Memandang pantai saat sunset memang dapat meningkatkan kekaguman.
Mengalihkan sejenak, hiruk pikuk suasana ibu kota Jakarta yang tak lepas dari suatu pekerjaan yang melelahkan.Hari berganti malam, Mereka berdua memutuskan untuk dinner di sebuah Restoran lain, yang tak jauh dari penginapan nya.Kemanapun berjalan, Bagas terus menggandeng tangan Rani, seperti layaknya pengantin baru pada umumnya, yang sedang di mabuk asmara. Bagaimana dunia milik berdua.Lampu yang berkelap-kelip melingkari tiap sudut dinding atas restoran, membuat indah mata memandang.Tiap sudut ruang pun juga terdapat patung-patung khas Bali.Bagas memesan menu-menu yang mahal.Beberapa minuman manis dan air mineral sudah di hidang kan lebih dulu.Tak lama, pelayan pun mengantarkan pesanan nya.Ada Caviar Almas, dua piring daging kobe Wagyu, Bluefin Tuna atau di sebut tuna sirip biru, Jamur matsutake dan lobster.Mereka menyantapnya dengan lahap.Ada yang bergetar dari dalam tas Rani.Seketika, Rani merogoh ponselnya, ada notifikasi panggilan tak terjawab sebanyak dua kali, dari teman lamanya, tak lain adalah sahabat karib nya, Linda."Hmm, Ada apa ya, Linda menelfon ku jam segini?" gumam nya sendirian."Kenapa beb? aku lagi dinner, sorry ngga ke angkat" Rani menulis pesan singkat untuk Linda, dan memasukkan kembali ponsel nya ke dalam tas.Lobster dengan ukuran besar menggugah selera makan Rani.Bagas begitu senang melihatnya.Baginya, Rani nyaris sempurna, selain kecantikan yang natural, cerdas, dia juga baik hati.Dia juga tidak pernah jaim untuk melakukan sesuatu hal di hadapan orang lain, tanpa mengurangi kesopanannya.Setelah mereka makan dan cuci tangan, Rani tiba-tiba menanyakan Namira kepada Bagas."Mas, Kalau boleh tau.. kenapa kamu putus sama Namira dulu?""Hmmmm.. " Bagas hanya bergeming tak menjawab."Mas!" panggil Rani agak sedikit menekan."Apa? aku tidak ingin membahas nya sayang, kepo deh kamu" Bagas kembali memainkan ponselnya.Rani bergeming menatap Bagas.Sebenarnya Rani penasaran dari kemarin. Mengapa perempuan itu menghubungi Bagas lagi.Rani menerka-nerka, "Apa sebenarnya dia masih berhubungan ya, selama mas Bagas mendekati aku?""Tapi.. bagaimana caranya mengulik mas Bagas agar mau cerita." Bergumam sendiri dalam hatinya, matanya berputar ke kanan dan ke kiri.Rani, mengambil ponselnya. Ia membuka kotak pesan."Linda belum balas juga!" kata RaniBagas hanya melirik Rani dan lanjut sibuk dengan ponselnya.Lima belas menit kemudian, Rani mulai bete dengan suasana yang canggung."Mas aku bete ah kalau di diemin begitu, aku mau balik aja ke hotel."Bagas sebenarnya juga dalam keadaan bete, dia malas mengingat-ingat tentang Namira.Mendengar namanya saja membuat nya tidak bersemangat, perempuan yang benar-benar membuat nya sakit hati sebelum menemukan Rani.Mereka beranjak untuk keluar restoran.Bagas masih bergeming, tapi tangannya tetap menggenggam tangan Rani.Dalam perjalanannya pun Bagas masih saja diam."Massss!!!!"Bagas menoleh dengan wajah datar."Kenapa diam aja sih?"Bagas menarik nafas panjang, terlihat di lehernya dia menelan ludah.Rani mendekat dan bergelantungan manja di tangan Bagas, Rani mengerti, seperti nya diri nya sendiri yang membuat suaminya itu diam membisu."Kamu marah ya, aku bahas Namira.. maaf deh... aku kan penasaran.. aku kira kamu mau cerita. Kalau gitu