Jam kantor telah berakhir. Sammy dan Kirey keluar dari ruang kerjanya bersama-sama. Ketika sedang berjalan di koridor kantor, Kirey dan Sammy tak sengaja berpapasan dengan Gio juga Nania. Kirey melihatnya sekilas, Gio tampak sibuk sekali setelah meeting dengan para pemegang saham tadi pagi. Gio menoleh.
“Kirey,” panggil Gio. Dia berjalan cepat dan menghampiri Kirey yang berdiri di samping Sammy.
“Cepat pulang ke rumah ya! Tunggu aku pulang. Aku tidak akan lama,” pesan Gio. Sikapnya kelihatan banget sok mesra di depan Sammy. Dia juga melirik sebal ke arah sahabat Kirey.
Cuih! Sammy tersenyum sinis sambil membuang muka. Sepertinya Gio sengaja ingin memanas-manasi Sammy dengan berlagak sok perhatian pada Kirey.
Kirey mengangguk. Dia tahu kesibukan suaminya di kantor. Dia juga sangat mengerti posisi Gio di perusahaan. Maka, dia tidak akan menuntut apa pun dari Gio. Termasuk memintanya mengantar Kirey ke hotel sekadar bertemu den
Gio dan Sephia masuk ke kamar hotel. Saat itu, si wanita penggoda sudah tak tahan lagi dengan sikap Gio yang sedari tadi mengabaikannya. Sejak mereka bertemu lagi hari ini, setelah Gio menikah dengan Kirey.Aneh sekali. Ini kali pertamanya Gio nyuekin wanita secantik Sephia, sang pengacara kondang yang kerap kali membantunya mengatasi semua permasalahan hukum baik secara pribadi mau pun perusahaan.Meski pun kini, Gio agak sulit untuk didekati, Sephia tidak menyerah. Dia akan berusaha merayunya lagi. Malam ini, pokoknya Gio harus jatuh ke pelukannya, tekad Sephia.“Sayang, ayolah! Apa kamu tidak mau bercinta denganku malam ini?” bujuk Sephia dengan rayuan mautnya. Tangan wanita itu sudah menjelajahi seluruh tubuh Gio dan hendak membuka ikat pinggang yang menempel di celana Gio.“Sephia, hentikan!” cegah Gio. “Aku ke sini untuk mengakhiri hubungan rahasia kita,” tegasnya.“Tidak! Aku tidak mau,”
“Ngaco! Siapa yang cemburu?” gerutu Kirey sambil berlalu pergi. Dia kesal sekali karena berbicara dengan Gio bukannya menyelesaikan masalah malah memperkeruh keadaan. “Kirey, aku belum selesai bicara!” seru Gio. “Aku tidak mau dengar lagi!” Kirey menutup telinganya dengan kedua tangan. Lalu, dia mempercepat langkahnya. Dia segera masuk ke dalam kamar. BRUUUKK! Pintu kamar dibanting Kirey dengan sekuat tenaga. Astaga! Sampai Gio mengelus dada dan hampir jantungan. Kuat sekali tenaga Kirey kalau lagi marah. Gio berkacak pinggang sambil berujar, “Ya ampun! Ada apa dengan wanita itu?” “Aish! Kenapa menikah bisa merepotkan seperti ini?” Gio tampak menyesal. Ckckck. Sebelum menikah, Gio bisa duduk santai dengan nyaman dan tenang di rumahnya sendiri. Namun, keadaan berubah setelah ia menikah. Suasana rumah terdengar ramai setelah dia bertengkar dengan Kirey. Kisruh. Tidak ada lagi ketenangan batin dalam rumah tangganya. Padahal usia p
“Kamu nggak lihat kalau aku sedang bekerja?” hardik Kirey. Dia mengeluarkan kata-kata agak kasar pada suaminya di depan rekan-rekan yang satu ruangan dengannya.Sammy terkejut melihat reaksi Kirey saat Presdir Gio menghampirinya di ruang kerjanya.“Jadi kamu sengaja mengabaikan teleponku, hah?” Gio marah sekali pada Kirey. Karena sedari tadi, Gio menghubungi Kirey tidak pernah bisa.“Aku tidak main ponsel saat sedang bekerja. Apalagi itu telepon nggak penting,” Kirey beralasan.“Apa kamu bilang?” Gio geram sekali dengan sikap Kirey. “Jadi, kamu anggap telepon dariku tidak penting?”Sepasang suami istri itu bertengkar hebat di depan para staf pegawai, nyaris menggemparkan seisi kantor. Gio menarik lengan Kirey keluar dari ruangannya.“Ikut aku!” paksa Gio. Kirey tidak bisa menepisnya. Lengannya mencengkeram sangat kuat di pergelangan tangan Kirey.“Auw! Sakit
