari membantunya melayani pelanggan. Jadi sup abalone tidak bisa dia nikmati untuk makan siangnya, kecuali jika mereka masih berada dirumah. Maka dari itu, Elena bergegas memasakkan Luna sup abalone.
Sup abalone buatannya sangat disukai oleh Joshua karena memang rasa masakan Elena begitu mirip dengan rasa masakan ibu Joshua yang sudah lama meninggal saat Joshua masih remaja. Jadi tidak heran bahwa Luna pun memiliki selera makan yang sama seperti Joshua.
Sementara itu ditempat lain, Joshua merasa tidak tenang akan kejadian kemarin. Banyak pikiran dikepalanya sehingga semalaman Joshua tidak bisa tidur.
"Joshua, hari ini kan hari Minggu,kita libur seharian tetapi kau tidak tidur semalaman, mengapa?". Tanya Mr Black kepadaku.
"Aku hanya teringat kejadian kemarin, Mr Black. Apakah kira-kira Elena mengingatku sebagai suaminya?. Ataukah dia hanya berpikir bahwa aku ini hanyalah seorang pria tua biasa?". Pikiranku terus saja gelisah memikirkannya.
"Tidak usah gelisah, Joshua. Aku yakin bahwa kemarin Elena tidak mengenalimu.Karena pada saat kau meninggalkannya 20 tahun yang lalu, wajahmu masih tampak muda. Dan lihatlah ke dalam cermin sekarang bagaimanakah penampilanmu saat ini?". Ucap Mr Black kepadaku dengan nada datar tanpa banyak ekspresi.
Lalu akupun menghampiri cermin besar yang berada disebelah jam dinding dirumah yang kami sewa. Dan aku pandangi pria yang berada didepan cermin itu. Ya,pria tua yang keriput, pria tua yang ubanan dan pria tua yang sudah tidak lagi tampan. Itulah sosok seorang Joshua Abraham yang sekarang sudah menua.
"Jadi mana mungkin seorang Elena Emmanuella bisa berpikir bahwa seorang Joshua Abraham muda berada didepan matanya?. Padahal kenyataannya hanya seorang pria tua yang sudah keriput dan beruban". Ucapku kesal dalam hati.
"Joshua, kalau begitu bagaimana jika kita pergi ke warung makan milik Elena sore nanti?".Ajak Mr Black kepadaku.
"Haah....??". " Buat apa Mr Black kita pergi kesana, sedangkan kemarin saja jantungku berdetak begitu kencang saat aku menatap mata Elena. Lalu hari ini apakah kau sengaja membuatku terkena serangan jantung mendadak? ". Ucapku kesal kepada Mr Black.
"Bisakah sekarang kau terkena serangan jantung mendadak?". "Haa...haa...haa...!!". "Kau sudah mati sekali, dan saat ini Tuhan telah mengirimkanmu kembali untuk hidup lagi dan bisa menebus semua penyesalanmu dulu,Joshua. Mana mungkin kau tiba-tiba saja mati konyol karena serangan jantung mendadak?". Mr Black menertawakanku meski dengan ekspresi datar.
"Ternyata bisa juga kau Mr Black membuat lelucon yang tidak lucu". Ucapku kesal kepada Mr Black.
"Sudahlah Joshua, tidak usah terlalu kau pikirkan kejadian kemarin itu. Mari kita bersiap-siap untuk pergi ke warung makan milik Elena istrimu". Ajak Mr Black kepadaku.
Lalu kami mandi dan berpakaian rapi dan segera setelahnya kami bergegas pergi ke warung makan milik Elena. Meskipun sebenarnya aku sedikit was-was dan kuatir kalau saja tiba-tiba Elena menyadariku dan memanggilku dengan nama Joshua.
Mr Black memesan 2 porsi spaghetti bolognese dan 2 porsi sup abalone. Dan Lunalah yang menghidangkannya kepada kami.
"Apakah ini Bapak yang waktu itu yang tanpa sengaja saya tabrak saat berjalan didepan warung?". Ucap Luna sambil berusaha sedikit mengingat raut wajahku dihari itu.
