“Oh, hanya 800 juta,” Gio menanggapinya datar.
Hanya? Presdir Gio bilang ‘hanya’? Kirey berdecak. Huh, sombong sekali lagaknya. Apa pria songong itu benar-benar konglomerat dan sangat kaya raya? Apa uang segitu tidak ada arti baginya?
“Jika aku yang membayar semua utang keluargamu, maka kamu berbalik berutang padaku,” sahut Gio. Sambil memikirkan jalan keluar untuk menghadapi permasalahan keluarga Kirey.
Kirey menelan ludah. Ya, itu benar. Jika Gio yang membebaskan keluarga Kirey dari jeratan utang para rentenir dan debt collector, Kirey harus membayarnya sedikit demi sedikit kepada Gio.
Bagaimana ini? Kirey agak kebingungan. Masa iya, Gio akan memotong gaji bulanannya di kantor? Bahkan, jika diperhitungkan kembali uang gajinya per bulan saja tidak mencukupi kebutuhannya sehari-hari. Lantas, jika potong gaji, mau sampai kapan lunasnya? Dua puluh atau tiga puluh tahun kemudian?
Wajah Kirey memucat. Rasanya kepala mau pecah memikirkannya. Uang segitu banyaknya harus ia dapatkan dalam beberapa hari. Sementara, perhitungan untuk mengembalikannya pun cukup sulit dan membutuhkan waktu bertahun-tahun lamanya. Oh God! Kirey menepuk jidatnya sendiri.
Gio tersenyum licik melihat Kirey dalam posisi terjepit saat ini. Dia tertawa di atas penderitaan Kirey.
“Kamu benar-benar sangat membutuhkan uang itu bukan?” tanya Gio sekali lagi. Serius.
Kirey mengangguk mantap, “Iya.”
“Lalu, apa yang kamu pikirkan sekarang?” tanyanya lagi.
“Aku harus mendapatkan uangnya. Bagaimana pun caranya,” Kirey memantapkan hati. Dia akan menghadapi segala resikonya.
Gio suka sekali mendengar pernyataan Kirey yang cukup berani itu.
“Haruskah kita membuat perjanjian tertulis agar kedua belah pihak saling menguntungkan?” Gio menawarkan.
“Perjanjian tertulis?” ulang Kirey. “Maksudnya kita menandatangi kontrak kerja sama?”
Gio mengangguk. “Kita bisa menjadi sekutu yang saling menguntungkan. Gimana?” bujuk Gio.
Sekutu? Kirey perlu waktu untuk berpikir. Namun, Gio terus mendesaknya. Agar Kirey menyepakati rencana yang sudah Gio persiapkan.
“Gimana? Kamu mau menerimanya atau tidak?” rayu Gio. “Ayolah, Kirey! Tunggu apalagi?”
“Sebelum aku berubah pikiran dan malas membantumu lagi,” ancam Gio sambil tersenyum jahat.
Gio menatap ke arah Kirey. Memerhatikan raut wajah Kirey yang seolah-olah dipaksa harus pasrah menerima keadaan. Waktu dan situasi yang Kirey hadapi saat ini sangat mendesak.
Selang beberapa menit kemudian, Kirey memutuskan untuk menerima tawaran Gio. Dia akan tunduk dan menuruti semua perintah Gio.
“Aku akan menerima tawaran Anda, Pak Presdir. Apa yang harus kulakukan?” Kirey pasrah saja. Selanjutnya, terserah Gio.
“Bagus. Kamu berani mengambil keputusan, Kirey. Aku akan mempersiapkannya dahulu.” Gio segera mengambil iPadnya. Dia mulai membuat surat perjanjian kerja samanya dengan Kirey.
Kirey duduk-duduk di sofa kamar hotel. Sementara, Gio sedang mempersiapkan dokumennya. Malam hampir larut. Mereka saling terdiam satu sama lain. Membuat Kirey mengantuk dan ketiduran di sofa.
Satu jam kemudian, Gio masih berkutat di depan iPadnya. Dia melirik Kirey yang ketiduran di sofa. Lantas, dia beranjak dari sofa dan pergi mengambil bantal juga selimut untuk Kirey.
