Share

2. First Date

Semua tentangmu, akan selalu jadi yang terkenang. Bahkan hatiku, akan tetap menjadi milikmu.

~May i go ? - Hansaehi

Tiring tiring tring..!

Bunyi lonceng di pintu masuk membuyarkan lamunanku tentangnya, mengganggu saja, mungkin aku harus kembali ke apartemenku agar lebih nyaman untuk  kembali mengingatnya. Aku kembali termenung, rasanya terlalu sulit untuk menghilangkannya dari ingatanku apalagi dari salah satu organku yang dikenal dengan nama hati. Terlalu banyak kenangan akan nya. Tentang senyumnya, tawanya, bahkan tangisnya. Bahkan kenangan itu sendiri sudah terukir di hatiku dan selamanya akan selalu membekas di dalam hatiku. Kruyuukkk bunyi perutku.

Ahh... ternyata mengingat kenangan itu di perlukan tenaga yang banyak. Untuk mengisi kembali tenagaku aku memesan Spaghetti Carbonara dan untuk minuman kali ini adalah Green tea frappe. Sembari menunggu pesananku datang aku menyapu pandanganku ke sekitar. Cafe ini ternyata cukup banyak di minati rupanya. Pengunjungnya berisi para muda mudi yang seperti baru saja dipanah panah asmara, para keluarga yang menikmati liburan mereka, para gadis atau wanita yang berkumpul untuk bergosip, dan mungkin para jomblo seperti ku yang sedang patah hati.

Padahal cafe ini terhitung berumur tua di wilayah ini, karena aku dan dia sering menghabiskan waktu di sini dahulu dan hal paling tersembunyi dari diriku juga ada di sini. Tapi desainnya yang menarik dengan paduan berbagai mural dengan tema kopi dengan nuansa coklat klasik di dinding dan tempatnya yang strategis mungkin menjadi salah satu sebabnya cafe ini memiliki pengunjung yang banyak. Aku baru menyadarinya sekarang, mungkin karena aku terlalu banyak melamunkannya, pikirku. Pemikiranku membuatku tersenyum sendiri.

Ahh... mengingatnya saja bisa membuatku tersenyum. Lamunanku buyar saat pramusaji menyajikan pesananku. Hmm.. aku tak sabar menyantap hidangan dihadapanku. Selama aku mengunyah makanan aku merasakan cita rasanya dan mulai mengoceh sendiri di pikiranku, spaghetti carbonara adalah salah satu makanan yang sering aku pesan di cafe ini, aku menyukai saus cream yang membuat cita rasa pasta bertambah dagingnya juga gurih dan sangat mudah untuk digigit. Makananku habis, dan aku baru sadar satu hal, tiga tahun lalu aku tidak pernah sekalipun menyukai minuman sejenih teh, karena menurutku rasanya membosankan. Tapi tiga tahun belakangan ini aku sepertinya tanpa sadar memesan minuman sejenis teh. Dan minuman di hadapanku membuktikan itu semua, Green tea frappe. Seperti dia, Ahh aku teringat lagi tentang gadis menyebalkan tapi ngangenin+gemesin+imut+lucu dan +++++. Pikiranku menerawang kembali ke ingatan masa laluku saat kami pertama kali berkencan.

       Surabaya, 02 Oktober 2017

Pertama kali kami berkencan di hari itu. Semuanya serba canggung dari aku yang menjemputnya di rumahnya dan berpamitan dengan orang tuanya. Dia yang bingung meletakkan tangannya dimana saat di bonceng oleh ku, kali ini aku naik motor. Aku menyuruhnya memelukku saja, tapi dia malah meletakkan kedua tangannya di bahuku. Aku tersenyum kecil kala itu dan semakin melebarkan senyumku saat melihat wajahnya tersipu malu dari spion. Kami berhenti di depan restoran sushi karena dari informasi yang kudapatkan dari hasil tanya sana-sini dengan teman-temannya dan ibunya mereka mengatakan kalau dia menyukai sushi ichi.

