Share

May I Go ? (Indonesia)
May I Go ? (Indonesia)
Author: Hansaehi

Prolog 1

1.  Meski rindu ini terus datang menyapa, aku masih berharap untuk bisa melepaskan rindu ini.

Denganmu aku tahu, bahwa bahagia ternyata sesederhana ini

Ah.. menghirup harum petrikor di tengah Musim hujan yang sejuk ini mengembalikanku akan kenangan tiga  tahun lalu. Sudah selama itu tapi rasanya masih melekat dalam benakku. Gadis manis dengan surai coklat dan mata hazelnya menghantui pikiranku. Entah magic apa yang ia lakukan padaku aku tidak bisa berhenti memikirkannya.

Tak tau berapa lama aku duduk di cafe Moidef, disebelah meja yang di atasnya terdapat 3 cangkir kosong yang tadinya berisi kopi pagi ini, kalau ada dia pasti dia akan memarahiku. Aku tersenyum mengingat itu. Tak ingin terlarut dalam angan, aku segera melihat jam di tangan ku yang telah menunjukkan angka tiga . Ah... jam tiga di musim hujan. Jam tiga. Aku dan dia. Di tengah sejuknya udara sehabis hujan turun. Tak ayal ingatanku kembali pada kilas masa lalu.

           Surabaya, 15 desember 2017 

"Ayo tambahin kecepatannya dong...!" Teriak nya.

Aku tak menjawabnya tapi langsung mempercepat kayuhan sepedaku menurutinya.

Dia yang berdiri di belakangku menumpu kedua kakinya pada tumpuan sepedaku, tersenyum bahagia sambil merentangkan kedua tangannya.

Melihatnya senyumnya yang begitu tulus membuatku juga ikut tersenyum, semakin ku percepat kayuhanku untuk membuatnya lebih bahagia. Benar saja, dia tertawa dan memeluk leher ku dan mengatai ku nakal karena mempercepat lagi laju sepedaku dan membuatnya hampir terjatuh.

Aku ikut tertawa bersamanya dan kami menikmati sore itu dengan penuh senyum. Dan darinya aku tahu ternyata bahagia sesederhana ini, hanya dengan melihatnya tersenyum.

Aku selalu menikmati kegiatan rutin ini. Ya mengelilingi taman di sebelah apartemenku adalah hal yang biasa dilakukan kami pada sore hari, mungkin bisa  disebut hal wajib karena hampir setiap hari kami melakukannya.

Aku tersenyum mengingat senyum penuh ketulusannya. Saat itu kami sudah resmi berpacaran selama 3 bulan. Sungguh aku sangat bahagia saat ia mengatakan bahwa akulah kekasih pertamanya. Dia baik, ceria, imut, kadang gila, dan posesif. Tolong garis bawahi yang terakhir. Posesif. Dari awal kami jadian dia sudah mengatakan itu sebelumnya. Jadi dia memperingatiku agar tidak terlalu dekat dengan semua spesies bernama perempuan. Menurutku itu sah-sah saja mengingat aku pun juga takkan suka bila dia dengan lelaki lain, jadi aku mengatakan untuk jangan khawatir dan memperingatinya juga persis seperti yang ia katakan tapi bedanya ia harus menjauhi para lelaki bukan perempuan. Pernah satu kali ada kejadian yang sangat menggemaskan. Aku tak bisa menahan tawa saat mengingatnya kelakuannya. 

Saat kami selesai mengerjakan ujian matematika yang sangat rumit dan mampu menguras isi perut, dia mendatangiku dengan muka bertekuk masam dan  langsung menyodorkan tangannya meminta smartphone ku. Aku bertanya padanya ada apa, tapi dia tidak merespon dan masih menyodorkan tangannya, tapi kali ini saat kulihat matanya ternyata mata indah itu sudah  berembun.

Melihat itu aku segera menyodorkan smartphone ku padanya, mana mungkin aku membiarkan orang yang ku sayangi menangis. Dia mengambil smartphone ku dengan cepat dan mulai mengotak-atik nya , sambil melakukan kegiatannya itu dia bertanya kepadaku kenapa aku tidak langsung memberi smartphone ku padanya. Aku tersenyum saat ia selesai bertanya, menariknya agar duduk disampingku, dan aku mengelus rambutnya penuh sayang dan menjawab karena tidak biasanya ia mengecek smartphone ku jadi saat ia memintanya aku sedikit heran saja.

Setelah selesai dengan urusannya dengan smartphone ku ia mengembalikannya pada ku dengan wajah yang tetap cemberut dan bagiku ekspresinya sangat menggemaskan pipi chubby nya mengundang tangan ku untuk mencubit keduanya. Dia kesal dan mencubit perut kotak-kotak ku. Bukannya merasa kesakitan aku malah kegelian karena cubitannya itu.

