Share

6. Sembunyi

Dduukkk

"Ahh!"

Aku mengerang kesakitan. Kepalaku berdenyut. Sebuah bola basket menghantam kepalaku.

Seorang pria dewasa dan anak kecil mendekat ke arah ku, anak kecil berjenis kelamin laki-laki dan berumur sekitar tujuh tahun itu mengambil bola basket yang menggelinding di sebelah kursi taman, membawanya dalam pelukannya di depan perutnya, kemudian kembali ke sisi pria itu. Pria itu kemudian tersenyum tidak enak sambil menatapku.

"Maaf, Pak. Saya sedang mengajari anak saya bermain basket. Ayo, 'Nak  minta maaf," ujarnya meminta anaknya untuk meminta maaf padaku. Awalnya anak itu menatap polos ayahnya, kemudian dengan wajah tanpa dosanya itu dia menatap wajahku. "Maaf ya, Om," ucapnya.

Hah sudahlah ini juga salahku, batinku mencemooh diriku yang kembali teringat tentang gadis berambut coklat yang terus menghantui pikiranku, bahkan hanya dengan melihat fotonya yang ada di layar hp ku.

Aku berdiri dan menghampiri mereka, dan menepuk-nepuk kecil kepala anak itu sambil berkata, "Tidak apa-apa ini tidak sakit kok, anak kecil mainnya lebih hati-hati lagi ya. Saya permisi dahulu," ucapku pamit pada orang tuanya dan kemudian pergi dari taman.

Aku kemudian kembali ke apartemenku, memilih mengistirahatkan kepalaku yang berdenyut karena hantaman bola basket. Tiba di depan pintu apartemenku aku terkekeh karena masih menggunakan sandi yang di buatnya.

Aku masuk ke dalam dan terduduk di sofa. Memilih merebahkan tubuhku di atas sofa yang cukup luas untuk aku tiduri, perlahan mataku terpejam. Semuanya menjadi gelap kemudian hilang.

Tininit tininininit.

Aku terbangun oleh bunyi alarm di hp ku, membuka kedua kelopak mataku aku tertegun menatap langit-langit di ruang tengah apartemenku. Pikiranku kosong, dan aku harus bersyukur, kepalaku sudah tidak lagi sesakit tadi. Memilih untuk kembali memejamkan mata, aku ingin kembali terlarut dalam mimpiku yang indah bersamamu.

Tininit tininininit tininininitninitninit

Namun sepertinya semesta tak menghendaki. Aku terbangun menatap kesal alarm di hp pintarku yang terus berbunyi. Alarm yang mengingatkanku untuk makan siang. Dan hal ini juga adalah perbuatannya yang tidak mau membuatku melewatkan waktu makanku.

Karena malas untuk pergi ke luar aku memilih untuk order makanan saja. Membuka aplikasi berwarna merah di hape pintarku aku memilih Restoran M and Dling untuk membeli makan siangku.  Kemudian aku memilih memesan Spaghetti bolognese, baked lasagna, japanese curry with chicken katsu, choco lava Mille crepes, green tea latte. Setelah melakukan proses pembayaran via m-banking aku kembali merebahkan tubuhku.

Aku kembali melihat layar hape ku memeriksa tabungan yang ku miliki, melihat angka nol yang tertera masih cukup banyak, aku bersyukur dalam hati. Jangan heran jika aku memiliki uang, walau aku terlihat seperti orang yang tidak memiliki pekerjaan, sebenarnya aku adalah orang yang punya pekerjaan yang memiliki gaji yang lumayan. Menjalin kontrak dengan Perusahaan Stratosfeir sangat menguntungkan bagiku. Perusahaan Stratosfeir bekerja di bidang kebutuhan manusia, mereka menproduksi, sabun mandi, sikat gigi, sabun cuci, pasta gigi, bedak, kosmetik, perawatan kecantikan, walau mereka memproduksi barang-barang kecil, tapi keuntungan yang mereka dapat sangat besar. Apalagi nama perusahaan yang telah terkenal dan diminati oleh banyak orang karena kualitasnya yang terjamin.

