"Ruyan, kau harus pergi ke Kekaisaran Tianlong." Itu adalah kalimat yang selalu dinantikan oleh Ruyan selama ini. Ruyan sudah menantikan hari di mana dia bisa terbebas dari istana yang kejam ini. “Apakah saya boleh tahu apa alasannya, Ayah?” tanya Ruyan pada ayahnya sekaligus raja dari Kerajaan Yunxi. “Aku akan memberikan dirimu pada Kaisar Tianlong sebagai sandera untuk menghindari konflik dengan mereka,” kata Xi Yuefeng, sang raja. Ruyan sudah menduga hal ini akan terjadi. Dia sudah tahu bahwa dia pasti akan dibuang oleh ayahnya sendiri suatu hari nanti. Tapi, Ruyan sama sekali tidak merasa sedih akan hal tersebut. Ruyan justru merasa sangat bahagia saat dia tahu bahwa dia akhirnya terbebas dari orang tuanya. “Sandera? Apakah Anda menjual saya?” tanya Ruyan sambil menyembunyikan senyuman di wajahnya.“Kau tidak memiliki hak untuk protes. Setidaknya buat dirimu berguna untuk kami. Kerjaanmu hanya mengurung diri di kamar selama ini. Dasar putri tidak berguna. Besok, kau akan menge
Matahari baru saja terbit, para pelayan berbondong-bondong masuk ke kamar Ruyan untuk mendandani Ruyan agar terlihat sangat cantik. Hal ini sama sekali belum pernah terjadi sebelumnya. Ruyan belum pernah mendapatkan perlakuan yang begitu istimewa seperti ini setelah ibunya tiada. Ruyan tampak begitu cantik dengan tubuh yang berbalutkan gaun pengantin berwarna merah serta rambut yang dihias dengan sedemikian rupa. Tak lupa wajah Ruyan juga didandani agar terlihat lebih cantik.Sementara Ruyan masih bersiap di kamarnya, dua kereta kuda dan rombongan dari Kekaisaran Tianlong sudah sampai di area istana. Raja dan ratu kerajaan Yunxi sudah bersiap di depan pintu utama istana untuk menyambut kedatangan Kaisar Long Shengli. Shengli keluar dari kereta kudanya dan membuat pandangan semua orang tertuju padanya. Sosoknya yang terlihat sangat tampan, gagah dan berwibawa, membuat siapa saja yang melihatnya langsung merasa terintimidasi. Shengli memakai jubah kaisarnya yang berwarna merah, jubah
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih selama dua bulan, akhirnya Ruyan sampai di Istana Kekaisaran Tianlong. Ruyan sampai di istana ini tanpa Shengli karena mereka berpisah di perbatasan. Shengli harus mengecek kondisi di perbatasan. Jadi Shengli menyuruh Ruyan untuk pergi ke istana duluan. Ruyan turun dari kereta kuda. Dia langsung disambut oleh seorang pelayan yang sudah menunggu kedatangan Ruyan. "Selamat datang di Istana Kekaisaran Tianlong, Yang Mulia Selir Xi," kata pelayan itu sambil membungkuk pada Ruyan. Ruyan mengangguk pada pelayan itu. "Yang Mulia, Yang Mulia Permaisuri sudah menunggu," kata pelayan itu. "Baiklah, tunjukkan jalannya," kata Ruyan. Pelayan tersebut segera menunjukkan jelan ke Paviliun Mahkota Langit, tempat tinggal Permaisuri Zhao Wanyin. Ruyan terus berjalan mengikuti pelayan itu sambil melihat sekeliling istana. Setelah beberapa saat, akhirnya mereka sampai di tempat tujuan. Di dalam kamar, sang permaisuri terlihat sedang mengecek laporan. Wanyin