"Ah iya,betul itu nak. Bapak dan teman Bapak ini hanya penasaran saja bagaimana rasa masakan ibumu yang terkenal dilingkungan ini meski tempatnya sederhana". Jawabku kepada Luna singkat.
"Apalagi banyak orang-orang yang bilang bahwa putri pemilik warung makan ini begitu rupawan". Mr Black pun menambahi jawaban yang singkat dariku. Meskipun ekspresi datarnya tidak pernah hilang dari raut wajahnya.
"Wah bisa saja Bapak dan temannya memuji saya!". Luna tersenyum malu mendengar ucapan Mr Black kepadanya.
"Oh iya, Bapak waktu itu kan belum menyebutkan siapa nama Bapak. Saya penasaran jadinya, Pak!". Luna tiba-tiba saja menanyakan siapa namaku.
" Nama Bapak adalah Jayadi, nak. Lalu kalau kamu siapakah gerangan namamu, nak?. Tanyaku kembali kepada Luna,yang seolah-olah aku tidak mengenalnya sama sekali.
"Saya Luna, pak. Olivia Luna,nama panjang saya. Silahkan dinikmati ya,pak. Saya lanjutkan kegiatan saya mengemas meja lain disebelah sana. Semoga Bapak Jayadi dan temannya tidak kecewa ya dengan rasa masakan ibu saya". Luna pun pergi mengemas meja dan kursi yang kosong dan merapikannya untuk pelanggan baru yang akan duduk disana.
Dan Elena pun dengan sibuknya memasak didapur kecil diwarung itu. Meski dari dalam dapur tidak terlihat jelas bagaimana pelanggan duduk di kursi mereka, tetapi dari tempat duduk yang mana aku dan Mr Black duduki, bisa melihat dengan jelas bagaimana sibuknya Elena memasak untuk dihidangkan kepada semua pelanggan-pelanggannya.
Entah mengapa bagiku, Elena masih saja sama, masih saja begitu cantik,sama seperti disaat dia masih muda. Aku tanpa sadar terus memandanginya, sampai-sampai Mr Black mengingatkanku untuk memakan spaghetti yang telah kami pesan.
"Joshua, janganlah begitu terlihat curi-curi pandangmu itu!. Sesekali makan juga spaghetti ini". Mr Black mengingatkanku untuk tidak terlalu kentara soal pandanganku yang seolah tak jemu menatap ke arah Elena.
"Ah, iya aku sampai lupa untuk memakan spaghetti ini". Jawabku kepada Mr Black dengan sedikit tertawa.
Saat kami sudah selesai menghabiskan makanan kami, Luna pun menghampiri kami." Pak Jayadi, dan temannya, jangan pernah bosan untuk mampir lagi kesini dilain hari, ya!. Masakan Ibu saya enak, kan?". Tutur Luna dengan bangga dan tersenyum kepada kami.
"Pasti itu nak, Bapak akan usahakan untuk sesering mungkin akan mampir kesini". Jawabku kepada Luna singkat.
Dan aku pun membayar untuk makanan yang kami telah makan, dan pamit kepada Luna setelahnya.
Dan mungkin saja hari ini, adalah hari dimana aku berhalusinasi atau sedang bermimpi disiang bolong, karena bisa dengan begitu lama aku memandangi Elena dari jarak yang lumayan dekat, tanpa Elena menyadarinya.
