Share

5. Tok tok tok

Kamu selalu bertingkah konyol, anehnya, aku selalui menyukai itu.

5

Aku memilih meninggalkan rumah sakit keesokan paginya. Aku tak menyangka bahwa Tuhan masih memberi aku ,anak yang sangat durhaka pada ibunya, kesempatan untuk hidup. Kemarin saat aku melamunkan dirinya, aku yang terhanyut akan kenangan kita tak menyadari ada mobil yang oleng ke arah jalan dan hampir menabrakku, beruntung pemilik mobil segera memutar setir dan hanya menyenggolku, namun aku yang terjatuh dan kepalaku yang terhantam aspal aspal jalan membuat aku kehilangan kesadaran dan segera dilarikan ke rumah sakit. Administrasi rumah sakit juga di tanggung oleh pemilik mobil.

Kemarin saat aku sedang sibuk dengan pikiranku, ponselku berbunyi dan membawa kabar yang dapat menenangkan hatiku yang bergemuruh. Mamaku mengirimkan pesan padaku agar bahwa mama baik-baik saja dan hanya shock karena kecelakaan yang aku alami, dan dia berpesan agar aku harus menginap dan makan banyak. Tak banyak kata kata yang ku tuliskan untuk membalasnya aku hanya mampu menuliskan 'maaf dan terimakasih banyak ma, aku sangat sayang mama'. Aku sangat malu pada mama karena selalu merepotkannya dan membuatnya khawatir. Meski aku memilih menjauh dari keluargaku sendiri, namun mama selalu memberikan aku kasih sayang dengan selalu mengirimiku pesan dan makanan.

Aku memutuskan untuk tidak langsung kembali ke apartemen dan memilih untuk berjalan di sekitar taman. Menghirup udara segar disini sangat nyaman, di temani dedaunan yang berguguran.

Tin tin.

Ponselku berbunyi dan membuatku mengambilnya dari saku jaketku. Namun bukan sms yang masuk yang ku perhatikan namun wallpaper ponselku yang membuatku termenung. Aku memilih duduk di kursi taman sambil menatap kedua mata indahnya yang seakan mampu menarik jiwaku kembali ke masa lalu.

09 Februari 2018

"Kubilang jangan berkedip"

Ucapnya saat aku tak lagi sanggup menahan mataku untuk tetap terbuka.

"Tapi sampai kapan kita akan saling menatap seperti ini?" Aku memprotes.

"Tunggu sebentar lagi selesai." Ucapnya dan menatapku dengan mata memicing.

"Nah! Sudah selesai!, ini coba lihat ke arah kaca." Dia memberiku sebuah kaca.

Aku menatap wajahku, tetap tampan, hanya saja pada bagian tepi mataku dan kelopak mataku terdapat garis hitam hasil karya pacarku, yang manis, yang masih menatapku dengan mata berkilaunya. Hmm aku melihat diriku semakin dalam pada kaca.

"Aaah! Aku terlihat seperti hantu." Jeritku tak tahan saat melihat penampakan wajahku di cermin.

Aku menutupi wajahku dengan kedua tanganku dan bersembunyi, membelakanginya. Dia memegang pergelangan kedua tangan ku, dan membuatku mengarah padanya.

'Tok tok tok princess mau lihat pangeran tampan boleh nggak?" Tanyanya sambil mengetuk telapak tangan ku yang masih menutupi wajahku.

Dibalik telapak tanganku aku tersenyum. Dan masih tidak mau menjawab pertanyaannya.

"Tok tok tok, kalo pintunya nggak mau di buka, princess mau pulang aja nih!" Ancamnya. Aku tetap bergeming.

Menyadari tidak ada respon lagi. Aku mengintip dari sela jariku.

"Hayoo! Mau ngintip ya!", ujarnya mengejekku.

Aku terkekeh dan masih belum mau membuka tanganku.

"Ya sudah aku pulang saja." Menyadari nadanya yang kesal dan pergerakannya dari sofa aku buru-buru mencegahnya pergi.

"Jangan dong, maaf ya sayang." Ucapku menahannya agar tetap di sisiku.

Dia langsung kembali duduk di hadapanku dengan wajah ceria sambil menatap fokus mataku.

