"Memang nya, kamu ngapain dia mas?" dengan tatapan tajam.
"Kamu keroyok?" tanya nya lagi."Bukan Bagas namanya kalau main keroyokan, satu lawan satu lah" jelas Bagas dengan ketus.Tidak di pungkiri, jika mengungkit kejadian itu, pasti benar-benar membuat Bagas marah dan kecewa lagi kalau mengingat nya.Terlihat wajahnya yang berubah menjadi merah padam, alisnya saling bertabrakan terlihat tegang.Di matanya penuh amarah dan kekecewaan."Waktu itu, sekitar 3 atau 4 tahun lalu.. Saat aku meminta nya untuk jujur, Namira bilang, kalau dia juga pernah menggugurkan kehamilan nya dengan laki-laki bajingan itu di belakang ku! itu benar-benar di batas dugaan ku.""Apa?! sampai hamil??" Rani membelalakkan matanya."Iya.. Kehidupan ku benar-benar hancur waktu itu, Karena aku berniat meminang nya pada minggu itu. Hampir 3 tahun aku bersamanya, tidak mungkin aku tidak memikirkan masa depanku dengan dia. Padahal, semua yang dia pinta selalu aku turuti. Tapi ternyata dia wanita jalang. Brengsek!"Rani memandang nya begitu dalam.Rani merasakan kekecewaan yang begitu besar, yang Bagas rasakan."Pantas saja, saat menerima pesan dari Namira dan saat aku kembali menanyakan tentang Namira lagi tadi, wajahnya langsung berubah drastis."Rani berbicara dalam hati, matanya tak lepas menatap wajah Bagas dari arah samping.Suasana menjadi hening, Rani sesekali mencoba menempelkan kembali masker mata yang tadi jatuh di kasur. Agar dia juga terlepas dari rasa canggung.Bagas pun diam membisu. Matanya menatap kosong ke arah balkon. Seperti banyak sekali luka yang belum sembuh.Suasana yang mencekam dan sedih membuat Rani takut harus melanjutkan pertanyaan nya, atau berhenti sampai disitu. Tapi Rani adalah Rani, rasa penasarannya belum tuntas dan masih menggebu-gebu."Mas?" suaranya lirih sekali."Hmmm" Bagas bergeming dan hanya alisnya saja yang bergerak ke atas, tanda dia merespon Rani."Jujur ya mas, Apa dulu kamu pernah bersetubuh juga dengan Namira?""Apa?! ngaco kamu Rani!" Rani terkejut mendengar Bagas sedikit membentak.Rani melipat bibirnya ke dalam, kaget. Tapi tetap melanjutkan pertanyaan selanjutnya."Oh baguslah mas, soalnya kan tiga tahun itu bukan waktu yang sebentar" kata Rani sambil menempelkan masker matanya yang mulai tak rekat lagi, tapi terus mencoba di rekatkan."Dulu, Namira memang sering mengajakku untuk menginap di hotel, tapi aku selalu menolak untuk tidur dalam satu kasur bersama nya. Aku sangat menghargai harga diri dia."Bagas menunduk lesu "tapi apa yang ku jaga, malah merusak dirinya sendiri.""Lalu, Bagaimana dengan tanggapan mama mas? apa kamu pernah membawanya bertamu kerumah?" tanya Rani lagi."Pernah, tapi mama memang kurang suka dengan Namira dari awal.""Mengapa ngga suka mas? menurut ku Namira cantik kok" timpal Rani."Mungkin dari cara dia berpenampilan, dan dari cara dia berbicara. Mama juga pernah bilang, dia kurang nyaman kalau aku membawa Namira bertamu ke rumah. Mungkin itu juga sebuah pertanda untuk ku, kalau Namira memang bukan perempuan baik-baik." jelas Bagas."Berapa kali kamu ajak dia?""Hanya dua kali sayang, itu saja mama sudah banyak komplain." terang Bagas."Setelah aku mengakhiri hubungan dengan Namira, dia selalu