“Itulah yang Belle akui pada Lilian di hari pertama mereka bertemu dan berbincang lama di ruang kuning. Dan astaga, kenapa kamu menghancurkan Palazzo itu, Rino?”
“Fokuslah pada masalah Belle, Vic. Jangan merembet ke yang lain!” sungut Victorino. Ia telah tidak Sabar ingin mengetahui kelanjutan ceritanya.
“Lo siento, (Maafkan aku,) Ok, kita kembali ke Belle. Jadi Belle menceritakan semuanya pada Lilian saat mereka di ruang kuning itu. Awalnya Belle berencana untuk menggagalkan rencana Hose itu. Tapi … “
“Tapi kenapa dia tetap melanjutkannya?” tanya Victorino dengan tidak sabar.
“Bisakah tidak menginterupsiku sampai aku selesai menceritakan semuanya? Atau aku akan menghentikannya sampai di sini.”
“Aku bisa mati penasaran! Lanjutkan, aku tidak akan memotong pembicaraanmu lagi!” seru Victorino sambil merubah posisi duduknya agar lebih nyaman lagi, dan Victor pun kembali melanjutkan,
“Tapi setelah mengetahui kalau pria yang akan mereka jebak itu adalah kamu dan terlebih lagi Hose akan menggunakan wanikta lain yang benar-benar terinfeksi virus itu, Belle pun akhirnya melakukannya. Bahkan memanipulasi hasil testmu demi menjaga keselamatanmu.”
“Well, bagian itu aku sudah tahu, Lilian sendiri yang menceritakannya padaku saat di rumah sakit. Ada kamu juga waktu itu, kan? Tapi … Aku baru mengetahui kalau ternyata selama ini Belle telah memendam perasaan padaku.”
“Sí, bagian itulah yang Lilian minta aku untuk merahasiakannya. Karena Belle telah dengan tegas melarang Lilian memberitahukannya pada siapapun.”
Victor mendesah pelan saat menambahkan,
“Dan karena rasa cintanya itulah yang membuatnya semakin sakit hati pada caramu memperlakukannya. Saat Belle memberikan keperawanannya padamu, ia melakukannya dengan ikhlas, selain untuk menyelamatkanmu juga tentunya. Tapi saat kamu membalas perbuatannya itu, kamu melakukannya dengan penuh dendam dan juga kebencian.”
“Aku yakin kamu juga akan melakukan hal yang sama padaku jika kamulah yang berada di posisiku!”
“No … O sí. (Tidak … Mungkin ya.) Tapi aku tidak sekeras kepala dirimu hingga kamu bahkan tidak menyadari perasaanmu sendiri padanya, kamu tidak sadar kalau kamu telah jatuh cinta padanya.”
“¿De Verdad? (Benarkah?) Tapi kalau dulu aku tidak berpura-pura menikahi Lilian, mungkin kamu juga tidak akan menyadari perasaanmu itu padanya, dan tidak akan menculik istrimu sendiri” cibir Victorino.
“Nah, tepat seperti itulah kasusmu sekarang, Rino. Kamu tidak menyadari kalau kamu telah jatuh cinta pada Belle, tapi aku sudah dapat menebaknya di hari pertama aku melihat caramu menatapnya. Tapi aku tidak memiliki cukup waktu untuk menyadarkanmu karena si tua Lorenzo itu telah mengacaukan semua rencana yang telah aku susun secara matang bersama dengan Lian, Ed dan juga Halwa.”
“Dan apa rencana kalian itu?”
Victor mengibas tangannya saat menjawab,
“¿Por qué te importa eso ahora, eh? (Apa pentingnya itu Sekarang, hah?) Yang terpenting Sekarang adalah kamu harus segera menyusul Belle dan putramu ke London. Pelan-pelan kamu bisa menstimulasi pikirannya agar kembali teringat padamu.”
“Aku memang akan berangkat ke London malam ini,” aku Victorino pelan.
“¿De Verdad? (Benarkah?)”
“Sí. Awalnya aku masih ragu-ragu untuk mengembalikan lagi ingatannya yang hilang itu. Karena seperti yang sudah kamu ketahui kalau tidak ada satupun kenangan romantis atau kenangan baik yang aku tinggalkan untuknya. Yang ada hanyalah kesedihan dan penderitaan,” aku Victorino.