Matahari bersinar terang. Cahayanya yang terang membangunkanku pada pagi hari itu. Hari minggu pagi adalah hari yang paling dinantikan oleh semua orang, terlebih kaum muda-mudi. Hari ini aku berencana mengajak Elena untuk pergi jalan-jalan ke pantai. Segera aku bergegas untuk mandi dan juga berpakaian rapi. Setelahnya aku segera menuju ke rumah Elena. " Wah, cepat banget kamu datangnya! ". Elena terkejut bahwa aku datang lebih cepat daripada hari-hari yang lain. "Iya dong, demi kamu apasih yang enggak Elena! ". Jawabku kepadanya. "Yaudahlah ayo,nanti keburu ngantri di loket karcis masuk, mau jam berapa kita dipantai? ". Elena tersipu malu, pipinya memerah. Tetapi Elena segera mengalihkan pembicaraannya untuk mengajakku segera bergegas pergi kepantai. Lalu bergegaslah kami pergi ke dalam area pantai setelah kami membeli tiket masuk. Kami berjalan-jalan seharian menyusuri pantai. Hari ini sungguh hari yang begitu berharga, kare
Hari ini adalah hari senin yang sepertinya akan cerah seharian. Tidak ada tanda-tanda akan turun hujan. Elena sudah bergegas untuk bangun pagi hari ini untuk membuat sup abalone kesukaan suaminya. Semua bahan-bahan sudah dia persiapkan. Dan singkatnya, sup abalone itu sudah hampir matang dan bisa dia hidangkan ke atas meja makan segera. Tetapi saat jam dinding sudah menunjukkan waktu pukul enam lewat tiga puluh menit, Joshua baru saja selesai berganti pakaian setelah mandi. "Pa, makan dulu ya sup abalone kesukaan kamu!. Sebentar lagi sudah matang, kok Pa. Lima menit aja! ". Ucap Elena pada Joshua yang seolah terburu-buru untuk segera pergi menuju ke sekolah tempat nya mengajar. "Papa kayaknya terlambat, hari ini Ma. Padahal harusnya Papa bisa pergi lebih awal. Mungkin gara-gara aku sedikit begadang buat nonton pertandingan sepak bola semalam!". Jawab Joshua sambil sedikit tergesa-gesa untuk memakan dua keping roti tawar dan segelas susu saja. Tanpa sempat
Saat Elena hanya bersama-sama dengan Luna saja, hari-hari Elena seolah-olah berlalu tanpa ada artinya. Begitu berat menjadi seorang ayah sekaligus ibu bagi anak kami satu-satunya. Tetapi Elena tidak pernah mengeluh sedikitpun. Semua hal Elena kerjakan untuk menghidupi dirinya dan juga putri kecilnya. Karena santunan kematiannya Joshua tidaklah bisa digunakan dalam waktu yang lama.Dengan bekerja membawa Luna kecil sudah biasa bagi seorang Elena. Meskipun hari-hari yang dilalui seorang Elena tidaklah mudah,tetapi Elena begitu beruntung selalu mendapatkan boss yang baik hati yang mengijinkan dia membawa Luna sembari bekerja. Hari demi hari Elena jalani dengan tabah dan sabar meskipun didalam kesendiriannya sebenarnya Elena selalu merindukan sosok Joshua untuk berada selalu disampingnya."Luna, Mama nanti belikan Luna snack kesukaan Luna ya, sepulang Mama kerja! ". Dan Luna pun mengangguk pertanda mengerti instruksi dari Mamanya. Elena menghadiahkan Luna makanan kes
Elena terus dan terus melalui hari-harinya yang sendirian tanpa seorang Joshua disampingnya. Hari-hari itu hanya berlalu begitu saja seolah-olah memang tiada arti. Sehingga tak terasa Luna beranjak semakin dewasa. Luna tumbuh menjadi seorang perempuan yang cantik dan juga baik hati sama seperti Mamanya. Dan setelah sekian lama Elena bekerja kepada orang lain, akhirnya Elena bisa membuka rumah makan kecil-kecilan atau sebut saja warung sederhana. Perlahan tetapi pasti, mulailah berdatangan pelanggan warung makan Elena. Bunga tulip bunga favorit Elena,meskipun hanya sekedar bunga imitasi ,selalu Elena pajang disetiap sudut warung sederhananya. Sehingga menambah kesan manis pada setiap sisi warung makannya. Seperti biasanya,sup abalone kesukaan Joshua adalah menu pendamping utama favorit setiap pelanggan mereka. "Saya pesan sup abalone ya Luna satu porsi !". Ucap salah seorang pelanggannya. "Baik, Tante tolong ditunggu ya sup abalone nya. Seger
