Share

Bab 15. Tiga belas tahun silam

Saat itu hujan masih deras-derasnya. Pertengkaran hebat terjadi di sebuah rumah mewah di ruang tamu. Vas bunga pecah dan berserakan di mana-mana kepingannya. Hari itu dalah satu bulan menjelang pemilu wali kota.

Seorang perempuan berusia empat puluh tiga tahun terduduk di lantai di pelukan anak laki-laki berseragam intelejen negara dengan tulisan nama Zuldan Bahir. Ekspresi wajah ibu dan anak itu sangat terluka. Sedangkan Rumi yang saat itu berusia tiga belas tahun hanya berdiri mematung dengan wajah nanar memandangi ayahnya yang tengah mengamuk.

“Bawa dia pergi! Ke mana pun itu. Aku nggak mau tahu. Pokoknya jangan sampai dia diketahui oleh halayak umum. Karena dia itu anak aib yang cuma akan merusak karirku.” Suara laki-laki paruh baya

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status