“Tapi setelah kini aku mengetahui perasaannya padaku, aku merasa masih memiliki kesempatan untuk mendapatkannya kembali. Aku akan memulai lagi dari awal, mungkin aku akan mengingatkannya dengan hari pertama kami bertemu, dan memang juga merupakan hari yang berkesan untukku,” lanjutnya.
“Jadi, kamupun telah jatuh hati padanya di hari pertama kalian bertemu?” tanya Victor, jelas sekali nada tidak percaya di dalam suaranya itu.
“Ya, itu makanya kebencianku begitu besar padanya saat dia menjebakku hanya demi uang. Seandainya yang melakukan itu wanita lain alih-alih wanita yang aku sukai, mungkin rasa sakitnya tidak akan sedalam itu, hingga aku dipenuhi dengan perasaan dendam,” jawab Victorino, pria itu kembali terlihat melamun lagi setelahnya.
“Tapi ternyata Belle juga mencintaimu.”
“Ya, ternyata dia juga mencintaiku,” desah Victorino sambil menyapukan tangan ke wajahnya, berusaha mengendalikan kesedihannya, “Betapa bodohnya aku karena terlambat menyadarinhya, Vic!”
“Sudahlah, tidak ada gunanya kamu menyesali itu sekarang. Lebih baik kamu mulai memperbaiki tidak hanya hubunganmu dengan Belle, tapi juga dirimu sendiri. Percayalah, kalau kamu kembali ke dirimu yang dulu lagi, siapapun pasti akan dnegan mudah jatuh hati padamu, tidak terkecuali Belinda,” bujuk Victor.
“Mungkinkah wanita itu jatuh cinta untuk yang kedua kalinya padaku?”
“Tidak ada yang tidak mungkin, Rino. Jika Belle adalah cinta sejatimu, maka akan ada banyak car untuk menyatukan kalian kembali. Tapi .. “
“Tapi apa?”
“Menurutku hal tersulit adalah membuat Felipe menyukaimu. Penilaian anak itu padamu telah buruk sejak pertama kali kalian bertemu, ditambah lagi dengan masalah kamu yang telah menyakiti mamánya, satu-satunya orangtua yang ia kenal selama ini. Dapatkan maaf dari Felipe, maka urusanmu dengan Belle akan menjadi jauh lebih mudah,” saran Victor.
“Ya kamu benar, Vic. Mungkin aku harus memulainya dari Felipe.”
“¡Suerte! (Semoga beruntung!)” seru Victor sambil berdiri dan menepuk pundak Victorino,
“Kamu mau ke mana?” tanya Victorino.
“Tentu saja kembali ke istriku, aku tidak mau membiarkannya menungguku lama. Dan ah ya aku lupa, Jika kamu membutuhkan bantuanku dan Lian untuk menjinakkan Belle, jangan sungkan-sungkan menghubungi kami, Ok?”
“Muchísimas gracias,” ucap Victorino.
“De nada,” balas Victor sebelum melenggang keluar dari kamar Victorino.
Ada perubahan di bab 1-5 yaa. Silahkan baca ulang supaya ceritanya nyambung ke bab ini.