maafin aku yaaa.. "Wajahnya memelas, membuat Bagas tak tega.Bagas hanya memberi senyum tipis dan membelai rambut Rani.Sampai nya di kamar, Rani bergegas membersihkan diri di kamar mandi dan berganti pakaian.Tapi tidak dengan Bagas, dia terlihat membuka ransel dan mengambil laptop nya.Rani terus melanjutkan ritual malam nya, menggunakan skincare."Ganti pakaian nya dulu mas, biar ngga gerah"Rani menyiapkan pakaian tidur untuk suaminya itu dan menaruhnya persis di samping laptop yang menyala.Tanpa menjawab, Bagas mengambil pakaian nya dan menuju kamar mandi."Hmmm.. ternyata kalau ngambek lama juga dia" gumam Rani sendirian memiringkan bibirnya, meledek.Rani berbaring di samping laptop yang menyala, dengan masker berbentuk bibir berwarna merah muda yang menempel tepat di atas bibirnya.Dan masker di bawah mata dengan warna yang senada dengan masker bibirnya.Setibanya Bagas datang dengan aroma tubuh nya yang khas sekali.Rani masih memejamkan mata, menikmati quality timenya dengan tubuh berbaring, kakinya di lipat lurus dan bergoyang-goyang santai.Terdengar suara keyboard di ketik."Aku mau kasih liat kamu, dan menjelaskan tentang Namira kali ini! oke?""Tapi kamu harus janji, untuk tidak menanyakan lagi, atau mengingatkan aku lagi dengan nama Namira, selama-lamanya" jelas Bagas.Rani yang terkejut langsung duduk menghadap Bagas, sampai masker matanya sebelah kanan terjatuh di atas kasur."Okee.. Baiklah tuan raja!" dengan kedua tangan yang saling menepuk.Rani memang bisa mencairkan suasana. Bagas sudah terlihat tidak terlalu tegang seperti di jalan tadi.Dengan hati yang berdebar dan penasaran.Jari jemari tangan Bagas mulai mengetik, dan mencari sosial media milik Namira.Tapi, beberapa kali Bagas menghapus dan mengganti nama di pencarian nya, entah Bagas lupa atau memang tidak tau.Rani mengernyitkan keningnya, melihat Bagas salah terus mengetik nama mantannya di pencarian, membuat Rani makin panik penasaran.Nama Namira_Larasati di ketik dan loading berputar.Dan... berhasil.Saat muncul halaman pertama dengan foto profil Perempuan, Bagas langsung menggulirkan ke arah halaman bawah, tahun pertama, tahun kedua, tahun ketiga.Dalam hati Rani "belum sempat lihat profil nya sudah di skip aja, aku kan penasaran."Rani terus memperhatikan halaman per halaman yang di gulir oleh Bagas.Benar saja, ada foto Bagas dan Namira duduk berdua di sebuah cafe, masih terpampang di akun sosial media itu.Wanita yang menurut Rani cukup cantik, kulitnya juga putih dengan rambut yang di cat pirang penuh aksesoris.Tapi, makeup nya cukup tebal karena menggunakan bulu mata di foto itu.Padahal pakaiannya casual, tapi makeup nya terlalu tebal, tidak cocok dan terlihat menor di mata Rani."Ini foto terakhir aku dan dia, sebelum kita putus"Rani menoleh dengan cepat, dan bertanya "kenapa putus?""Dia ketahuan selingkuh dan bersetubuh dengan pria lain menggunakan uangku untuk menyewa hotel, lebih parahnya lagi dia berselingkuh tidak dengan satu laki-laki""Apa?! banyak dong?" tanya Rani dengan suara sedikit keras karena kaget.Bagas mengangguk kecewa."Berapa lama memang nya kamu pacaran sama dia mas?""Hampir tiga tahun""Waw lama juga ya" Rani memanyunkan bibirnya, padahal ada api cemburu mulai menghampiri hatinya. Tapi, dia berpura-pura baik-baik saja."Selama kita menjalani hubungan, dia