"Yang Mulia, ada selir baru yang baru masuk istana. Dan dia sudah berani mempermalukan saya dengan memaksa saya berlutut padanya selama dua jam," kata Yuyan.Yuyan saat ini sedang berada di Paviliun Seruni Jingga, paviliun milik selir agung. Yuyan berada di sini karena dia ingin mengadu pada selir agung atas perbuatan Ruyan padanya. "Selir baru? Aku tidak tahu kalau ada selir baru," kata Selir Agung Shang Lianyi. "Yang Mulia Kaisar membawa selir baru dari Kerajaan Yunxi," kata Yuyan. "Sepertinya Yang Mulia Kaisar berencana memperluas wilayah dengan besar-besaran. Sebelumnya Yang Mulia Kaisar membawa putri dari Kerajaan Fengxu, lalu putri dari Kerajaan Lingxao, dan sekarang dari Kerajaan Yunxi," kata Lianyi. "Yang Mulia, wanita yang kali ini benar-benar sangat sombong. Padahal dia sangat jelek tapi dia sama sekali tidak sadar diri. Saya benar-benar tidak suka padanya," kata Yuyan. "Aku jadi penasaran padanya. Panggilkan dia ke sini," kata Lianyi pada seorang pelayannya. Pelayan y
Sudah sekitar dua minggu sejak Ruyan berselisih dengan Yuyan. Hingga saat ini Yuyan terus mencoba untuk memprovokasi Ruyan. Namun, Ruyan mengabaikan Yuyan. Saat ini hari sudah malam. Ruyan sudah bersiap untuk tidur di kamarnya. Namun, Yuyan datang ke paviliunnya lagi. Yuyan sudah menyiapkan cara baru untuk memprovokasi Ruyan malam ini. Yuyan berada di halaman Paviliun Embun Pagi bersama dengan beberapa pelayannya. Dia membuat suara berisik dengan memukul benda-benda yang bisa membuat suara berisik dan berteriak-teriak tidak jelas.Niat Yuyan adalah membuat Ruyan memanggil penjaga untuk mengusir dirinya. Setelah hal itu terjadi, Yuyan akan melaporkan pada permaisuri bahwa dia diusir dengan sangat kasar oleh Ruyan. Tentu saja, dia akan memutar balikkan fakta dalam kejadian ini saat melapor pada permaisuri. "Yang Mulia, bukankah sebaiknya kita memanggil penjaga saja?" saran Mei. Mei sudah tidak tahan dengan kelakuan Yuyan selama beberapa hari terakhir ini. "Aku tidak bisa mendengarm
"Yang Mulia, Ibu Suri telah kembali ke istana dari kampung halaman," kata Mei."Sepertinya aku harus memberi salam pada Ibu Suri. Kapan beliau sampai?" tanya Ruyan."Ibu suri sampai di istana tadi malam. Para selir lainnya sudah bergantian mengunjungi ibu suri," kata Mei.Ini pertama kalinya Ruyan akan bertemu dengan ibu suri. Saat Ruyan sampai di istana untuk pertama kalinya, ibu suri belum kembali dari kampung halamannya.Ruyan merasa dia harus memberi ibu suri sesuatu. Dia tidak bisa datang ke tempat ibu suri tanpa membawa apa-apa. Tapi dia tidak tahu apa yang harus dia berikan."Apa kau tahu apa yang disukai oleh ibu suri?" tanya Ruyan."Seingat saya Ibu Suri sangat suka dengan teh," kata Mei."Baiklah. Bawakan aku daun rosemari, bunga linden, daun sage, kulit jeruk, dan air panas. Dan juga alat-alat untuk meracik teh," kata Mei.***Ruyan berjalan ke Paviliun Giok Agung, pav
Ruyan baru saja kembali dari Paviliun Giok Agung, kediaman ibu suri. Ruyan berada di Paviliun Giok Agung sejak makan siang hingga matahari terbenam.Saat Ruyan sampai di kediamannya, Ruyan melihat Shengli ada di sini. Shengli sedang duduk di salah satu tempat duduk sambil membaca laporan."Yang Mulia," kata Ruyan sambil membungkuk pada Shengli."Apa yang kau bicarakan dengan ibuku hingga kau lupa waktu seperti ini?" tanya Shengli."Saya diajak untuk berkeliling di kebun beliau," kata Ruyan. Shengli mengangguk setelah mendengar perkataan Ruyan."Maaf membuat Anda menunggu, Yang Mulia," kata Ruyan."Tak apa. Aku sendiri yang memutuskan untuk menunggumu. Ada yang ingin aku bicarakan padamu," kata Shengli."Baiklah, Yang Mulia," kata Ruyan.Shengli memberi isyarat pada Ruyan untuk duduk di sampingnya. Ruyan yang mengerti isyarat tersebut segera duduk di samping Shengli."