Tak kuat menahan geli aku mengalah untuk melepaskan pipinya yang cubitable dan gigitable itu. Saat tanganku terlepas ia langsung beranjak pergi, tapi langsung kutahan dengan memeluk perutnya. Dia terlihat marah, sedih, kesal, dan kecewa.., aku tidak tau apa yang terjadi dengan gadis manisku ini. Saat ia berusaha melepaskan diri, aku mempererat pelukanku tak membiarkan ia lepas begitu saja tanpa memberi tahu ku apa yang terjadi. Ia akhirnya kembali duduk di sampingku dengan menyedekapkan tangan tanpa mau menatapku.

Ku jepit dagunya lalu mengarahkannya menghadapku. "Kenapa heumm?" Tanyaku. Dia menunduk dan berkata dengan suara lirih "kamu selingkuh ya?". Aku mengernyit tak mengerti "aku gak selingkuh. Emang siapa yang bilang kalo aku selingkuh?" Tanyaku marah. Dia menggeleng dan menjawab "Gak penting siapa yang ngasih tau, toh kamu udah ketahuan selingkuh, gak usah ngelak deh" ucapnya sebal. Aku semakin tak mengerti ucapannya, tapi dengan sabar aku mencoba memahaminya "maksudnya apa sayang? Aku gak ngerti ". Dia menatapku dengan mata memicing " selingkuhan kamu yang namanya myfirstlove itu kan di wa mu itu kan? Chatnya pake babi-babi segala lagi. Norak tauk, harusnya kamu terimakasih ke aku karena aku udah blokir selingkuhan kamu dan gak mutusin kamu!!" Ucapnya menggebu-gebu.

Aku tercengang mendengar penuturannya "Sayang kamu ngeblokir my first love?". "Iya.kenapa?, kamu masih suka sama dia?" Ucapnya dengan mata yang hampir banjir. Aku segera memberi tahu kebenarannya "sayang... my first love itu mama aku.. kamu blokir?" Tanya ku tak percaya. "Kamu bohong yaa??" Tanyanya tak percaya "nggak suer deh yang" " hah? Jadi itu nomernya tante cindy?" "Iya, pasti bentar lagi dia nelpon kamu." Dan benar saja tak lama dari ucapanku berakhir handphone nya sudah berdering dan terdengar suara seorang lelaki yang bernyanyi dengan merdu. Ehem. Itu suaraku. Aku tersenyum dan dia terlihat ketakutan. Oh.. pasti dia takut diomeli mamaku. Maka dari itu aku dengan gentleman nya mengambil ponsel dalam genggamannya yang hanya ia tatap sedari tadi. "Hello.. ma..". Aku langsung menjauhkan telingaku saat mendengar suara mom yang sudah setara dengan 1 juta volt. Setelah kurasa aman aku kembali mendekatkan ponsel ke telingaku yang kurasa masih berdengung sampai sekarang "Maaf ma.. suer tadi aku gak sengaja.. hah apa?? Gak kedengaraann tau ih ma, udah yaa.. sayang mama.. cinta mamaaa... ummah!!!" Dan tutss.. sambungan dimatikan.

Aku cengengesan di hadapan gadisku yang memandangku ketakutan. Haduuhh manisnya dia, apa dia gak liat mukaku yang semriwing  tak ada masalah. Tak tega membiarkan ia ketakutan aku memeluknya, ia menyembunyikan wajahnya di dadaku, tak lama ku rasakan kemeja sekolahku mulai membasah dan suara isakan lalu mulai menjadi raungan "huaaaaa... maapin aku beb.. aku udah gak percaya ama kamu... huaaa terus gimana tante cindy? Kamu di marahin tante ya beb??".  "Cup cup honeyy.. aku gak papa kok mama gak marahin kok cuman ngomel aja tadii.. udah ya.. sayangku gak boleh nangis" ucapku manampung wajahnya dan mengusap air matanya. "hikss.. hikss... tapi..". "Ssst sayang, kita lagi di jadiin tontonan nih. Cantiknya aku gak boleh nangis ntar cantiknya ilang. Ayo ku antar ke kamar mandi, bersihin muka+ingus kamu" ucap ku berdiri dan menuntunnya untuk keluar. Melewati murid-murid lain yang bergerumul untuk menonton ataupun memvidiokan kami. Huffttt sudah biasa untukku saat mereka semua mulai bertindak konyol seperti itu apalagi gadisku menerima dengan suka hati, itung-itung nambah followers katanya. 

Tiring tiring tring..!

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status