Share

6. Sah!

Penulis: Ana HR
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-26 14:00:33

Hari pernikahan tiba. Pagi usai akad nikah, pasangan pengantin duduk di pelaminan. Tamu-tamu pun mulai berdatangan, memberikan selamat dan doa.

12 Januari 2021. Menjadi hari bahagia bagi Devita dan Alby. Walaupun sebenarnya Devita tidak tampak bahagia sekali. Hanya Alby yang terlihat senang-senang saja kala tamu-tamu undangan mengajak salaman dan memberikan selamat.

Alby menarik tubuh Devita untuk mendekat, laki-laki itu melingkarkan tangannya ke pinggang sang istri. Sontak tindakan tiba-tibanya itu membuat Devita nyaris oleng sebab ia menggunakan sepatu hak tinggi, meski tidak terlalu tinggi sekali. Tetap saja Devita kewalahan karena tak terbiasa mengenakan sepatu hak tinggi.

Devita mendesis. "Lo ngapain, sih?" tanya Devita memelankan nada bicaranya.

"Ada temen-temen gue."

Devita lagi-lagi mendesis kesal. "Kaki gue sakit," keluh Devita.

"Tahan dulu," kata Alby tak berperasaan.

Devita hendak melepaskan lengan Alby yang masih setia melingkar di pinggangnya. Namun, perempuan itu tak bisa melepasnya lantaran Alby yang semakin mengeratkan pegangannya.

"Ini cowok beneran suka atau pura-pura, sih! Gak ada hati!" batin Devita kesal.

Devita menginjak kaki Alby sekuat tenaga, ia bisa bebas melakukannya karena rok yang kelewat panjang sampai menutupi kakinya.

"Selamat, Bro!"

Wajah Alby mulai kaku. Laki-laki itu tertawa patah-patah sembari menyalami teman-temannya. "Iyah ha ha ha."

"Mampus lo! Makanya jangan macem-macem!" batin Devita merasa puas.

Alby melirik Devita seperti robot. "Lepasin kaki lo," bisik Alby.

Bukannya melepaskan kakinya dari kaki Alby, Devita justru semakin menekankan kakinya kuat. Sampai Alby sekuat mungkin menahan ekspresi wajahnya untuk tidak berubah sedikit pun. Dan hal itu sangat menyiksa. Sedangkan Devita tertawa puas, ini balasan.

"Selamat, yah, Ta," ucap Mely sembari menepuk-nepuk lengan kanan Devita.

"Foto-foto dulu, dong."

"Ta—" Alby yang hendak protes sudah lebih dulu dibungkam dengan aksi Mely yang langsung menyempil diantara Devita dan Alby.

"Gue tersingkirkan," gumam Alby pelan.

Alby mulai jenuh melihat Devita dan Mely yang tidak ada habis-habisnya berselfi. Alhasil, Alby buru-buru menyerobot di antara Devita dan Mely. "Sesi fotonya nanti aja, yah," kata Alby dengan nada halus tapi penuh ancaman.

Mely sadar akan ancaman itu. Perempuan itu buru-buru menjauh. "Okeh, nanti foto-foto lagi, yah! Bye!"

Usai Mely pergi, Gita dan Farhan datang berdampingan dengan pakaian couple-nya. Gita lebih dulu bersalaman dengan Devita. "Selamat atas pernikahannya, ternyata lo beneran nikah, yah. Gue kira cuma bohongan."

Devita tak menjawab. Perempuan itu hanya tersenyum saja.

Saat giliran Farhan akan bersalaman dengan Devita, tangan Gita lebih dulu menarik tangan laki-laki itu. Sehingga tidak jadi, keduanya buru-buru pergi setelah bersalaman dengan Alby.

"Dih, kok sewot," cibir Devita setelah Gita dan Farhan berjalan menjauh.

"Siapa?"

"Mantan gue sama temen SMA."

💐💐💐

Alby masuk ke kamar ketika tengah malam. Wajahnya sudah letih dan lesu. Matanya yang sudah sayu karena kelelahan tiba-tiba melotot begitu melihat Devita yang sedang santai-santai duduk bersila di atas kasur sembari memangku semangkuk mie dan asik menonton film di laptop.

