Share

Kegaduhan

Author: Selia p
last update Huling Na-update: 2024-12-22 14:25:37

Hari itu, Rani gak bisa tidur semalaman karena terlalu mikirin tugas sastra yang harus dia selesaikan. Begadang itu udah jadi kebiasaan buruknya, tapi sekarang malah jadi masalah karena dia nggak bisa berhenti mikirin Pak Ardi. "Gue harus bener-bener fokus," pikir Rani, sambil ngelirik ke jam yang udah menunjukkan hampir jam 8 pagi.

Saat sampai di kelas, Rani duduk paling belakang, berharap bisa menyelesaikan tugas sambil pura-pura nggak ada masalah. Tapi, enggak, karena seperti biasa, Pak Ardi datang dan langsung menyapa semua orang dengan senyum manisnya.

"Selamat pagi, teman-teman. Hari ini kita lanjut ke materi analisis puisi. Rani, lo siap buat presentasi?"

Rani langsung merasa seluruh tubuhnya kaku. "Gila, gue belum siap sama sekali!" pikirnya sambil nyumputin buku di bawah meja.

Pak Ardi langsung maju ke depan dan mulai ngajar dengan santai. “Oke, sekarang kita bahas puisi yang akan jadi tugas lo. Tema puisi ini tuh tentang cinta, tapi cara lo menjelaskan perasaan dalam puisi ini harus bener-bener jujur.”

Rani yang duduk di belakang ngerasa panas banget. Gak tahu kenapa, setiap kali Pak Ardi ngomong langsung ke dia, ada rasa aneh yang muncul. Cinta yang duduk di samping Rani cuma bisa geleng-geleng kepala. “Lo tuh bener-bener deh, Rani. Kayak orang yang diciumin pertama kali, malu banget!”

Rani cuma nyembunyiin muka di balik buku, “Jangan salah, Cin. Gue bingung, ini udah kayak kelas cinta-cintaan!”

Pak Ardi yang ngeliat Rani kayaknya enggak fokus, langsung nyeletuk, “Rani, lo kenapa? Lagi galau ya?”

Rani langsung kaget, "A-Apa? Enggak, Pak! Gue cuma... eh, gue lagi mikirin tugas aja."

Tapi di saat itu, Rani ngeliat ekspresi teman-teman di kelas yang pada diem-diem liatin mereka berdua, kayak ada yang gak beres. Fauzi, yang biasanya cuek, tiba-tiba angkat tangan. “Pak, jangan-jangan Rani tuh lagi mikirin puisi ‘cinta’ itu yang bener-bener bikin galau, kan? Hahaha!”

Rani langsung melotot ke Fauzi. “Lo jangan nyebar gosip sembarangan, Fauzi!”

Tapi malah Pak Ardi yang nyengir. “Fauzi ada benernya juga, ya. Cinta itu memang bisa bikin galau. Tapi lo harus bisa mengatasi itu, Rani.”

Rani yang udah merasa terpojok, cuma bisa nyengir kaku. “I-Iya, Pak. Gue pasti bisa.”

Saat Pak Ardi balik lagi ke meja dosen, Rani merasa keringat dingin mulai turun. Cinta langsung bisik-bisik ke Rani. “Lo tuh, Rani, ya... kayak punya hubungan rahasia sama Pak Ardi. Semua orang di sini udah pada tahu, deh!”

Rani nyengir malu. “Gue nggak ngerti lagi sama lo, Cin. Gue cuma mau ngerjain tugas aja, kok.”

Tapi suasana jadi makin chaos pas Rina yang duduk di depan langsung nyeletuk, “Eh, ada yang aneh nih. Kalian liat kan, Pak Ardi tuh cuma sering ngomong ke Rani? Gimana, ya, bisa jadi mereka berdua tuh klik gitu?”

Semua kelas langsung diem, dan suasana jadi makin awkward. Rani ngerasa jadi pusat perhatian yang nggak diinginkan. “Gue nggak ngerti lagi, kenapa sih ini jadi begini?!” pikirnya.

Pak Ardi yang ngeliat kegaduhan di kelas cuma bisa senyum santai dan ngomong, “Oke, teman-teman. Jangan terlalu serius. Kita bahas soal puisi lagi, ya?”

Rani yang masih merasa canggung, akhirnya ngerasa kayak orang gila di tengah-tengah kelas yang terus-terusan jadi bahan obrolan. Dia cuma berharap bel cepat berbunyi supaya semua ini selesai. “Gue gak kuat, deh. Gue butuh liburan!” pikir Rani dalam hati, sambil mengutuk dirinya sendiri karena udah terlalu mikirin hal yang enggak jelas.