Hari ini adalah hari minggu pagi yang cerah. Elena dan juga Luna begitu bersemangat karena hari ini adalah hari dimana mereka meluangkan waktu sejenak untuk melepaskan rasa penat setelah sekian lama mereka hanya menghabiskan waktu berada diwarung makan sederhana mereka."Luna,pantai ini begitu indah bukan?. Ini adalah pantai yang penuh dengan kenangan bagi Mama dan juga Papamu. Dahulu kala Papamu melamar Mama dipantai ini. Banyak kenangan berharga ternyata bagi Mama tersimpan disini! ". Ungkap Elena kepada putrinya Luna."Pantai ini memang indah, Ma. Luna ingin Mama tahu bahwa meskipun Papa sudah tidak berada disisi kita saat ini ,tetapi Luna yakin bahwa Papa pasti sangatlah bahagia diatas sana melihat kita selalu perlu memiliki satu sama yang lainnya. Karena pada kenyataanya Luna sangatlah bangga memiliki seorang Ibu seperti Mama. Mama adalah seorang superhero bagi Luna, Ma!". Lunapun memeluk Elena dan memberikan kecupan dipipinya.Sementara i
Elena dan juga Luna kembali beraktifitas seperti biasanya. Pagi hari saat mentari belum bersinar,mereka sudah bergegas menuju warung sederhana mereka. Bukan mengejar hasil dari penjualan,tetapi karena banyak pelanggan setia mereka sudah siap menunggu meskipun terkadang warung makan Elena belum saatnya buka. Elena dan juga Luna merasa bahagia karena meskipun tidaklah banyak uang hasil dari berjualan makanan di warung sederhana mereka,mereka bahagia karena mereka bisa berbagi kebahagiaan kepada para pelanggannya lewat cita rasa masakan dari warung makan mereka. "Hai,selamat pagi Ibu Elena dan kak Luna,jam berapa ya warung Ibu buka?. Ibu saya menyuruh saya untuk segera bergegas kemari,dia takut kalau nanti saya tidak cepat pulang karena terlalu lama menanti pesanan di antrian pembelian masakan yang selalu dimasak oleh Ibu Elena ". Tanya seorang gadis seusia Luna yang memang selalu hampir tiap hari pergi ke warung sederhana Elena. Karena Ibu gadis itu begitu menyukai mas
Dan melangkahlah Joshua kedalam warung sederhana milik Elena itu. Hatinya masih saja was-was kalau saja Elena menyadari kehadirannya. Tetapi bisa jadi mungkin keberuntungan masih berpihak kepadanya. Ternyata, Luna yang kebetulan sedang merapikan meja nomor 1, posisi meja serta kursi-kursi itu yang berada tepat disebelah samping kanan depan pintu masuk warung makan sederhana mereka itu. Sambil mengarahkan pandangan matanya kedalam dapur warung makan itu, Joshua dikagetkan oleh sapaan Luna yang tiba-tiba saja terdengar olehnya. " Wah bapak cepat sekali mengantarkan pesanan bunga milik ibu saya !. Pas sekali saat ini sedang tidak banyak pelanggan yang datang. Bapak mau minum apa,biar saya ambilkan !". Ucap Luna kepada Joshua. " Ah, janganlah repot-repot,nak !. Bapak pamit pulang ya !. Bapak tidak enak hati karena setiap kali bapak mampir,pasti kamu selalu menawarkan bapak minuman ". Balas Joshua kepada Luna yang merasa sungkan sekaligus takut kalau
Mengantarkan pesanan bunga adalah pekerjaan yang sudah biasa dilakukan olehku,Joshua. Berbanding terbalik dengan indah dan segarnya warna-warna bunga itu,hari-hariku hanya berlalu begitu saja seolah-olah terasa hambar dan tanpa warna. Bukan aku tidak menyukai kesempatan kedua yang diberikan Tuhan kepadaku,tidak. Bukanlah itu. Hanya saja aku terus saja berfikir kapankah bisa hari-hari ku yang lainnya bisa aku lewati bersamanya." Joshua, kenapa wajahmu sedari kemarin terlihat lesu? ". Ujar Mr Black heran." Ah....,aku hanya memikirkan Elena. Rasanya ingin segera aku menghampirinya dan juga memeluknya. Tetapi pasti bukanlah saat ini. Bagaimanakah Elena bisa menyadari kehadiranku tanpa aku memberitahukan langsung kepadanya, Mr Black? ". Balas Joshua kepada Mr Black sedih." Yah....hmmm !.Sabar Joshua. Kurasa pelan-pelan kau harus memikirkancaranya! “. Bukan aku tidak mau mem