"Enak, yeh dia santai-santai di kamar dari tadi siang. Gue nyalamin tamu-tamu sampe nih tangan rasanya mau copot!" gerutu Alby dalam hati.

Alby dengan kecepatan penuh berlari menuju kasur, lantas menduduki tepi kasur secara tiba-tiba membuat kasur itu sedikit terpantul. Akibatnya mangkuk berisi mie milik Devita jatuh mengenai kakinya.

"Aduh panas-panas!" Devita buru-buru bangun, lalu bergegas ke kamar mandi.

Alby yang menyadari kecerobohannya tadi, buru-buru menyusul. Namun, sebelum ikut masuk ke kamar mandi, pintu tersebut sudah lebih dulu tertutup tepat seinci dari wajahnya.

"Ta, maaf."

Terdengar suara keran air dinyalakan.

"Lo gak apa-apa 'kan?" tanya Alby khawatir.

Pintu kamar mandi terbuka. Devita sempat terperanjat begitu melihat wajah Alby yang ada di depan pintu. "Lo ngapain di sini?"

"Kaki lo gak apa-apa?"

Devita melewati Alby begitu saja. Perempuan itu mengambil bantal dari kasur. Namun, Alby menghalangi jalan Devita sebelum perempuan itu pergi.

"Mau ke mana?"

"Keluar!" sewot Devita.

"Kok keluar, sih."

Devita menatap Alby yang memegang lengannya kuat-kuat. "Kasurnya gak bisa dipake lagi. Jadi bau kuah mie."

Alby menarik tangan Devita untuk duduk di sofa panjang dekat dengan jendela. "Lo tidur di sini, jangan di luar. Dingin loh."

"Kan bisa pake selimut," bantah Devita. "Habisnya lo nyebelin banget. Iseng!" desisnya kesal.

Alby tersenyum. "Lucu banget, sih!" Alby memeluk lengan Devita, menyandarkan tubuhnya.

Devita mendorong pipi Alby menjauh. "Dih, lo manja banget, sih!"

Devita memang berhasil mendorong pipi Alby menjauh, tapi pelukan di lengan Haura masih tak mau lepas. "Diem dulu, kek. Gue lagi capek."

Devita menurut. Perempuan itu diam selama beberapa saat. Matanya masih tak mau terpejam, tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 02. 00 pagi. Devita bergerak gelisah, ia berusaha menyingkirkan Alby yang masih setia memeluk lengannya.

"Nih orang udah kayak lem aja, buset susah banget dilepasin." Devita masih mencoba melepaskan pelukan Alby. Namun, benar-benar tak bisa dilepas. "Padahal udah tidur, tapi kok masih kuat."

Devita menggerutu pelan, ia memikirkan kira-kira bagaimana caranya ia bisa melepaskan pelukan Alby di lengannya. Pasalnya ia tak bisa tidur kalau terus digelendoti oleh Alby. Ia hanya bisa tidur jika tidak ada yang membebaninya. Benar-benar menyusahkan!

Pundak Devita sudah mulai keram. Perempuan itu berdoa dalam hati, semoga diberi kelancaran untuk aksi gilanya.

Devita mengembuskan napas panjang. Berancang-ancang untuk merealisasikan ide gilanya. Ia tidak peduli jika nanti Alby terbangun atau terjatuh. Yang ia pedulikan adalah bagaimana caranya ia bisa terbebas dari sang suami.

Devita mulai menghitung dalam hati.

Satu.

Dua.

Ti ... ga!

DUK!

Devita berhasil melepaskan diri. Namun, Alby harus menanggung akibat dari tindakan gilanya. Kepala laki-laki itu sedikit terbentur sisi sofa, alhasil hal itu membuat Alby melek dengan mata melotot.

"HUAH!" Devita kaget begitu melihat mata Alby melotot. Benar-benar menyeramkan.

Alby mengerjap-ngerjapkan matanya. Ia masih mencerna kejadian apa yang baru saja terjadi. Yang ia rasakan adalah sakit di kepala dan yang ia lihat adalah Devita yang sudah berdiri di depan sofa dengan ekspresi terkejut.