mengganggu hidup ku. Mengejar-ngejar memohon maaf dan berharap untuk kembali."Rani menatap nya sendu."Semenjak itu, aku terus menjauh. Ku tutup semua akses.""Hati ku pun ikut tertutup cukup lama sayang, aku trauma waktu itu.""Begitu banyak wanita yang mendekati aku, sudah ku coba menerima, tapi hatiku tidak pernah mau terbuka."Bagas menatap Rani di sampingnya, membelai rambut Rani yang di kuncir setengah."Tapi.. hati ku bergetar ketika aku melihat mu waktu itu.""Ah!! indah sekali rasanya jatuh cinta lagi."Bagas mendekat menatap mata Rani sangat dalam."Hebatnya, Kamu mampu mengobati luka hatiku, tanpa kamu melakukan apapun.""Dan aku yakin, bahwa inilah jalanku" kata Bagas.Matanya terlihat berair, hidungnya merah di bagian atasnya seperti menahan tangis.Rani tak kuasa melihat nya, Rani memeluk Bagas dengan begitu erat. Menepuk-nepuk punggungnya perlahan.Rani terenyuh mendengarnya.Hari semakin larut, Rani juga mulai merasa ngantuk."Mas, aku ngantuk" katanya sangat manja.Bagas langsung menyingkirkan laptopnya, membereskan bantal untuk Rani berbaring.Bagas mengecup kening Rani. Mereka berpelukan di Ranjang.Semilir angin dari arah pantai terasa dingin sekali..Bagas yang termenung menerpa luka lama yang belum kunjung sembuh.Hatinya terlalu sakit untuk mengingat kembali itu semua.Sesekali Bagas melirik ke arah wajah Rani yang sudah tertidur pulas."Wajah yang polos dan sendu, terasa sejuk tiap kali memandang nya."Bagas kembali pada laptop nya, menghapus semua jejak di internet yang sudah dia telusuri.Selain rasa sakit, rasa jijik juga menyelimuti tiap kali mengingat Namira.Rani membuka ponselnya, ada notifikasi masuk."Hai beb! aku mau ngajarin kalau aku di terima kerja di kantor suami kamu loh! besok hari pertama mu kerja.. cepat balik ya dan bawa oleh-oleh!" Pesan singkat dari Linda. Rani dengan mata yang berbinar senang, kedua sudut bibir menarik ke atas. "Wah beb! selamat ya!! aku jadi tidak sabar untuk pulang, sampai jumpa senin depan. love you!" jawab Rani.Rani dan Linda sudah bersahabat dari dia duduk di kelas 2 SMP.Dulu rumah Linda hanya beda blok dengan Rani, tapi setelah dia lulus SMK dia pindah ke kota Bandung.Tapi mereka bersatu kembali di perguruan tinggi saat kuliah.Kabar gembira itu membuat pagi Rani menjadi lebih semangat.Rani yang baru saja selesai di make up menjadi sangat narsis.Hari ini, Bagas dan Rani akan melakukan pemotretan di pinggir pantai.Bagas menghampiri Rani yang sedang asyik Selfie. Memberinya segelas susu hangat dan sepotong Roti kukus dengan selai kacang."Di makan dulu dong rotinya, dari tadi di diemin aja nan
Hari berlalu begitu cepat.Sepasang pengantin baru itu akhirnya akan kembali pada rutinitas sehari-hari, yaitu masuk kantor seperti biasa.Rani sudah bangun lebih dulu, mandi dan berdandan.Tapi, Bagas masih tertidur pulas di atas ranjang."Mas, mas.. sudah mau jam 6 loh. Bangun mas.."Rani mengusap usap lembut dada Bagas yang di biar kan nya terbuka. Terlihat dada yang bidang dan berbulu.Sesekali Rani mencium pipi suaminya itu, dan menutupi dadanya dengan selimut."Mas.. bangun yuk.. nanti telat.. " Masih belum ada respon.Rani beranjak dari tempat tidur, tapi tiba-tiba Bagas menarik tangannya hingga dia terjauh di atas dadanya."Aduh...." Rani membelalakkan matanya, melihat mata Bagas yang terbuka lebar."Ih udah bangun juga, tapi ga respon!" "Hehe, peluk dulu dong" Bagas membentangkan tangannya, dan mendekap Rani yang berada di sisinya."Udah cantik yaa.. semangat banget mau kerja.." Bagas menggoda."Iya dong! aku ga sabar mau ketemu Linda.""Oh, Linda.. pantas aja semangat bange