Gio mengangkat kepala Kirey, menidurkannya di atas bantal. Setelah itu, dia menyelimutinya. Dia memerhatikan wajah Kirey dari dekat. Lalu, menekan-nekan pipi juga hidungnya yang mancung.
“Dasar gadis jelek! Selama ini dia sengaja menyembunyikan kecantikannya. Aku sudah menyadarinya sekarang. Bahwa, dia gadis manis yang sangat memesona,” ujar Gio dalam hati.
Kirey menggeliat. Dia membuka matanya perlahan-lahan dan melihat Gio sudah berada di dekatnya saat ini. Kirey mengerjap-ngerjapkan kedua matanya.
Deg!
Jantung Kirey berdebar-debar saat Presdir Gio menatapnya sambil tersenyum. Ups! Kirey terlonjak kaget. Dia sadar akhirnya. Sudah berapa lama ia tertidur di kamar hotel milik Presdir Gio?
“Maaf, Pak. Aku ketiduran,” sesal Kirey.
“Apa Bapak sudah menyelesaikan kontraknya?” tanya Kirey agak gugup. Dia sengaja mengalihkan perhatian Presdir Gio. Jika tidak, dia bisa kena serangan jantung mendadak karena Gio terus saja menatapnya tanpa berkedip.
Gio memang pria tampan. Wanita mana pun pasti tergila-gila padanya. Semua wanita sangat mendambanya, menginginkannya. Namun, Kirey tidak ingin menyukai Gio. Dia tidak mau berurusan dengan Gio. Apalagi punya perasaan padanya. Ah, sial! Tidak bisa begitu, Kirey.
Buktinya, sekarang Kirey malah terlibat cukup jauh berurusan dengan Gio. Gara-gara kontrak kerja samanya untuk membantu menyelesaikan permasalahan utang keluarganya.
“Aku sudah menyelesaikannya dari tadi,” sahut Gio.
“Lalu, kenapa Anda tidak membangunkanku?”
“Aku mau membangunkanmu. Tetapi, kamu keburu membuka mata.”
Kirey tidak melihat upaya Gio hendak membangunkannya. Memangnya dengan cara apa Gio akan membangunkan Kirey? Memakai suara telepati dan bahasa kalbu? Atau memakai cara ala-ala dongeng Princess Sleeping Beauty. Atau… ala kisah klasik drama percintaan Romeo and Juliet. Ah, itu semua hanya ada dalam khayalan Kirey saja saat ini. Mana mungkin Gio melakukan itu pada gadis jelek macam Kirey, pikirnya.
Kirey hendak bangkit dari tidurnya. Namun, Gio menahan lengannya. Kirey melotot. Ada apa ini? Gio mendekatkan wajahnya ke arah Kirey. Dia memiringkan wajahnya seakan-akan hendak mengecup mesra Kirey. Sayangnya, ekspektasi Kirey salah besar.
“Cepat, tanda tangani kontrak kerja samanya!” bisik Gio di telinga Kirey. Dia mendesak Kirey untuk segera melakukan kesepakatan yang sudah dibuatnya itu.
“Ah, iya, baiklah.” Kirey jadi merinding mendengarnya. Dia harus membaca isi perjanjian itu terlebih dahulu. Sebelum menandatanganinya.
Kirey masih membacanya. Namun, Gio tidak sabaran. Dia mondar-mandir di belakang Kirey yang duduk di sofa. Kirey membaca isi kontraknya dengan tenang dan seksama. Gio mulai berbisik lagi di belakang Kirey.
“Cepatlah, Kirey! Ini sudah malam. Aku sudah mulai mengantuk,” Gio beralasan.
“Pak Presdir tidur saja duluan. Aku akan menandatanganinya nanti setelah selesai memahami isinya. Beritahukan saja di mana aku harus menandatanganinya,” ujar Kirey tanpa menoleh ke arahnya.