"Aw."

"Maaf," cicit Devita. Lantas perempuan itu langsung kabur, keluar dari kamarnya sebelum Alby menyadari apa yang telah Devita perbuat.

"Devita!!"

"Wah kurang asem tuh anak, kepala gue dibikin benjol," gumam Alby sembari mengusap-usap kepalanya yang memang agak benjol.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Mas, Nikah, Yuk!   20. Misi Rahasia Devita

    Seharian Alby sibuk mengurus toko. Pokoknya yang biasanya siang bisa makan bersama Devita kali ini tidak. Kentara sekali masih marah dan menghindari sang istri. Bahkan telepon Devita saja tidak laki-laki itu angkat. Tapi, dalam perjalanan pulang menuju rumah mendadak laki-laki itu merenung. Bahwa mau sampai kapan ia dan Devita perang dingin begini. Apalagi tidak adanya penjelasan mengenai alasan Alby marah. Pasti Devita kebingungan. Mendadak laki-laki itu merasa bersalah. Jadi, dalam perjalanan ia sempat mampir untuk membeli martabak telur di pinggir jalan. Senyum Alby terukir, ia memantapkan hati begitu bertemu dengan Devita harus bermaafan. Ya, minimal ajak duduk bersama lalu bicarakan permasalahan dan berdamai kemudian. "Assalamualaikum." Alby masuk ke rumah, tapi ruang tamu tampak gelap. Wajar memang karena sekarang sudah nyaris tengah malam. Alby meletakkan martabak telur di atas meja makan. Kemudian melangkah menuju kamar yang pintunya terbuka sedikit. Tangan Alby sudah meme

  • Mas, Nikah, Yuk!   19. Gara-Gara Mantan

    "Selamat ya ... atas pernikahannya bestie," kata Devita ketika perempuan itu bersalaman dengan Mely di atas pelaminan ditemani oleh Alby tentunya. "Thanks bestiee." Sesaat keduanya berpelukan. Mely berbisik pelan di samping telinga Devita ketika keduanya masih berpelukan. "Ada mantan lo tahu."Seketika Devita melepaskan pelukannya. "Serius lo?!" Perempuan itu menatap Mely nyaris seperti melotot. Membuat Mely menepuk keras bahu sahabatnya agar tahu situasi. Sebab ekspresi perempuan itu mengundang rasa penasaran beberapa orang termasuk Alby. Mely tertawa pelan. Bukannya menjawab pertanyaan dari Devita, perempuan itu justru mendorong sahabatnya ke arah Alby. "Bawa istri lo deh sebelum dia bikin keributan." Alhasil Alby menarik Devita menjauh. Meski perempuan itu sempat berontak dan nyaris tersandung gara-gara tak mengikuti ritme langkah kaki suaminya. "Ngomongin apa?" tanya Alby dengan tatapan menyelidik setelah keduanya berhenti disudut tempat duduk yang agak sepi. "Gak ada, bia

  • Mas, Nikah, Yuk!   18. Katanya Gak Ngambek

    "AC-nya kecilin, Ta," kata Alby laki-laki itu tampak membungkus tubuhnya dengan selimut. Sedangkan Devita sedang memegang remote AC sambil berdiri di sisi kasur. Bukannya mendengarkan, perempuan itu justru menaikkan suhu AC. Alby keluar dari selimut. Laki-laki itu melangkah menghampiri sang istri. Hendak mengambil remote AC. Tetapi, sayangnya Devita sudah lebih dulu menyadari kehadiran sang suami. Sehingga ia bisa dengan cepat menghindar. "Ta! Kecilin." "Gak mau. Gerah tau." Alby berlari mendekati Devita. Perempuan itu dengan cepat menghindar. Ia bahkan berlarian sampai melintasi atas kasur, atas kursi, lompat bahkan membelokkan arah agar tak tertangkap. Sedangkan Alby tampak greget sendiri. Laki-laki itu dengan cepat mengejar langkah pendek istrinya. Tangan besarnya berhasil menangkap Devita. Ya, lebih tepatnya memeluk perut istrinya dari belakang. Membuat Devita memberontak. Berusaha untuk menyembunyikan remote AC itu. Sampai tangannya ia rentangkan ke atas berha

  • Mas, Nikah, Yuk!   17. Ketahuan!