"Eh, Omong- omong gimana Ran, kok bisa kamu secepat itu luluh sama pak Bagas?" tanya Linda."Ya, kamu tau kan.. bagaimana selama sebulan itu dia kasih kejutan, dan cara dia yang tiba-tiba sudah kenal duluan sama orang tua ku.. ya kan? perempuan mana sih yang ngga klepek -klepek. ""Nah, jadi saat rasa ini aku sadari sudah mulai ada itu, sejak sehari setelah resepsi kemarin Lin. Waktu masih pagi - pagi banget ya! Mas Bagas dapat pesan dari mantannya, namanya Namira.." Lanjut Rani dengan wajahnya yang sedikit judes menyebut nama Namira."Hah? mantan? terus terus..." Linda kembali duduk di atas meja kerja Rani, terlihat seru dan penasaran." Iya, jadi pagi itu, aku habis buat kopi kan. aku tuh mulai terbuai sejak malam pertama Lin seperti nya. Ya, kamu ngerti lah namanya udah di telanjangi.. ngga mungkin aku ngga ada rasa.""Aaaaaaau" tiba-tiba Linda teriak begitu kaget, sampai Rani menutup mulut Linda."Ih, jangan teriak juga Linda!!" "Eh iya, maaf maaf. aku syok banget!! jadi kamu se
Rani membuka pintu ruangannya, menenteng kantong belanja berisi tas mini barunya.Tapi tak tampak kegembiraan pada wajah Rani.Dia masuk dengan wajah yang di tekuk, sambil memijat keningnya menaruh kantong belanja itu di atas meja."Kenapa kamu dateng -dateng mukanya di tekuk begitu" tanya Linda.Rani menunjuk dengan bibirnya ke arah kantong belanja berwarna merah muda motif bunga -bunga.Linda yang penasaran beranjak ke arah meja Rani, dan membuka kantong belanja tersebut."Wah, tas baru nih" Linda mengeluarkan tas mini berwarna cream tersebut.Sambil menimang -nimang tas baru itu Linda berkata "Dari pak Bagas ya? tapi kenapa kamu cemberut dapat tas baru? aneh nya!" Rani hanya bergeming, tangan kirinya memijat kening, dan tangan kanan membuka laptop.Linda yang bingung dengan Rani, kembali pada meja kerjanya.Linda terus memperhatikan Rani yang sesekali menundukkan kepalanya itu."Rani? denger aku tanya gak sih?"Rani mengangkat kepalanya, "iya aku dengar, ini aku pusing deh. Mas Ba
Infusan sudah hampir habis, Bagas menekan tombol di sambil ranjang untuk memanggil suster.Tak lama, beberapa menit kemudian, suster datang membawa dorongan berisi perlengkapan untuk mencopot infus di tangan Rani.Kondisi Rani sudah tidak demam lagi seperti baru pertama kali tiba di rumah sakit, suhunya menurun setelah di beri infus penurun demam.Bagas melirik jam tangannya, sudah menunjukkan pukul sembilan lewat empat puluh menit. "Hampir jam 10 malam" Bagas bergumam dalam hati.Terlihat Rani juga sangat mengantuk, walaupun tadi dia juga sempat tidur saat di infus, tapi sedikit sedikit terbangun.Bagas, menanyakan pada Rani dengan tatapan yang penuh rasa bersalah, Bagas melihat sesekali Rani menelan ludah dan ingin muntah "Apa masih mual?" katanya."Masih mual mas, tapi aku lapar" "Kamu mau makan apa? biar kita cari setelah dari sini ya.." Suaranya lembut dan pelan.Makanan dan minuman yang di beli pak Joko tadi tidak ada satupun yang di makan oleh Rani. Rani masih tidak nafsu mak