Ruyan baru saja bangun dari malam yang panjang bersama dengan Shengli. Kali ini Ruyan bangun lebih siang dari biasanya. Tentu saja saat Ruyan bangun, Ruyan mendapati bahwa dirinya hanya sendirian di kamar. Shengli sudah pergi pagi-pagi sekali untuk melakukan pekerajaannya sebagai seorang kaisar.Ruyan bangkit dari tempat tidur dan segera memakai pakaiannya. Ruyan berjalan ke arah jendela terdekat lalu membuka jendela tersebut. Ruyan melihat ke arah keluar dan menyadari bahwa hari benar-benar sudah siang, bukan pagi menjelang siang lagi.Mei yang berjaga di luar, melihat Ruyan sudah bangun dan membuka jendela. Mei segera masuk ke dalam kamar Ruyan lalu membungkuk pada Ruyan.“Selamat pagi, Yang Mulia,” kata Mei sambil membungkuk pada Ruyan.“Aku rasa ini bukan pagi lagi,” kata Ruyan.“Iya, Yang Mulia. Ini sudah tengah hari. Saya akan segera menyiapkan makan siang Anda,” kata Mei.“Baiklah,” kata Ruyan sambi
Tinggal satu hari sebelum pesta tahun baru dan pesta ulang tahun ibu suri dimulai. Pagi ini Ruyan keluar dari kamarnya lalu berjalan ke halaman belakang paviliunnya untuk mengecek pohon-pohon buah plum yang dipercayakan oleh ibu suri. Betapa terkejutnya Ruyan saat melihat pohon-pohon itu sekarat. Daun-daunnya menguning dan berguguran. Tentu saja buah-buah yang ada di pohon itu telah berjatuhan. "Yang Mulia, ini ...." Mei sangat tercengang saat melihat keadaan pohon-pohon itu. Mei merasa sangat bersalah karena dia telah lalai dalam melakukan pekerjaannya. Mei bersujud di hadapan Ruyan lalu berkata, "Saya pantas dihukum, Yang Mulia."Ruyan menghela napas panjang dan menatap kosong pada pohon-pohon itu. Ruyan berpikir dirinya pasti dihukum sangat berat oleh ibu suri jika dirinya mengecewakan kepercayaan ibu suri."Bangunlah. Sebaiknya kau bantu aku untuk mengambil buah-buah yang berjatuhan," kata Ruyan. Ruyan memunguti yang telah berjatuhan. Tentu saja dia memilih buah-buah yang masi
Ruyan baru saja bangun dari tidur siangnya. Dia masih bermalas-malasan di atas tempat tidur. Dan tiba-tiba, Mei masuk ke dalam kamar Ruyan. "Yang Mulia, Yang Mulia Ibu Suri memanggil Anda," kata Mei. "Astaga ...," kata Ruyan sambil menguap. "Anda sangat banyak tidur akhir-akhir ini, Yang Mulia," kata Mei. Ruyan segera bangkit dari tempat tidur. Mei segera membantu Ruyan untuk berganti pakaian. Ruyan menguap lagi dan berusaha untuk mengumpulkan kesadarannya. Ruyan mengedipkan mata beberapa kali lalu mengusap matanya. Rasa kantuknya sangat luar biasa saat ini. Ruyan hanya pasrah saat Mei mendandaninya. Ruyan mempercayakan semuanya pada Mei karena dia terlalu mengantuk untuk peduli dengan penampilannya. "Sudah siap, Yang Mulia," kata Mei. Ruyan pun berjalan keluar dari kamarnya untuk pergi ke kediaman ibu suri di Paviliun Giok Agung. Ruyan masih mengantuk selama perjalanan dan tidak terlalu fokus memperhatikan jalannya. Ruyan hampir ditabrak oleh seekor anjing yang berlari namun