Gio berkacak pinggang di belakang Kirey. Dia mulai kesal dengan sikap Kirey. Dengan penuh kesabaran, Gio menunjukkan letaknya. Kirey harus tanda tangan di kolom bawah sebelah kanan. Wanita itu harus melakukan tanda tangan digital di iPadnya Gio.
“Aku akan tidur dulu. Setelah kamu tanda tangan beritahu aku. Bangunkan aku jika kamu mau pulang. Mengerti?” pesan Gio. Iya, Kirey mengangguk pelan. Tanpa bersuara.
Gio berjalan menuju tempat tidurnya. Sambil menunggu Kirey selesai membaca isi perjanjian dan menandatanginya. Gio akan rebahan dulu di tempat tidurnya. Malam ini sangat melelahkan. Namun, entah kenapa Gio malah tidak bisa tidur.
Semalaman berduaan di kamar hotel dengan Kirey. Mampukah Gio menahan godaan wanita cantik dan manis seperti Kirey? Gio melihat ke arahnya. Biasanya dia tidak bisa mengendalikan diri di depan wanita cantik. Ah, sudahlah. Tidur saja.
Kirey mendekati Gio. Ketika hendak membangunkannya, Gio malah menarik tubuh Kirey ke pelukannya.
***
“Kakek, maafkan Gio…” sesal Gio. Dia menyalahkan dirinya sendiri atas kejadian yang menimpa pada kakeknya. Tangan Tuan Gilberto merespon. Air mata menetes di pelupuk mata kakeknya. Gio menyekanya.“Gi… Gio…” Suara Tuan Gilberto terdengar memanggilnya. Gio mendengarnya dan segera mendekatkan diri di samping kakeknya yang sedang berusaha bicara padanya.“Iya, Kek,” sahut Gio.Perlahan-lahan, Tuan Gilberto membuka matanya. Dia melihat Gio berada di sampingnya.“Kem… bali…lah ke kan… tor,” pinta Tuan Gilberto agak terbata-bata. Agak sulit kakek mengatakannya pada Gio.“Tapi, Kek,” Gio hendak menolak permintaan kakeknya. Namun, Tuan Gilberto diwakilkan Nyonya Maria memohon pada Gio. Agar cucunya itu bisa segera kembali memimpin perusahaan yang sudah ditinggalkannya akhir-akhir ini.“Kakek sungguh ingin aku kembali?” Gio memastikannya
Kirey masih harus mendapatkan perawatan intensif ibu hamil di Rumah Sakit. Dia masih belum sadarkan diri dari tidurnya. Gio keluar dari ruang inap kelas satu. Di luar kamar inap, Sammy masih bersabar, menunggu kabar dari Gio.“Gimana keadaan Kirey?” Sammy langsung memburu Gio.“Kondisinya masih lemah dan dia harus banyak istirahat selama bedrest,” Gio memberitahu.“Apa kata dokter? Kirey sakit apa?” Sammy panik dan terus memburu Gio dengan banyak pertanyaan.“Kenapa kamu masih di sini? Bukannya kamu harus pergi bekerja?” Gio heran. Dia mengalihkan pembicaraan. Namun, Sammy tidak memedulikannya. Fokus perhatiannya masih tertuju pada Kirey.“Aku akan menemani Kirey selama dia berada di Rumah Sakit. Sebaiknya, Anda pulang saja. Biar saya yang menggantikannya,” kata Sammy mengusir Gio secara halus.Apa? Gio membelalak. Ada apa dengan Sammy? Kenapa dia bersikeras ingin menjaga Kirey di s
“Apa maksudmu mengundurkan diri dari perusahaan?” Tuan Gilberto terkejut mendengar keputusan Gio. Menurut pria tua itu, Gio sangat ceroboh dan tergesa-gesa saat mengambil keputusan. Mendadak sekali Gio mengatakannya.“Iya, jika Kakek bersikeras memisahkanku dengan Kirey, maka aku tidak punya pilihan lain. Aku akan meninggalkan semua yang Kakek wariskan untukku.”“Memangnya kamu sudah siap miskin, Gio?” Tuan Gilberto meragukan Gio.“Aku tidak peduli. Asalkan bisa hidup bersama Kirey, aku rasa itu tidak masalah.”Gio dan Tuan Gilberto saling berdebat. “Anak bodoh! Tidak tahu berterima kasih,” umpat Tuan Gilberto.Di ruangan tersebut, mereka masih berdebat. Semua orang yang tengah menyaksikan keributan itu pun akhirnya terpaksa keluar, meninggalkan ruangan itu dan memberikan privasi untuk kakek dan cucu itu saat sedang bernegosiasi.“Baiklah. Jika itu keinginanmu. Kakek tidak aka
