1. Meski rindu ini terus datang menyapa, aku masih berharap untuk bisa melepaskan rindu ini.Denganmu aku tahu, bahwa bahagia ternyata sesederhana iniAh.. menghirup harum petrikor di tengah Musim hujan yang sejuk ini mengembalikanku akan kenangan tiga tahun lalu. Sudah selama itu tapi rasanya masih melekat dalam benakku. Gadis manis dengan surai coklat dan mata hazelnya menghantui pikiranku. Entah magic apa yang ia lakukan padaku aku tidak bisa berhenti memikirkannya.Tak tau berapa lama aku duduk di cafe Moidef, disebelah meja yang di atasnya terdapat 3 cangkir kosong yang tadinya berisi kopi pagi ini, kalau ada dia pasti dia akan memarahiku. Aku tersenyum mengingat itu. Tak ingin terlarut dalam angan, aku segera melihat jam di tangan ku yang telah menunjukkan angka tiga . Ah... jam tiga di musim hujan. Jam tiga. Aku dan dia. Di tengah sejuknya udara sehabis hujan turun. Tak ayal ingatanku kembali pada kilas masa lalu.
Semua tentangmu, akan selalu jadi yang terkenang. Bahkan hatiku, akan tetap menjadi milikmu.~May i go ? - HansaehiTiring tiring tring..!Bunyi lonceng di pintu masuk membuyarkan lamunanku tentangnya, mengganggu saja, mungkin aku harus kembali ke apartemenku agar lebih nyaman untuk kembali mengingatnya. Aku kembali termenung, rasanya terlalu sulit untuk menghilangkannya dari ingatanku apalagi dari salah satu organku yang dikenal dengan nama hati. Terlalu banyak kenangan akan nya. Tentang senyumnya, tawanya, bahkan tangisnya. Bahkan kenangan itu sendiri sudah terukir di hatiku dan selamanya akan selalu membekas di dalam hatiku. Kruyuukkk bunyi perutku.Ahh... ternyata mengingat kenangan itu di perlukan tenaga yang banyak. Untuk mengisi kembali tenagaku aku memesan Spaghetti Carbonara dan untuk minuman kali ini adalah Green tea frappe. Sembari menunggu pesananku datang aku menyapu pandanganku ke sekitar. Cafe ini ternyata cukup bany
Dengan kamu yang sudah mengisi hatiku, itu sudah cukup.Terimakasih untukmu, karena telah mengisi hatiku. Walau kamu disampingku hanya sebentar tapi kau akan selalu membekas. Dan itu sudah cukup bagiku. Sekali lagi terimakasih cinta.~May I Go -Hansaehi"Sorry sir..... kami akan menutup cafe kami 10 menit lagi ini bill nya." Ucap pelayan kafe menegurku sekaligus memecahkan balon lamunanku"Oh, sure. Ini.. " ucapku memberi uang sesuai dengan yang tertera di bill"Thank you, sir. Happy holiday" ucapnya sambil tersenyumAku balas tersenyum padanya sebentar dan mulai beranjak pergi.Apartemenku hanya berjarak 500 meter dari tempat ini, jadi aku memilih jalan kaki untuk kembali. Saat kakiku melangkah aku kembali berpikir.Dirinya sudah mengisi hatiku bahkan hingga titik terdalamnya, hingga aku sendiri tidak mampu untuk menjangkaunya lagi untuk mengeluarkannya. Tapi aku sendiri juga tidak ingin melepaskannya atau membuangnya dari tit
Mengingatmu membuatku menguarkan luka yang tak terlihat.Pedih, tapi aku suka sensasinya.~May i go?Ku buka mataku tapi refleks menutup kembali saat melihat cahaya lampu yang terlalu terang. Kembali ku buka mataku, kali ini dengan perlahan. Mengerjab-ngerjabkannya sebentar untuk menyesuaikan cahaya.Ku lihat sekeliling untuk memastikan berada dimana diriku. Dinding putih dengan bau obat-obatan yang menyengat hidungku, juga jarum infus yang tertancap di tangan kananku, sudah cukup menjelaskan dimana aku berada.Rumah sakit.Tempat yang paling ku benci di dunia ini.'Ahh aku mau pulang.'Tepat saat kalimat terakhir dalam benakku kuucapkan, pintu terbuka, menampakkan seorang wanita dengan daster motif bunga-bunga dan kerutan di wajah cantiknya.Aku membenci kerutan di wajahnya. Karena itu semua disebabkan olehku.Cepat-cepat wanita yang biasa kupanggil mama menghampiriku dengan ekspresi khawatir yang sudah melekat