Setelah kelas selesai, Pak Ardi mendekati Rani lagi, seperti biasa. “Rani, lo mau gue bantuin ngerjain tugas yang tadi?”

Rani langsung cemberut. “Pak Ardi, gue udah bilang, gue cuma butuh fokus buat ngerjain tugas. Gak usah terlalu perhatian gitu, ya?”

Pak Ardi cuma nyengir. “Tenang aja, gue cuma mau ngebantu lo, Rani. Lo udah kerja keras, jadi jangan terlalu khawatir.”

Rani cuma nyengir malu, “I-Iya, Pak. Makasih.”

Cinta yang liat kejadian itu cuma bisa geleng-geleng kepala. “Rani, lo tuh bener-bener nggak sadar, ya? Kalau lo makin lama, lo bakal terjebak sama perhatian Pak Ardi yang makin bikin lo geer.”

Rani langsung nyubit pipi Cinta, “Lo ini bikin gue makin stress, Cin. Gimana kalau lo yang jadi mahasiswa Pak Ardi aja?”

Di tengah semua kegaduhan itu, Rani cuma bisa berharap besok dia gak bakal jadi bahan gosip lagi. Tapi kayaknya, dia nggak bisa lari dari perhatian Pak Ardi yang ternyata semakin intens.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Mas Dosen, I Love You   Kehilangan dan Kesendirian

    Malam itu, Rani duduk di meja belajarnya, menatap layar ponselnya yang menampilkan pesan dari Pak Ardi. Tapi dia tidak merasa ingin membalasnya. Rasanya, hati Rani sedang dipenuhi kebingungan dan kecemasan yang begitu besar, hingga membuatnya tak mampu mengumpulkan kekuatan untuk sekadar mengetik beberapa kata.Di layar ponselnya, pesan Pak Ardi itu tersisa tidak terbaca:"Rani, gimana skripsinya? Kalau ada yang mau dibahas, langsung hubungi saya aja, ya. Jangan sungkan."Tapi Rani tidak membalas. Tidak ada energi untuk itu. Sebab, ada satu masalah besar yang membuat semua perhatiannya teralihkan dari skripsi ke kosan.Pagi tadi, dia baru saja menerima pesan dari pemilik kosan yang memberi tahu kalau dia belum melunasi pembayaran sewa bulan ini. Uang yang harus dia bayar untuk bulan ini lebih dari yang dia perkirakan. Kosan kecilnya di pinggir kota itu memang murah, tapi sekarang setelah beberapa bulan ini uang yang dia punya benar-benar menipis.

  • Mas Dosen, I Love You   Tenang

    Seminggu berlalu sejak bimbingan terakhir di rumah Pak Ardi. Hidup Rani terasa jauh lebih teratur dari biasanya. Revisi skripsinya berjalan lancar, tugas-tugas kuliah lain sudah selesai, dan dia bahkan berhasil tidur cukup tanpa begadang nonton drama Korea. Untuk pertama kalinya, Rani merasa seperti mahasiswi ideal yang punya hidup terencana.Setiap pagi, dia bangun tepat waktu, berangkat ke kampus tanpa terlambat, dan menyempatkan sarapan di kantin bersama Cinta dan Dika.“Hidup lo kenapa rapi banget belakangan ini? Lagi ikut retret, nih?” goda Cinta sambil menyuap nasi goreng.“Lagi tenang aja, Cin,” jawab Rani sambil tersenyum santai. “Nggak ada tugas numpuk, nggak ada drama… rasanya kayak hidup baru.”“Tumben nggak ada yang ngeluh soal skripsi,” komentar Dika sambil memutar gelas tehnya.Rani mengangguk mantap. “Soalnya progress-nya lancar, Di. Pak Ardi bantu banget, ternyata dia nggak se-ngeselin yang gue pikir sebelumnya.”

  • Mas Dosen, I Love You   Semakin Dekat

    Keesokan harinya, Rani kembali ke kampus dengan perasaan campur aduk. Pengalaman bimbingan di rumah Pak Ardi kemarin masih membekas di pikirannya. Tapi dia berusaha keras untuk fokus. Skripsinya masih jauh dari selesai, dan dia nggak mau bikin masalah lagi dengan dosen pembimbingnya itu.Saat jam makan siang, dia berjalan menuju ruang dosen dengan naskah revisi di tangannya. Namun, begitu tiba di depan pintu, dia malah berhenti dan menarik napas panjang.“Udah sampai sini, masa balik lagi? Jangan bego, Ran,” gumamnya pada diri sendiri.Setelah mengetuk pintu, suara tegas Pak Ardi terdengar. “Masuk.”Rani membuka pintu dengan hati-hati. Pak Ardi sedang duduk di meja kerjanya, mengenakan kemeja biru muda yang digulung sampai siku. Matanya langsung tertuju ke arah Rani.“Rani, duduk. Ada yang mau didiskusikan?” tanyanya dengan nada santai.Rani mengangguk pelan dan menyerahkan dokumen revisinya. “Ini, Pak, revisi yang Bapak minta ke