Malam itu, Gio diberitahu polisi bahwa Ellena mengalami kecelakaan lalu lintas dan meninggal dunia dalam perjalanan menuju Rumah Sakit. Sejak itulah, Gio merasa bersalah. Dia terus menerus menyalahkan dirinya sendiri atas kematian kekasihnya, Ellena. Sampai-sampai setiap malam, Gio harus mengalami mimpi buruk dan berhalusinasi tentang Ellena.“Kamu, pria brengsek Gio!” kata Sephia.“Kenapa? Apa kamu menyesal sekarang sudah mengenalku?” tantang Gio.“Tetapi, aku selalu saja jatuh cinta padamu. Kamulah yang membuatku nekat seperti ini. Sepeninggalnya Ellena, bukannya memilihku kamu malah menikahi gadis kampung itu! Aku tidak rela, Gio!”Gio tersenyum sinis mendengarnya. “Aku sudah sering mengatakannya dengan sangat jelas, bahwa aku tidak pernah mencintaimu Sephia,” tegas Gio.“Itulah alasannya Gio.”“Kamu bukan tipeku, Sephia. Aku memiliki standar sendiri memilih wanita yang aka
Gio pergi terburu-buru menuju pabrik kosong itu. Setelah seorang detektif swasta suruhannya memberitahukan lokasinya, Gio pun melaju dengan cepat. Dia harus segera membereskan perkara ini. Jika ingin menyelamatkan Kirey dan bapak mertuanya dari tuduhan palsu kakeknya.Beberapa menit kemudian, Gio telah sampai di pabrik usang itu. Dia berjalan cepat menghampiri si penipu yang kondisinya sudah babak belur dihajar orang-orang suruhan Gio. Detektif swasta itu telah mengikat si penipu dengan tali yang cukup kencang di area tangan, kaki, juga bagian perutnya yang agak buncit.Tidak hanya itu, kedua mata si penipu pun ditutup kain berwarna putih sehingga dia tidak bisa melihat siapa pun yang akan mengeksekusinya malam ini. Gio harus menyembunyikan identitasnya saat hendak memberi pelajaran pada sampah itu.Detektif swasta dan beberapa orang suruhan Gio lainnya memberi hormat ketika Presdir Gio datang menghampiri mereka. Gio membuka maskernya dan memandangi wajah si pen
“Kenapa kamu diam saja Gio? Apa kamu tidak bisa memilih antara istrimu atau perusahaan yang merupakan seluruh aset kekayaanmu?” desak Tuan Gilberto.“Kakek!” hardik Gio di depan semua orang. “Menurutku itu bukan pilihan.”Anak bodoh! Tuan Gilberto mencibir Gio. Padahal kan Gio tinggal memilih saja. Itu menurut Tuan Gilberto. Tetapi bagi Gio, disuruh memilih antara Kirey dan seluruh warisannya merupakan pilihan yang sulit. Dua-duanya sudah menjadi kebutuhan hidup Gio sehari-hari. Dia tidak bisa hidup tanpa kekayaannya. Namun, dia juga tidak bisa tidur nyenyak tanpa Kirey ada di sampingnya.“Kenapa Kakek tidak mengerti perasaanku?” keluh Gio.“Perasaan macam apa yang kamu rasakan itu? Selama ini kamu sering main dengan wanita di luaran sana. Lalu, apa salahnya sekarang kamu menyingkirkan wanita itu dari hidupmu?” sindir Tuan Gilberto.“Kakek! Aku serius mencintai Kirey,” ungkap G