Ruyan, Mei, dan Fugui langsung bergegas menuju ke gudang penyimpanan makanan. Sesampainya di sana, mereka langsung mencium bau yang sangat tidak sedap. Saat mereka menengok ke dalam, mereka melihat ada banyak tikus berkeliaran di dalam.Ruyan hanya bisa menghela napas panjang saat melihat tikus-tikus itu. Sementara itu, Fugui langsung pergi mencari orang yang bertugas untuk menjaga gudang bahan makanan."Yang Mulia, ini ...," kata Mei."Seseorang pasti merencanakan ini," kata Ruyan."Apa yang harus kita lakukan?" tanya Mei.Ruyan juga bingung harus berbuat apa untuk saat ini. Dia hanya bisa melihat tikus-tikus memakan bahan makanan di dalam gudang itu.Katanya bahan makanan yang ada di gudang itu adalah bahan makanan yang akan digunakan untuk hidangan pesta. Ruyan jadi merasa sedikit janggal dengan hal itu. Menu hidangan pesta belum ditentukan namun bahan makan sudah disediakan. Ruyan bahkan belum diberi a
Hari ini Ruyan pergi ke dapur istana untuk melihat kondisi di dapur istana untuk pertama kalinya. Ruyan pergi ke dapur istana dengan menggunakan cadar agar orang-orang di sana tidak begitu mengenali wajahnya.Orang-orang yang bekerja di dapur melihat Ruyan dengan penasaran siapakah selir yang datang ke tempat ini. Namun, ada juga yang sudah bisa menebak siapa selir yang datang itu.Ruyan berjalan masuk ke dalam dapur istana bersama dengan Mei. Beberapa saat kemudian, kepala dapur datang menghampiri Ruyan."Maaf, tapi siapa Anda?" tanya sang kepala dapur, Wang Fugui dengan wajah kesal. Fugui tidak pernah suka jika ada orang asing yang tidak bisa memasak memasuki wilayahnya alias dapur istana. Menurut Fugui, orang itu hanya akan mengganggunya saja saat melakukan pekerjaannya."Beliau adalah Yang Mulia Selir Xi. Yang Mulia Selir Xi diberi tanggung jawab untuk menyiapkan hidangan untuk pesta tahun baru," kata Mei."Anda tidak pe
Ruyan berjalan ke sana kemari di dalam kamarnya sambil memikirkan apa yang harus dia lakukan sekarang. Dia bingung harus memulai menyiapkan menu hidangan pesta dari mana.Sementara itu, Mei berdiri di pojokan sambil melihat Ruyan mondar-mandir. Mei hanya diam saja dan tidak berniat untuk berkomentar apa-apa."Bisakah kau memberiku daftar hidangan pesta tahun lalu?" tanya Ruyan."Maaf, saya tidak bisa melakukan itu, Yang Mulia," kata Mei."Kenapa?" protes Ruyan."Daftar hidangan itu disimpan oleh Yang Mulia Permaisuri," kata Mei."Tidak bisakah kau mengingat apa saja yang mereka hidangkan tahun lalu?" tanya Ruyan."Maaf saya tidak bisa mengingatnya dengan jelas," kata Mei.Ruyan menepuk dahinya dengan frustrasi. Dia kembali jalan mondar-mandir sambil memikirkan makanan apa yang harus dihilangkan.Tiba-tiba, Shengli masuk ke dalam kamar Ruyan. Ruyan berhenti lalu membungkuk p
Ruyan baru saja bangun dari malam yang panjang bersama dengan Shengli. Kali ini Ruyan bangun lebih siang dari biasanya. Tentu saja saat Ruyan bangun, Ruyan mendapati bahwa dirinya hanya sendirian di kamar. Shengli sudah pergi pagi-pagi sekali untuk melakukan pekerajaannya sebagai seorang kaisar.Ruyan bangkit dari tempat tidur dan segera memakai pakaiannya. Ruyan berjalan ke arah jendela terdekat lalu membuka jendela tersebut. Ruyan melihat ke arah keluar dan menyadari bahwa hari benar-benar sudah siang, bukan pagi menjelang siang lagi.Mei yang berjaga di luar, melihat Ruyan sudah bangun dan membuka jendela. Mei segera masuk ke dalam kamar Ruyan lalu membungkuk pada Ruyan.“Selamat pagi, Yang Mulia,” kata Mei sambil membungkuk pada Ruyan.“Aku rasa ini bukan pagi lagi,” kata Ruyan.“Iya, Yang Mulia. Ini sudah tengah hari. Saya akan segera menyiapkan makan siang Anda,” kata Mei.“Baiklah,” kata Ruyan sambi