Gio kesal sekali melihat Kirey dan Sammy begitu akrab di tempat kerja. Ada perasaan tidak suka, tidak senang, bercampur amarah yang menggebu-gebu di dalam hatinya. Bergejolak seperti terbakar api. Panas namun tak kasat mata. Cemburu kali.Cemburu? Mungkinkah Gio juga mulai merasa cemburu pada Sammy? Pria yang lebih muda darinya, yang kini tengah mendekati istrinya, Kirey. Ah, mereka kan hanya bersahabat. Gio ingin meyakininya seperti itu. Tetapi, sepengetahuannya, persahabatan di antara pria dan wanita dewasa itu tidak pernah ada.Kalau pun ada kecil kemungkinannya. Pasti ada salah satunya atau malah keduanya memiliki perasaan tertentu. Karena adanya rasa nyaman, saling memiliki dan saling melengkapi. Sebuah perasaan yang berawal dari persahabatan berubah menjadi cinta. Mungkinkah?Perasaan yang sama. Seperti yang Kirey rasakan ketika dia melihat Gio dengan wanita pengacara itu. Cemburu, seperti itulah yang mereka rasakan saat ini. Apa keduanya sudah mulai jatuh
Gio masih memandangi tubuh seksi istrinya. Spontan, Kirey menutupinya dengan kedua tangan yang menyilang di dada. Gio tersenyum sinis. “Kenapa harus ditutupi? Aku sudah pernah melihat tubuhmu secara keseluruhan.”“A-apa?” Kirey kaget mendengar perkataan Gio yang dirasanya terlalu vulgar untuk diucapkan.Gio menggeser posisi duduknya. “Kenapa kamu sekaget itu, Kirey? Kamu lupa kalau kita pernah bercinta di Zurich,” Gio mengingatkan.“I-itu… karena bulan madu kita,” Kirey jadi salah tingkah. Sampai-sampai dia tidak tahu harus berkata apa. Yang terlontar malah kalimat tidak penting yang membuat Gio tersenyum mendengar perkataan polos istrinya.“Lalu, sekarang apa kita bisa mengulangi malam bulan madu kita?” goda Gio.“Gi-Gio!” seru Kirey malu-malu. “Kamu tidak menjawab pertanyaanku. Kamu udah makan atau belum?” tanyanya sekali lagi. Alihkan perhatiannya.
Sammy menepis tangan Kirey. Dia menolak untuk diobati. “Biarin aja, Kirey,” kata Sammy ketus.“Biarin gimana? Lukamu itu sangat dalam. Kalau tidak diobati nanti bisa infeksi,” Kirey ngotot. Dia keukeuh ingin mengobati tangan Sammy.Kirey meraih tangan Sammy lagi, lalu dengan cekatan dia mengobati luka di tangan Sammy. Mengoleskan obat merah lalu memberinya perban dan plester.“Kok bisa kayak gini, memangnya kamu terluka karena apa?” Kirey ingin tahu.“Aku… ah, itu… tidak sengaja cermin di kamarku jatuh dan pecah. Lalu, aku membereskannya. Sebagian pecahan kacanya itu menggores tanganku,” Sammy beralasan.Deg!Benarkah begitu? Kok rasanya ada yang aneh dengan alasan yang dibuat Sammy. Kirey merasa Sammy sedang mengarang sebuah cerita untuk mengalihkan perhatian.“Begitu rupanya,” ujar Kirey.Kirey tak lagi banyak bicara dan mempertanyakannya kembali. Jawab
“Pelankan suaramu, Gio! Nanti semua orang bisa dengar,” kata Kirey. Dia langsung menutup mulut Gio dengan tangannya. Dia juga celingak-celinguk sendiri di pantry, memastikan bahwa tidak ada orang lain selain mereka berdua di sana. Aman. Kirey baru melepas tangannya. Fiuh! Untung tidak ada siapa-siapa di sana. Gawat kalau sampai ada yang mendengar pembicaraan mereka, pikirnya. “Dengar apa Kirey? Di sini nggak ada orang selain kita berdua,” Gio memastikan. “Nggak bakalan ada yang tahu kalau kamu sekarang sedang hamil.” Ssssttt! Lagi-lagi Kirey membungkam mulut Gio. Heran, ember banget sih tuh mulut! Kirey agak kesal karena Gio tidak bisa menutup mulutnya. Lagian, itu kan belum tentu. Hanya baru dugaan Gio saja. Kirey mual-mual bukan berarti itu gejala hamil, kan? Bisa saja masuk angin biasa. Gio, jangan berlebihan ah! “Eh, Kirey!” panggil Gio. “Kamu tidak ingin memastikannya?” tanyanya. “Caranya?” Kirey mengerutkan kening. “Ya… kita lang
“Apa kamu tahu selama ini bapakku berada di sel tahanan?” Kirey mulai menginterogasi Gio. Tatapannya tajam menyimpan kekecewaan. Dia merasa Gio menyembunyikan fakta itu darinya.“Kirey dengerin aku dulu,” Gio mencoba menjelaskan. Tiba-tiba, Tuan Gilberto memotong pembicaraan mereka.“Sebaiknya kalian selesaikan permasalahan ini. Jangan biarkan sampai berlarut-larut. Dengar Ellena! Ah, maksudku Kirey. Asal kamu tahu, orang tuamu itu sudah membawa kabur banyak uang perusahaanku. Dia tersangka utamanya. Camkan itu!” Usai memperingatkan Kirey, Tuan Gilberto segera pergi meninggalkan rumah cucunya, Gio.Tuan Gilberto melirik ke arah Kirey agak sinis. Dia juga bergumam sambil berlalu pergi. “Berani-beraninya gadis tidak tahu malu itu masuk ke dalam anggota keluargaku,” ucapnya terlihat kesal.Deg!Sudah Kirey duga sebelumnya. Cepat atau lambat Tuan Gilberto pasti mengetahui jati dirinya sebagai Kirey. Bukan