  • Mas Dosen, I Love You   Bimbingan Skripsi Rasa Keluarga

    Hari itu, suasana kampus terasa lebih ramai dari biasanya. Tapi buat Rani, dunia sedang terasa seperti film slow-motion. Ada rasa campur aduk yang sulit dijelaskan. Bukan karena skripsinya, tapi karena dia baru saja mendapat pesan dari Pak Ardi:> "Rani, hari ini kita lanjutkan bimbingan di rumah saya. Anak saya sedang kurang enak badan, jadi saya nggak bisa tinggal lama di kampus."Mata Rani langsung membelalak saat membaca pesan itu. Bimbingan… di rumah Pak Ardi?! Ini pertama kalinya dia diminta datang ke rumah dosennya. Meskipun konteksnya profesional, tapi tetap saja, rasanya bikin deg-degan.Cinta, yang duduk di sebelahnya, langsung heboh saat Rani menceritakan rencana itu.“Lo serius? Bimbingan di rumah Pak Ardi? Ran, ini kesempatan emas buat lo. Jangan lupa observasi detail rumahnya. Gue pengen tahu semuanya. Warna sofa, jenis lampu, bahkan koleksi majalahnya!”“Cii, gue bimbingan, bukan jadi agen rahasia!” balas Rani sambil mengusap wa

  • Mas Dosen, I Love You   Misi Balas Budi Yang Berantakan

    Setelah kejadian di ruangan Pak Ardi, Rani merasa dia harus melakukan sesuatu untuk menebus rasa bersalahnya. Dia nggak mau terlihat seperti mahasiswi ceroboh yang cuma bisa bikin masalah. Maka, dia memutuskan untuk mengambil langkah besar: bantuin Pak Ardi mengurus dokumen-dokumen di ruangannya.Rani sengaja datang lebih awal ke kampus keesokan harinya. Dia membawa sekantong kecil kue yang dia beli di perjalanan—niatnya buat mencairkan suasana. Saat sampai di ruangan Pak Ardi, dia mengetuk pintu dengan hati-hati.“Masuk,” terdengar suara tegas dari dalam.Rani membuka pintu pelan. Pak Ardi tampak sibuk dengan tumpukan berkas di meja. Saat melihat Rani, dia sedikit mengangkat alis. “Ada apa, Rani?”“E-eh, ini, Pak. Saya cuma mau bantu beresin dokumen. Dan ini, saya bawa kue buat Bapak…” Rani meletakkan kantong kue di meja dengan sedikit gugup.Pak Ardi menatap kantong itu sebentar sebelum akhirnya tersenyum kecil. “Terima kasih, Rani. Tapi kamu nggak perlu repot-repot.”“Nggak apa-apa

  • Mas Dosen, I Love You   Hilang

    Keesokan harinya, gosip di kampus belum mereda. Bahkan, ada tambahan bumbu baru: “Pak Ardi dan Rani terlihat mesra di perpustakaan.” Itu semua berkat ulah Rina, yang entah bagaimana selalu tahu segala kejadian di kampus dan menyebarkannya lebih cepat dari media sosial.Di kelas pagi itu, Rani datang dengan wajah kusut. Dia langsung duduk di pojokan, mencoba nggak menarik perhatian. Tapi tentu aja, keberadaan Cinta dan Dika bikin rencana itu gagal total.“Ran, gue nggak ngerti kenapa lo nggak sekalian aja bikin vlog hubungan lo sama Pak Ardi. Pasti views-nya tembus satu juta!” celetuk Dika sambil nyengir lebar.Rani menatapnya tajam. “Dik, kalau lo ngomong kayak gitu lagi, gue sumpahin lo nggak lulus semester ini!”Cinta, yang duduk di sebelahnya, ikut nimbrung. “Tapi serius, Ran. Gue kemarin denger dari anak jurusan lain, mereka bener-bener percaya kalau lo dan Pak Ardi punya hubungan spesial. Gue sih nggak nyalahin mereka. Chemistry kalian tuh—”“CI!” potong Rani dengan suara setenga

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status