    "Mas gak jadi makan siang bareng. Aku mau ke sekolah Guntur," kata Devita ketika keduanya berada dalam satu mobil hendak menuju ke tempat makan. "Yaudah aku anterin." Devita hanya mengangguk saja. Perempuan itu mengalihkan pandangan ke arah luar jendela. Meski begitu, Alby tahu istrinya terlihat cemas. "Masalah apa?" tanya Alby tak tahan dengan keterdiaman Devita. Helaan napas berat terembus. "Aku gak tahu. Guntur itu bukan tipikal anak yang neko-neko. Makanya aku kaget karena ditelepon guru katanya Guntur ada di ruang kepala sekolah." Devita memijat pelipisnya. "Aku coba tanyain ke dia lewat chat juga gak dibales, cuma suruh cepet aja." Alby membelokkan setirnya menuju sekolah Guntur. "Yaa ... namanya masa-masa labil gini. Mas juga dulu gitu kok. Yang penting, kamu tanya baik-baik dulu aja. Jangan langsung ditodong kayak kriminal." Kali ini Devita mengangguk. Meski tetap saja mulutnya tak tahan ingin mengomeli Guntur. Pasalnya sebentar lagi adiknya itu kelas dua bel

  • Mas, Nikah, Yuk!   16. Password WiFi

    Dalam seminggu setidaknya ada satu hari Alby tidak kerja. Laki-laki itu menetapkan hari minggu sebagai libur sekaligus quality time bersama dengan Devita. Kalau saat lajang dulu laki-laki itu akan nongkrong atau cari mangsa baru untuk dijadikan kekasih. Alby yang masih mengenakan kolor dan tak memakai baju keluar dari kamar. Ya, lagi-lagi ia ketiduran sehabis shalat subuh. Barusan ia terbangun gara-gara mendengar suara orang bilang kebakaran yang ternyata itu cuma alarm! Sudah pasti ulah dari Devita. Alby celingak-celinguk mencari keberadaan Devita. Sampai ketika kakinya menapak pada halaman belakang rumah barulah laki-laki itu melihat Devita sedang sibuk dengan tanaman. Menyadari kehadiran Alby, Devita sama sekali tidak berbalik. Perempuan itu justru sibuk mencabut rumput. "Ayo bantu beres-beres." Alby tak memakai sandal. Kaki tanpa alasnya menapaki halaman belakang yang dialasi oleh rumput jepang. Laki-laki itu mendekati Devita. Lalu berjongkok di sebelahnya. "Astaghfi

  • Mas, Nikah, Yuk!   15. Kode

    "Mama kalau mau datang harusnya bilang-bilang. Ya Allah kaget aku," kata Devita ketika mempersilakan Tita, sang mama untuk duduk di kursi ruang tamu. Devita mengambil tempat duduk di seberang. Perempuan itu masih merapikan sejenak tatanan rambutnya yang hanya dijedai asal. Tita melihat penampilan putrinya lekat. "Baru bangun apa gimana?" "Ya gaklah, Ma. Aku udah bangun dari subuh. Lanjut beres-beres sama siapin keperluan Mas Alby juga. Ini ... belum sempet mandi karena baru banget selesai beres-beres. Mama jangan bandingin aku sama kebiasaan pas belum nikah. Aku juga bisa berpikir lebih dewasa kok." Tita mengangguk-anggukkan kepalanya. Dalam hati merasa cukup bangga karena anak perempuannya bisa beradaptasi dengan baik. Apalagi sekarang statusnya sudah menjadi seorang istri. Bukan lajang lagi. "Mama kesini karena mau mastiin keadaan kamu aja, seminggu gak ada kabar dan gak main pula," sindir Tita sembari mencomot salah satu kue ditoples. Devita nyengir. "Maaf, Ma lup

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status