Pagi itu, Rani tiba- tiba saja seperti tidak sakit.Wajahnya terlihat fresh seperti tidak terjadi apa - apa tadi malam.Dia bangun jam tujuh pagi, bergegas ke dapur untuk membantu mba Pinem memasak.Mba Pinem yang sedang mencuci buah, melihat Rani yang datang sangat sehat merasa aneh."Loh Bu ngapain ke dapur, nanti kecapean Bu" kata mba Pinem menahan tangan Rani yang akan menceburkan tangannya ke dalam baskom isi buah."Aku udah ngga apa-apa kok mba, Alhamdulillah sehat. Kayanya obatnya cocok. Sini biar ku bantu. Hari ini aku juga ngga di izinin untuk masuk kerja sama mas Bagas." Mba Pinem ragu - ragu memberikan baskom isi buah itu, tapi dia tidak bisa menolak jika itu majikannya yang memaksa."Masak apa hari ini mba? " Tanya Rani pada mba Pinem yang sedang mengelap bagian kompor."Saya masak sayur bayam bening, ada ikan gurame goreng, perkedel kentang, saya juga masak gulai ayam kok Bu" jelas mba Pinem."Wah masak sebanyak itu, jam segini udah selesai ya mba""Kalau mba pulang kamp
Barang yang di tunggu- tunggu akhirnya sampai juga di tangan Rani.Rani menaruhnya di atas wastafel toilet.Rani terpaku menatap cermin di dinding itu, raut wajahnya tersirat mengandung harapan besar.Suara dan gerak gerik mba Pinem terngiang -ngiang di telinga dan khayalan Rani, ("Biar lebih akurat, di pakai waktu ibu pipis pertama kali saat bangun tidur Bu, nah caranya seperti ini nanti")Wadah untuk menampung air pipis Rani pun sudah di siapkan bersama tespek tersebut.Sesekali Rani mengambil dan menimang box kotak berwarna putih biru, dengan tulisan Sensitif digital pregnancy test itu.Ragu yang melanda Rani, terselimuti dengan rasa penasaran nya.Jantungnya berdebar.."Besok akan aku coba deh, semoga hasilnya sesuai ekspektasi ku dan mas Bagas" gumam nya dalam hati.Rani kembali menatap cermin, menatap wajahnya yang polos tanpa polesan make up sedikit pun.Dia mencoba mengelus pipinya, dia mengingat - ingat dua bulan lalu, dia masih sangat ragu dengan Bagas.Tapi takdir berkata la
Hari pun berganti malam, dan malam pun menghampiri pagi. Langit masih gelap gulita.Rani yang masih berada dalam pelukan CEO tampan itu menatap jam dinding yang persis berada di samping foto pernikahan mereka berdua di dalam kamar megah nya itu.Jam menunjukkan pukul 04.50 pagi."Masih subuh, hmmm aku deg - deg an mau tespek" Rani bergumam sendiri di dalam hatinya.Dia mengambil ponsel di laci yang berada di samping dipan nya itu, membuka google dan mengetik di pencarian tanda - tanda wanita hamil.Rani membaca dengan seksama, ada beberapa poin yang memang sedang di rasakan oleh Rani. "Tapi ngga semua poin aku rasain sih, kalau begini hamil ngga ya?" Dia meletakkan jari telunjuknya di dagu.Dia benar - benar polos untuk hal begini. Ini lah pengalaman yang tidak akan terlupakan oleh Rani. Pengalaman menggunakan tespek.Rani mencoba menggeser suaminya itu dari sisi nya. Dia berjalan pelan ke arah toilet, mengambil handuk yang di gantung dekat pintu kamar mandi. Rani menatap wajah bant