Aku merasa sangat beruntung karena menjalin kontrak dengan mereka, selain karena gaji yang di tawarkan sangat besar, aku juga dapat menjamin keberlangsungan perusahaan ini. Karena mereka menjual barang-barang yang memang selalu di butuhkan oleh manusia, apalagi namanya yang sudah di cap baik oleh masyarakat mampu membuat masyarakat menjadi pelanggan setia produk perusahaan Stratosfeir. Mengenai aku yang menjalin kerja sama dengan mereka, awalnya mereka mengirimiku surel berisi lamaran pekerjaan untuk menjadi graphic designer produk mereka. Rupanya mereka tertarik dengan design yang beberapa kali ku posting di akun i*******m milikku yang sudah memiliki pengikut sepuluh juta orang lebih. Apalagi aku juga memenangkan sejumlah lomba online yang aku ikuti sewaktu aku berkuliah, dan itu semua berkat sarannya, dan dia yang selalu menyemangatiku. Ah kembali pada masa itu membuatku terkenang akannya.

            April 2018

"Sedang apa?" Dia bertanya dengan wajah menelisik pada aku yang sedang berbaring di sofa dan asyik mengamati layar handphoneku.

Aku menoleh ke arahnya. "Bukan apa-apa kok." Aku tersenyum kepadanya dan menyembunyikan handphoneku di celah antara tubuh samping kiriku dan sofa.

Dia menegakkan tubuhnya yang sebelumnya membungkuk untuk mengintip isi hapeku. Dia mulai menyedekapkan kedua tangannya dan menatapku penuh curiga.

"Jangan bilang kamu ..."

"Aku nggak lagi lihat foto wanita lain kok, sayang." Aku buru-buru memotong ucapannya, takut dia menyangka aku berselingkuh.

"Oh!"

Dia menampilkan ekspresi terkejut yang sangat lucu, sweater pinknya yang berlengan panjang dan rok warna pinknya yang berwarna lebih soft dari sweaternya dan memiliki panjang pas di atas lututnya mendukung ekspresi imutnya. Matanya membulat dan mulutnya terbuka namun dia menutup nya dengan kedua kepalan telapak tangannya yang dia genggam di depan bibirnya.

Namun ekspresi itu hanya lima detik dia tampilkan pada ku, karena selanjutnya dia kembali memicing curiga padaku.

"Kamu lagi lihat foto cewek lain ya? Kupikir kamu lagi lihatin fotoku yang ku jadiin walpaper layar hapemu!" Protesnya.

"Ah a-apa?" Aku tidak menyangka dia berpikir begitu, pasti sifat narsisku telah mempengaruhi pola pikir gadis manisku ini.

Melihatku yang gelagapan, dia langsung menyerangku, untuk mengambil hapeku. Aku yang malu untuk memberitahukannya soal apa yang aku lihat dari tadi berusaha menyembunyikan hal itu darinya. Aku memegang hapeku agar tetap berada di sisi kiriku. Dia memegang tangan ku berusaha merebutnya, tapi dengan tenagaku yang lebih besar darinya tentu dia tidak akan berhasil merebut hape ku. Dia berhenti berusaha merebut hape ku. Nafasnya terdengar memburu karena kesal karena usahanya tidak berhasil.

Aku memandangnya tidak enak. "Sayang, aku-"

Ucapanku terpotong karena tindakannya yang sangat berani, dia menduduki perutku dan tiba-tiba menciumku dengan brutal, walau yang dia lakukan sangat amatir dengan menyesap dan menggigiti bibirku dengan tidak beraturan, tapi itu sudah cukup untuk membangkitkan naluri laki-laki ku. Aku mengikuti iramanya yang terburu-buru, membuatku ikut melahap bibir mungilnya yang berwarna pink. Dia meremas gemas rambutku, membuatku semakin terbakar, aku memegang pinggangnya dan membalikkan posisi tubuh kami.

Membuatku semakin dalam menyesap bibirnya. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status