Aku memasuki pintu resto dengan menggenggam tangannya yang dingin dan juga berkeringat, berbeda denganku tanganku yang biasa saja menggenggamnya -ehemm.. biasa mantan playboy- tapi lain dengan jantungku yang berdetak lebih cepat dari biasanya. Aku menuntunnya ke meja yang sudah ku pesan. Kencan pertama untuknya harus yang spesial bukan? Jadi aku sudah menyiapkan ini semua dari seminggu yang lalu. Saat kami duduk berhadapan di depan meja, suasana canggung mulai mendera. Jika ini waktuku berkencan dengan pacar yang menembakku duluan mungkin aku akan menggombalinya, tapi ini lain bung, dia spesial, karena aku yang memilihnya. Mari kita skip bagian pertunjukan musik dan  makanan pembuka. Saat makanan utama datang dia terkejut saat melihat isinya, mungkin dia tak menyangka saat melihat model resto ini yang beraroma eropa bukan jepang. Ia menyantapnya makanan kali ini dengan lahap tak seperti hidangan pembuka yang ia makan ogah-ogahan. Aku bertanya apa dia suka makanannya, dan dia menjawab dengan panjang lebar dan dikali luas, saking banyaknya hal yang ia bicarakan,tapi aku suka.

Aku suka bagaimana matanya berbinar saat menceritakan pengalamannya pertama kali menyukai makanan jepang itu, bagaimana tangan halusnya menyingkirkan rambut yang nakal mengganggu wajahnya. Aku terpesona akannya kata-katanya seperti udara kuhiraukan tapi tetap ku hirup, artinya aku masih mendengarnya walau sedikit-sedikit sibuk terpesona akannya yang pandai berbicara itu, mungkin ia ingin menjadi presenter pikirku, dan untuk menghargainya ku berikan senyum termanisku sepanjang ia bercerita. Dari situ suasana mulai mencair kami mulai saling menceritakan diri satu sama lain, pengalaman-pengalaman yang kami lewati, dan hal-hal konyol yang pernah kami lakukan. Di situ kami mulai menemuka chemistry . Bermula dari sepotong sushi, menjadi sebuah perekat dua insan yang sedang dimabuk asmara.

Sebagai hidangan penutup pihak resto menghidangkan seteko teh asli jepang, teh sencha, teh yang dipetik dari daun segar yang kemudian di kukus untuk menghentikan fermentasi. Dan dia kembali bercerita tentang pengalamannya saat pertama kali meminum teh sencha, siapa yang mengajaknya, bersama siapa saja, kapan, dan dimana ia ungkapkan semua padaku yang kadang ia selingi dengan meminum tehnya. Sama seperti tadi aku membiarkan ia kembali bercerita sepuasnya, membagi ceritanya padaku dan hanya ku balas dengan senyum indahku. Ibunya telah mengingatkanku jika dia sudah mulai cerita tentang hal yang di sukainya dia tidak akan berhenti bercerita sampai ia benar-benar sudah berhenti dan jangan pernah menyelanya atau dia akan badmood sepanjang hari, aku boleh menanggapinya saat ia bertanya padaku, ibunya telah mewanti-wanti ku, terimakasih tante.

Ucapku dalam hati dan tadi sudah disampaikan saat aku bertanya pada ibunya makanan kesukaannya. Ceritanya ia tutup dengan bagaimana ia mendeskripsikan citra rasa teh itu. Dan aku sebagai pendengar setia tetap mendengarkannya. Terakhir ia bertanya pendapatku akan rasa teh itu, aku menjawab 'teh nya nyaman dan menentramkan, seperti orang yang ada di hadapanku'. Pipinya memerah, ia cepat-cepat menunduk agar aku tidak melihatnya.

Terlambat.. aku sudah tahu. Aku tertawa memandangnya lucu, ia marah dan lari keluar resto. Aku mengejarnya dan berhasil ku tangkap saat mencapai pintu keluar. Menjelaskan bahwa ia terlalu cantik dengan pipi memerah itu dan aku menganggap itu lucu karena itu terlalu menggemaskan. Ia paham dan mulai tersenyum malu-malu, adegan romantis kami harus buyar karena ada pasangan yang permisi ingin keluar dan kami menghalangi jalan mereka.

Kami menyingkir keluar sambil bergandengan tangan dan dengan senyum yang mengembang. Tak seperti tadi awal kita masuk resto, kikuk dan canggung. Saat ini.. genggaman tangannya terasa hangat membuat jantungku berdetak 2 kali lebih dari yang tadi apalagi saat aku menoleh dan melihat senyumnya yang indah. Dalam hatiku aku berkata ini adalah kenangan yang akan selalu kuingat seumur hidupku. Pulangnya, saat kami berkendara dia tidak lagi meletakkan tangannya di bahuku, melainkan di depan perutku, artinya, ia sedang memelukku, kami tersenyum bahagia di sepanjang perjalanan pulang. Tanpa kata, membiarkan hati yang merasakan. Dan rasanya aku harus mengingat satu hal ini. Untuk tidak mengajaknya makan malam, karena mungkin kami akan pulang besok paginya karena terlalu asik dengan ceritanya. Ungkapku dalam hati.

"Sorry sir.."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status