itu sudah selingkuh di belakangku, dan memakai uangku untuk berpesta dengan beberapa laki-laki yang berbeda."Wajahnya terlihat memang ada kecewa yang dalam dirasakan Bagas.Sambil mengetik sebuah nama yang lain di pencarian, Ternyata dia mengetik nama seorang laki-laki.Halaman pertama terbuka.Berbeda dengan halaman akun Namira yang terbuka tadi, kali ini Bagas malah langsung mengklik foto profil lelaki itu di halaman pertamanya.Dan menjelaskan "Laki-laki ini yang aku habisi dan hampir mati waktu itu, dia juga sudah mengakui kalau dia bersetubuh dengan Namira"Mata Rani terbelalak mendengar kata-kata hampir mati dan bersetubuh, sungguh menyeramkan.Hidangan yang lezat dan banyak macam nya, tak membuat Rani ingin memakannya, semua orang tua sudah siap duduk di ruang makan. Tapi, lagi dan lagi Rani hanya ingin kentang goreng dan ikan goreng. Langkah Rani terhenti saat Bagas ingin menyiapkan kursi untuk nya duduk. "Mas, aku mau ke kamar aja ya, tolong bilang mba Pinem aku mau kentang sama ikan goreng di bawa ke kamar.. tolong ya mas" tangan kiri Rani terlihat memegang keningnya, sejak beranjak dari kursi tadi. "Kamu pusing ya? aku antar ke kamar ya" jawab Bagas dengan spontan. kedua tangan Bagas spontan merangkul bahu istrinya tersebut dengan sangat hati - hati. "Mah pah, maaf banget nih.. kayanya kalian makan aja duluan, aku temenin Rani ke kamar aja ya.." Bagas yang langsung berpamitan kepada semua tamu. "Kamu pusing ya nak, yaudah ngga apa- apa, yang penting kamu makan juga ya di kamar" celetuk ibu mertua Rani dari atas meja makan. Terlihat Bu Ratna hanya senyum - senyum melihat anak nya yang sangat di jaga oleh Baga
Mesti hari hampir larut, sekitar pukul 22.30 malam. Keluarga itu tetap berkumpul bersama di dalam ruang tamu sesuai permintaan CEO tampan itu. Mereka masih berselimut dengan rasa penasaran yang sama, "Ada apa sebenarnya yaa.." gumam Ratna ibunya Rani. "Mengapa mereka mengundang kesini, tapi mereka berdua tidak ada di rumah?" lanjutnya. Tak ada yang menjawab pertanyaan Bu Ratna, mereka semua sama -sama dalam keadaan yang penasaran. Sepanjang perjalanan menuju rumah Rani, ibunya memang memiliki perasaan tidak enak. Ada feeling terhadap kandungan Rani, Tapi dia tidak mau menerka - nerka, karena Rani juga tidak memberi kabar apapun setelah telfon hari itu. Dia hanya berharap kebaikan untuk putri semata wayang nya. Suara gerbang yang terbuka, terdengar dari dalam rumah. Mobil Bagas terparkir tepat di depan pintu masuk. Terlihat dari dalam, Bagas menggandeng tangan Rani masuk ke dalam rumah, dengan menenteng kantong obat. Ke empat orang tua berbarengan mengernyit kan dahinya
Kedua tangan Rani memegang ponselnya, sibuk memberi nama di kontak barunya, nomor baru Dokter puji.Di sampingnya ada Bagas yang setia merangkul Rani menuju loket pengambilan obat.Walaupun begitu banyak orang berlalu lalang dengan kesibukan dan keresahan nya masing -masing. Tapi, Seluas mata Bagas memandang hanya ada keindahan, dan kebahagiaan.Di dalam pikiran nya entah siapa dulu yang akan di berikan kabar bahagia tentang kehamilan Rani. Orang tua kandung nya atau mertuanya.Sampainya di loket, Bagas menyuruh Rani untuk duduk di kursi kosong yang jaraknya tidak begitu jauh.Sedangkan dia sendiri mengambil obat dengan kertas merah pudar di tangan nya."Kamu tunggu disini ya, biar aku yang kesana" Mata Rani tertuju pada tangan Bagas yang menunjuk ke arah loket obat.Loket itu berjarak kurang lebih 10 meter dari tempat duduk Rani.Baru kali ini seorang CEO yang kaya raya mau terjun langsung, bahkan mengantri. Dari dulu Bagas selalu menyuruh, pak Joko atau pak Riko untuk melakukan ha