“Aku mengingatnya!” seru Belinda dengan kedua mata yang membola dan tubuhnya yang sedikit gemetar. ‘Apa ingatannya telah kembali?’ tanya Henry dalam hati sambil menepikan mobilnya. Suaranya terdengar ragu-ragu saat bertanya, “Apa tepatnya yang kamu ingat?” Belinda menatap lurus ke arah depannya, seolah ia tengah melihat langsung kejadian itu, “Aku … Kenapa aku dan Felipe keluar dari Mansionmu dengan mengendap-endap? Dan … Kenapa aku membawa putraku ke tempat yang berbahaya seperti itu? Bissa saja yang jatuh terguling saat itu adalah Felipe alih-alih aku,” jawabnya sebelum menatap penuh Henry, “Di mana kamu saat itu? Kenapa aku seolah-olah sedang berusaha melarikan diri darimu? Aku ingat betul salah satu penjagamu mengejar kami sampai akhirnya aku dan Felipe berhasil naik taksi.” Henry bingung harus menjawab apa, tidak mungkin ia mengatakan kebenarannya kalau alih-alih melarikan diri darinya, Belinda sedang melarikan diri dari Victorino yang telah menculiknya. Saat itu mereka berm
“Mamá … “ panggil Belinda dengan suara serak saat ia melihat mamá Juana yang tengah tertidur di sisinya, yang langsung terbangun saat mendengar suara putrinya itu. “Ya, Sayang?” “Jam berapa ini, Má?” Mamá Juana melirik jam di meja nakas, “Jam sepuluh malam, Sayang.” “Kenapa aku di sini? Bukankah tadi aku dan Henry sedang … “ Belinda terdiam. Sepertinya ia mulai ingat pada alasan kenapa ia berada di kamarnya lagi. “Apa Henry marah?” tanyanya. “Tidak, Mi Hija. Lord Henry tidak marah. Kenapa kamu bertanya seperti itu?” Belinda mengangkat bahunya, “Aku tidak tahu.” “Belle, Mamá selalu ada untukmu. Kalau ada sesuatu yang mengganjal, tanyakan saja pada Mamá.” Belinda terlihat ragu-ragu saat akan mengatakan atau bertanya sesuatu. Dan mamá Juana dengan senyum lembut namun mampu menguatkannya itu kembali menepuk punggung tangannya, “Kalau kamu tidak mau cerita juga tidak apa-apa. Jangan paksakan dirimu untuk mengatakan yang tidak ingin kamu katakan.” Dan saat itulah akhirnya Beli
“Kalian tidak bisa tidur?" tanya William saat mendapati Belinda dan mamá Juana yang sedang makan di dapur, di tengah malam buta. “Anda juga belum tidur, Your Grace?” mamá Juana balik nanya. Bukan hal yang mengherankan melihat sikap tak bersahabat mamá Juana pada ayah mertuanya itu. Sejak hari di mana William membawa mereka di bawa ke London, ke Mansion mewahnya ini mamá Juana telah menujukkan ketidaksukaannya. Untuk alasan apa? Belinda pun tidak mengetahuinya. “Saya memang biasa terjaga setiap tengah malam seperti ini. Saya selalu mencari udara di halaman belakang. Dan apa yang sedang kalian makan itu?” “Patatas bravas," jawab Belinda. Ia menggeser cemilan khas Madrid berupa kentang goreng yang dipotong menjadi potongan tidak beraturan dengan saus patatas bravas berbahan dasar saus tomat, cuka dan cabai, seperti cabai rawit yang dituangkan di atas kentang gorengnya itu ke arah William, “GG mau mencobanya?” tanyanya. “Tidak, terima kasih. Perut tua saya sudah tidak bisa menerima
Dengan dibantu Henry, Belinda melepas manset panjangnya untuk ia serahkan pada salah satu pelayan rumah keluarga Nelson sebelum memasuki rumah besar itu. Henry memberikan lengannya untuk Belinda rangkul dan Belindapun tanpa ragu lagi mengapit lengan Henry itu dengan lengannya, lagipula itu bagus mengingat kondisi kesehatannya yang belum sepenuhnya pulih. Mereka mengikuti langkah pelayan lainnya yang mengarahkan mereka ke ruangan tempat pesta berlangsung, yang ternyata pestanya berlangsung di sebuah aula besar dengan banyaknya tamu undangan yang telah hadir di sana. Terlihat beberapa pasangan yang sedang berdansa di tengahnya. Dengan sesekali sang pria memutar wanitanya, membuat gaun mereka yang sangat cantik dengan bermacam warna itu mengembang indah menyapu kaki pasangan mereka. Deja Vu … Belinda seperti pernah mendatangi pesta seperti ini, tapi di mana? Ia menekan keningnya yang secara tiba-tiba merasa nyeri. Langkahnya yang seketika itu terhenti membuat perhatian Henry tertuju