Ruyan baru saja kembali dari Paviliun Giok Agung, kediaman ibu suri. Ruyan berada di Paviliun Giok Agung sejak makan siang hingga matahari terbenam.Saat Ruyan sampai di kediamannya, Ruyan melihat Shengli ada di sini. Shengli sedang duduk di salah satu tempat duduk sambil membaca laporan."Yang Mulia," kata Ruyan sambil membungkuk pada Shengli."Apa yang kau bicarakan dengan ibuku hingga kau lupa waktu seperti ini?" tanya Shengli."Saya diajak untuk berkeliling di kebun beliau," kata Ruyan. Shengli mengangguk setelah mendengar perkataan Ruyan."Maaf membuat Anda menunggu, Yang Mulia," kata Ruyan."Tak apa. Aku sendiri yang memutuskan untuk menunggumu. Ada yang ingin aku bicarakan padamu," kata Shengli."Baiklah, Yang Mulia," kata Ruyan.Shengli memberi isyarat pada Ruyan untuk duduk di sampingnya. Ruyan yang mengerti isyarat tersebut segera duduk di samping Shengli."
"Yang Mulia, Ibu Suri telah kembali ke istana dari kampung halaman," kata Mei."Sepertinya aku harus memberi salam pada Ibu Suri. Kapan beliau sampai?" tanya Ruyan."Ibu suri sampai di istana tadi malam. Para selir lainnya sudah bergantian mengunjungi ibu suri," kata Mei.Ini pertama kalinya Ruyan akan bertemu dengan ibu suri. Saat Ruyan sampai di istana untuk pertama kalinya, ibu suri belum kembali dari kampung halamannya.Ruyan merasa dia harus memberi ibu suri sesuatu. Dia tidak bisa datang ke tempat ibu suri tanpa membawa apa-apa. Tapi dia tidak tahu apa yang harus dia berikan."Apa kau tahu apa yang disukai oleh ibu suri?" tanya Ruyan."Seingat saya Ibu Suri sangat suka dengan teh," kata Mei."Baiklah. Bawakan aku daun rosemari, bunga linden, daun sage, kulit jeruk, dan air panas. Dan juga alat-alat untuk meracik teh," kata Mei.***Ruyan berjalan ke Paviliun Giok Agung, pav
Sudah sekitar dua minggu sejak Ruyan berselisih dengan Yuyan. Hingga saat ini Yuyan terus mencoba untuk memprovokasi Ruyan. Namun, Ruyan mengabaikan Yuyan. Saat ini hari sudah malam. Ruyan sudah bersiap untuk tidur di kamarnya. Namun, Yuyan datang ke paviliunnya lagi. Yuyan sudah menyiapkan cara baru untuk memprovokasi Ruyan malam ini. Yuyan berada di halaman Paviliun Embun Pagi bersama dengan beberapa pelayannya. Dia membuat suara berisik dengan memukul benda-benda yang bisa membuat suara berisik dan berteriak-teriak tidak jelas.Niat Yuyan adalah membuat Ruyan memanggil penjaga untuk mengusir dirinya. Setelah hal itu terjadi, Yuyan akan melaporkan pada permaisuri bahwa dia diusir dengan sangat kasar oleh Ruyan. Tentu saja, dia akan memutar balikkan fakta dalam kejadian ini saat melapor pada permaisuri. "Yang Mulia, bukankah sebaiknya kita memanggil penjaga saja?" saran Mei. Mei sudah tidak tahan dengan kelakuan Yuyan selama beberapa hari terakhir ini. "Aku tidak bisa mendengarm