"Wah kadar ketampananmu semakin bertambah satu juta derajat kalo pake eyeliner dan eyeshadow!" Serunya sambil menempelkan tangannya pada kedua pipiku.

"Aku yang nggak pake eyeliner juga ganteng kok!" Bela ku penuh percaya diri.

"Aduh" Dia langsung mencubit perutku karena tingkat kepercayaan diriku yang tinggi.

"Sombong ya kalo ganteng." Ejeknya sambil mempoutkan bibirnya.

"Ganteng-ganteng gini juga punya kamu seorang kok." Goda ku.

"Gombal! Tapi beneran deh, kalo kamu pakai eyeliner dan eyeshadow hitam jadi mirip pesulap, apalagi mirip pesulap kesukaanku, Kang Bujair." Ujarnya dengan semangat.

Ya benar, dia memakaikan mataku eyeliner+eyeshadow karena sedang mengidolakan seorang magician terkenal yang satu itu. Hah!. Aku jelas beribu-ribu kali lebih tampan dari pada pesulap itu. Batinku sambil menyugar rambut hitamku.

"Ngapain sok ganteng gitu, sini aku lihat eyelinernya." Dia kembali mengarahkan wajahku ke hadapannya dan menatap mataku, lebih tepatnya netraku.

Aku juga semakin menatap matanya.

"Aku kayak hantu kalo kamu rias kayak gini." Protesku masih tidak terima.

Dia menatap mataku dalam, kemudian tindakan yang selanjutnya dia berikan tidak bisa ku prediksi. Dia tiba-tiba mendekatkan wajahnya ke hadapanku, aku secara refleks menutup kedua mataku. Kemudian aku merasakan benda lembab menyentuh kedua mataku secara bergantia. Aku kemudian membuka mataku. Menyadari bahwa dia telah mencium kedua mataku dengan bibir mungilnya yang berwarna merah muda.

Dan dia dengan tenangnya masih senyum-senyum di hadapanku. Dia tidak tahu saja jantungku yang berdebar karena perbuatannya. Dan dia masih dengan setianya menatap mataku.

Kemudian terlintas satu hal dalam pikiranku. Aku menatap dalam matanya yang juga sedang menatap netraku.

"Jangan bilang kamu merias mataku hanya karena ingin menatap kedua mataku?" Tebakku padanya.

Blush wajahnya memerah. Dan kemudian dia menunduk malu-malu. Berusaha membuat rambut coklatnya menutupi pipinya yang sedang bersemu.

Aku mencubit dagunya kemudian mengangkat wajahnya agar kembali menatap wajahku.

"Apasih" elaknya sambil memegang tangan ku yang mencubit dagunya dengan kedua telapak tangannya. Berusaha melepaskan namun secara malu-malu.

"Benarkan?" Tanyaku lagi memastikan.

Dan dia mengangguk dengan ekspresi malu-malu. Membuatku sangat ingin untuk menggigitnya!.

Aku mengubah posisiku, membuat dia terduduk di sofa, dan aku berdiri setengah membungkuk kearahnya, sambil memegang kedua tangannya di sisi kepalanya. Perlahan wajahku mendekat ke wajahnya yang semakin memerah.

"Sayang, kamu tidak perlu memikirkan sebuah cara untuk memandang mataku. Aku bisa memberikan semua yang kamu mau." Jelasku menatap matanya dengan teduh. Dia merespon dengan mengangguk-anggukkan kepalanya.

Mataku terpaku pada mata coklatnya yang indah, perlahan aku mendekatkan wajahku. Bibirku sangat dekat dengan bibirnya, saat bibirku menempel dan tidak ada protes darinya, aku mulai menggerakkan bibirku untuk melahap daging berwarna pink di depanku.

Dia dan aku terpejam, menikmati waktu yang seakan terkunci. Dan seakan tidak punya waktu lagi untuk menciumnya lagi, ciuman yang perlahan itu berubah menjadi menggebu.

Sampai-sampai membuat dia harus memberontak, dan akhirnya aku melepaskan ciuman kami. Dia menatap mataku yang berkabut, aku juga menatapnya yang terengah-engah dengan tatapan liar,

"Kamu...

Dduukkk

"Ahh!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status