Ini adalah hari pertama Victorino berada di London, di sebuah Mansion mewah yang berada tidak jauh dari Mansion Duke of Deshire tempat Belinda dan juga putranya berada. Pemilik Mansion itu merupakan sahabat baiknya saat di perguruan tinggi dulu, yang dengan senang hati meminjamkan Mansionnya untuk Victorino, tapi alih-alih meminjamnya, Victorino justru membeli Mansion itu dengan harga dua kali lipat dari harga pasaran. Tentu saja sang pemilik Mansion tidak dapat menolak tawaran menggiurkan itu, lagipula biaya perawatan Mansion itu pun kian tahun kian bertambah, sementara pemasukannya sedikit berkurang. Dengan tempat tinggalnya yang berada tidak jauh dari Mansion Belinda, Victorino dapat terus mengawasi wanita itu, juga putra mereka, Felipe. Sambil mencari waktu yang tepat untuk mendekati mereka. Dan terutama Felipe, ia sama sekali belum tahu apa yang harus ia lakukan untuk mengambil hati putranya itu. Karena sejak pertama mereka bertemu, putranya itu telah sangat membencinya dan me
“¿él se fue? (Apa dia sudah pergi?)” “Ya. Pero. ¿Quién es él? (Ya, sudah. Tapi siapa pria itu?)" ulang Henry dengan tidak sabar. “No me prequentes eso, por favor, (Jangan tanyakan itu padaku, kumohon,)” pinta Belinda sambil kembali menekan dadanya yang masih terasa sakit. “Belle, perlu ke rumah sakit?” “Tidak, jangan, Aku tidak apa-apa." Meski begitu Henry tetap khawatir, ia segera merangkul Belinda tapi wanita itu berusaha menepis tangan Henry, “Belle, aku tidak mau kamu jatuh dan melukai dirimu sendirfi, biar aku memapahmu seperti ini.” “Aku bisa sendiri, Henry.” “Tidak, kamu terlalu lemah untuk itu. Apa kita pulang sekarang saja?” “Ya, antar aku pulang … Aku mau istirahat,” lirih Belinda sambil melingkarkan lengannya di pinggang Henry. “Perdóname, seharusnya aku tidak mengajakmu dansa. Seharusnya aku bersikeras mengabaikan saran Mrs. Nelson tadi. Karena memang seharusnya kamu belum boleh terlalu banyak beraktifitas,” ucap Henry sambil terus memapah Belinda melewati tamu u
“Kenapa anda diam saja, My Lady?” tanya Cecil yang sedang membantu Belinda menyisiri rambutnya. Dua jam sudah Belinda sampai sejak kembali dari Mansion keluarga Nelson. Dadanya sudah tidak terasa sakit lagi begitu juga dengan kepalanya. Baru kali ini kepala Belinda kembali sakit tanpa disertai dengan potongan ingatannya yang kembali. Kepalanya terasa sakit begitu saja setelah ia merasakan sakit di area dadanya. “Umm, Cecil. Bukankah kamu pernah bekerja di Palazzo yang terbakar itu?” tanyanya. Kedua mata Cecil membola, tangannya yang sedang menyisiri rambut Belinda terhenti di udara, ia menatap pantulan diri Belinda di cermin, “Kenapa tiba-tiba Seńorita menanyakan hal itu?” tanyanya. “Aku hanya ingat kalau kamu pernah cerita kamu bekerja di sana. Apa kamu tahu penyebab kebakaran besar itu?" “Maaf, My Lady, tapi saya tidak mengetahui penyebab kebakaran itu. Karena saat itu saya sudah bekerja pada anda,” jawab Cecil. “Ya, mungkin kamu bisa mencari tahu dari teman-temanmu di sana
“Perdón, Don Victorino. Menurut Cecil hari ini Tuan Muda Felipe meminta Señorita Belinda yang mengantar dan menjemputnya sekolah. Apa anda tetap akan melanjutkan rencana anda untuk bertemu dengan Tuan Muda?” lapor Erasmo sesaat setelah Victirino selesai mengancingkan jas hitamnya. Victorino segera berpaling pada asisten pribadinya itu, “Bagus! Dengan begitu aku tidak hanya dapat bertemu dengan Felipe, tapi juga Belle. Dan kali ini tanpa adanya si pengacau Henry yang akan mengganggu kami." “Umm, ada hal yang ingin saya sampaikan pada anda, Don Victorino. Ini mengenai Felipe … ” “Ada apa dengan putra saya?” tanya Victorino dengan panik padahal Erasmo belum selesai bicara. “Bisa anda tolong tahan diri anda sebentar untuk tidak menginterupsi selama saya memberitahukan kabar terbaru yang saya terima ini, Don? Saya takut saya menjadi lupa dengan apa yang akan saya ceritakan kalau anda terus-menerus memotongnya,” pinta Erasmo. “Baiklah, silahkan lanjutkan!” Victorino duduk di salah s