"Mas!!" Rani memanggil Bagas dengan wajah yang mulai tegang, Rani tak sabar mengapa Bagas lama sekali berdiri di depan suster."Mas Bagas..!!" panggilnya lagi.Bagas menoleh ke arah Rani, tapi Bagas hanya melambaikan tangan menandakan tunggu sebentar lagi.Rani menghela nafas melipat kedua tangannya di dada dan menyenderkan tubuh nya di kursi.Rani mulai jengkel.Selang lima menit kemudian Bagas datang. Tanpa memberi Bagas sedikit ruai untuk bicara, Rani langsung lebih dulu menegurnya."Ngobrolin apa sih, lama banget!" Matanya berputar.Rani terlihat jengkel sekali saat itu."Maaf ya sayangku, tadi aku banyak bertanya tentang dokter terbaik di sini, untuk pemeriksaan pertama ini aku ngga mau salah dokter" Bagas mendekatkan wajahnya ke arah wajah Rani.Tapi Rani membuang mukanya ke arah samping."Maaf ya sayangku" Bagas berusaha membujuk Rani yang sedang ngambek.Tangan kiri Bagas merangkul bahu Rani, sesekali mengelus - elus bahunya, berharap emosinya mereda sebelum namanya di panggil
Rani hanya mengangguk -angguk kepalanya dan duduk di atas kursi.Jus alpukat yang aroma nya sangat menyergap hidung Rani, sudah di hidangkan oleh mba Pinem. Dia terlihat menikmati jus alpukat itu.."Mba temenin aku dong duduk di sini" Mba Pinem yang baru saja ingin pergi ke belakang di tahan oleh Rani untuk duduk di meja makan khusus majikannya itu."Loh serius Bu ngga apa- apa saya duduk disini?" Tubuhnya masih terpaku berdiri di hadapan bangku yang mewah berwarna ke emasan."Loh memangnya ada peraturan ya? pegawai tidak boleh duduk di meja makan?" kata Rani.Mba Pinem tersenyum sedikit."Sudah lah duduk saja mba.. aku ngga mau di tinggal sendirian" wajah nya memohon bibirnya manyun, tapi menjadi tambah imut di lihatnya."Iya iya Bu.. heheh pantas saja pak Bagas setelah menikah banyak berubah ya Bu.. aku yakin perubahan itu pasti datang dari pasangan nya juga" kata mba pinem sambil mendudukkan tubuhnya di kursi mewah itu yang biasanya hanya dia lap - lap dengan kain. "Hmmm... omon
Jam di dinding menunjukkan pukul 11.30 menit.Rani yang sedang duduk di teras balkon melihat pemandangan di sekitar taman. Melihat - lihat bunga- bunga berwarna warni yang indah dan segar terawat.Sesekali dia mengecek ponsel nya. Membuka media sosial Instagramnya yang penuh dengan postingan tentang kehamilan, karena dari kemarin pencarian nya hanya seputar kehamilan."Hmmm... Bukan gamau ke dokter obgyn, tapi aku benar- benar ragu. aku ngga mau ngecewain mas Bagas kalau hasilnya ngga sesuai harapan." Gumamnya dalam hati."Apa aku tanya mama yah, pasti mama tau." Dia kembali membuka ponselnya, menekan nomor mama di ponselnya.Rani mulai mengetik pesan singkat."Mah, apa kabar? semoga mama baik - baik ya.. maaf aku ngga ngabarin hampir seminggu ini, dari kemarin aku sakit, dan sempat di bawa ke dokter dan di infus, nah tapi, orang dirumah nyuruh aku untuk tespek mah dan aku mencobanya mah, tapi hasilnya seperti ini"Rani mengirim foto tespeknya tadi pagi, terpampang ada garis 2, satu