Kamu selalu bertingkah konyol, anehnya, aku selalui menyukai itu.5Aku memilih meninggalkan rumah sakit keesokan paginya. Aku tak menyangka bahwa Tuhan masih memberi aku ,anak yang sangat durhaka pada ibunya, kesempatan untuk hidup. Kemarin saat aku melamunkan dirinya, aku yang terhanyut akan kenangan kita tak menyadari ada mobil yang oleng ke arah jalan dan hampir menabrakku, beruntung pemilik mobil segera memutar setir dan hanya menyenggolku, namun aku yang terjatuh dan kepalaku yang terhantam aspal aspal jalan membuat aku kehilangan kesadaran dan segera dilarikan ke rumah sakit. Administrasi rumah sakit juga di tanggung oleh pemilik mobil.Kemarin saat aku sedang sibuk dengan pikiranku, ponselku berbunyi dan membawa kabar yang dapat menenangkan hatiku yang bergemuruh. Mamaku mengirimkan pesan padaku agar bahwa mama baik-baik saja dan hanya shock karena kecelakaan yang aku alami, dan dia berpesan agar aku harus mengina
Dduukkk"Ahh!"Aku mengerang kesakitan. Kepalaku berdenyut. Sebuah bola basket menghantam kepalaku.Seorang pria dewasa dan anak kecil mendekat ke arah ku, anak kecil berjenis kelamin laki-laki dan berumur sekitar tujuh tahun itu mengambil bola basket yang menggelinding di sebelah kursi taman, membawanya dalam pelukannya di depan perutnya, kemudian kembali ke sisi pria itu. Pria itu kemudian tersenyum tidak enak sambil menatapku."Maaf, Pak. Saya sedang mengajari anak saya bermain basket. Ayo, 'Nak minta maaf," ujarnya meminta anaknya untuk meminta maaf padaku. Awalnya anak itu menatap polos ayahnya, kemudian dengan wajah tanpa dosanya itu dia menatap wajahku. "Maaf ya, Om," ucapnya.Hah sudahlah ini juga salahku, batinku mencemooh diriku yang kembali teringat tentang gadis berambut coklat yang terus menghantui pikiranku, bahkan hanya dengan melihat fotonya yang ada di laya
Tapi tiba-tiba dia mendorongku sampai jatuh dari sofa."Aww." Bokongku mendarat dengan sempurna, beruntung karpet bulu di sekitar sofa memiliki ketebalan yang lumayan sehingga membuat bokongku tidak terlalu sakit."Aha! Mari kita lihat ini!" serunya setelah mendapatkan hapeku."Ah! Sh**!" Aku mengumpat karena terkecoh godaannya."Kamu mengumpatiku sayang?" tanya nya dengan nada menggoda.Aku segera bangkit dari posisi jatuh terdudukku. Lalu segera duduk dibelakangnya dan memeluknya dari belakang. Menciumi lehernya yang menguarkan aroma manis."Kamu nakal!" ucapku pura-pura memarahinya. Dan masih mendekap tubuhnya dari belakang, sedang hidungku masih bertengger di leher putihnya yang harum."Kalo sekarang? Lebih nakal mana? Aku atau kamu?" Dia mengejekku rupanya.Aku menggelitik perutnya, membuatnya menggelinjang kegelian."Ah sudah, sudah cukup," ucapnya dengan wajah memerah.
"Sudah cukup, kapan kamu akan mulai bekerja untuk memenangkan lomba itu jika terus-terusan manja pada ku?" Dia berusaha melepaskan diri, dari jeratan pelukan ku."Ah aku tidak mau. biarkan kita seperti ini dahulu." Aku menggoyang-goyangkan badannya ke kanan dan ke kiri.Dia tiba-tiba mendorongku sampai aku jatuh terduduk di sofa, dan dia yang menumpukan kedua tangannya di sisi kanan dan kiri kepalaku, dengan satu kaki yang menekuk diatas sofa, hampir saja mengenai masa depanku.Awalnya aku menatap matanya kemudian memeriksa masa depanku, aku membuat ekspresi lega, hufft untung masih aman pikirku.Dia ikut menunduk dan tertawa. "Hahahaa ... Hampir saja ya babe, apa nanti bakal sakit?" tanyanya dengan nada polos.Aku menariknya agar duduk di paha kiriku. "Diam disini, temani aku melakukan tugasku." Aku kemudian mengambil drawing pad ku yang untung saja tidak jatuh saat ku lempar ta