Share

BAB 9. Bercerita tentang Namira

Memandang pantai saat sunset memang dapat meningkatkan kekaguman.

Mengalihkan sejenak, hiruk pikuk suasana ibu kota Jakarta yang tak lepas dari suatu pekerjaan yang melelahkan.

Hari berganti malam, Mereka berdua memutuskan untuk dinner di sebuah Restoran lain, yang tak jauh dari penginapan nya.

Kemanapun berjalan, Bagas terus menggandeng tangan Rani, seperti layaknya pengantin baru pada umumnya, yang sedang di mabuk asmara. Bagaimana dunia milik berdua.

Lampu yang berkelap-kelip melingkari tiap sudut dinding atas restoran, membuat indah mata memandang.

Tiap sudut ruang pun juga terdapat patung-patung khas Bali.

Bagas memesan menu-menu yang mahal.

Beberapa minuman manis dan air mineral sudah di hidang kan lebih dulu.

Tak lama, pelayan pun mengantarkan pesanan nya.

Ada Caviar Almas, dua piring daging kobe Wagyu, Bluefin Tuna atau di sebut tuna sirip biru, Jamur matsutake dan lobster.

Mereka menyantapnya dengan lahap.

Ada yang bergetar dari dalam tas Rani.

Seketika, Rani merogoh ponselnya, ada notifikasi panggilan tak terjawab sebanyak dua kali, dari teman lamanya, tak lain adalah sahabat karib nya, Linda.

"Hmm, Ada apa ya, Linda menelfon ku jam segini?" gumam nya sendirian.

"Kenapa beb? aku lagi dinner, sorry ngga ke angkat" Rani menulis pesan singkat untuk Linda, dan memasukkan kembali ponsel nya ke dalam tas.

Lobster dengan ukuran besar menggugah selera makan Rani.

Bagas begitu senang melihatnya.

Baginya, Rani nyaris sempurna, selain kecantikan yang natural, cerdas, dia juga baik hati.

Dia juga tidak pernah jaim untuk melakukan sesuatu hal di hadapan orang lain, tanpa mengurangi kesopanannya.

Setelah mereka makan dan cuci tangan, Rani tiba-tiba menanyakan Namira kepada Bagas.

"Mas, Kalau boleh tau.. kenapa kamu putus sama Namira dulu?"

"Hmmmm.. " Bagas hanya bergeming tak menjawab.

"Mas!" panggil Rani agak sedikit menekan.

"Apa? aku tidak ingin membahas nya sayang, kepo deh kamu" Bagas kembali memainkan ponselnya.

Rani bergeming menatap Bagas.

Sebenarnya Rani penasaran dari kemarin. Mengapa perempuan itu menghubungi Bagas lagi.

Rani menerka-nerka, "Apa sebenarnya dia masih berhubungan ya, selama mas Bagas mendekati aku?"

"Tapi.. bagaimana caranya mengulik mas Bagas agar mau cerita." Bergumam sendiri dalam hatinya, matanya berputar ke kanan dan ke kiri.

Rani, mengambil ponselnya. Ia membuka kotak pesan.

"Linda belum balas juga!" kata Rani

Bagas hanya melirik Rani dan lanjut sibuk dengan ponselnya.

Lima belas menit kemudian, Rani mulai bete dengan suasana yang canggung.

"Mas aku bete ah kalau di diemin begitu, aku mau balik aja ke hotel."

Bagas sebenarnya juga dalam keadaan bete, dia malas mengingat-ingat tentang Namira.

Mendengar namanya saja membuat nya tidak bersemangat, perempuan yang benar-benar membuat nya sakit hati sebelum menemukan Rani.

Mereka beranjak untuk keluar restoran.

Bagas masih bergeming, tapi tangannya tetap menggenggam tangan Rani.

Dalam perjalanannya pun Bagas masih saja diam.

"Massss!!!!"

Bagas menoleh dengan wajah datar.

"Kenapa diam aja sih?"

Bagas menarik nafas panjang, terlihat di lehernya dia menelan ludah.

Rani mendekat dan bergelantungan manja di tangan Bagas, Rani mengerti, seperti nya diri nya sendiri yang membuat suaminya itu diam membisu.

"Kamu marah ya, aku bahas Namira.. maaf deh... aku kan penasaran.. aku kira kamu mau cerita. Kalau gitu maafin aku yaaa.. "

Wajahnya memelas, membuat Bagas tak tega.

Bagas hanya memberi senyum tipis dan membelai rambut Rani.

Sampai nya di kamar, Rani bergegas membersihkan diri di kamar mandi dan berganti pakaian.

Tapi tidak dengan Bagas, dia terlihat membuka ransel dan mengambil laptop nya.

Rani terus melanjutkan ritual malam nya, menggunakan skincare.

"Ganti pakaian nya dulu mas, biar ngga gerah"

Rani menyiapkan pakaian tidur untuk suaminya itu dan menaruhnya persis di samping laptop yang menyala.

Tanpa menjawab, Bagas mengambil pakaian nya dan menuju kamar mandi.

"Hmmm.. ternyata kalau ngambek lama juga dia" gumam Rani sendirian memiringkan bibirnya, meledek.

Rani berbaring di samping laptop yang menyala, dengan masker berbentuk bibir berwarna merah muda yang menempel tepat di atas bibirnya.

Dan masker di bawah mata dengan warna yang senada dengan masker bibirnya.

Setibanya Bagas datang dengan aroma tubuh nya yang khas sekali.

Rani masih memejamkan mata, menikmati quality timenya dengan tubuh berbaring, kakinya di lipat lurus dan bergoyang-goyang santai.

Terdengar suara keyboard di ketik.

"Aku mau kasih liat kamu, dan menjelaskan tentang Namira kali ini! oke?"

"Tapi kamu harus janji, untuk tidak menanyakan lagi, atau mengingatkan aku lagi dengan nama Namira, selama-lamanya" jelas Bagas.

Rani yang terkejut langsung duduk menghadap Bagas, sampai masker matanya sebelah kanan terjatuh di atas kasur.

"Okee.. Baiklah tuan raja!" dengan kedua tangan yang saling menepuk.

Rani memang bisa mencairkan suasana. Bagas sudah terlihat tidak terlalu tegang seperti di jalan tadi.

Dengan hati yang berdebar dan penasaran.

Jari jemari tangan Bagas mulai mengetik, dan mencari sosial media milik Namira.

Tapi, beberapa kali Bagas menghapus dan mengganti nama di pencarian nya, entah Bagas lupa atau memang tidak tau.

Rani mengernyitkan keningnya, melihat Bagas salah terus mengetik nama mantannya di pencarian, membuat Rani makin panik penasaran.

Nama Namira_Larasati di ketik dan loading berputar.

Dan... berhasil.

Saat muncul halaman pertama dengan foto profil Perempuan, Bagas langsung menggulirkan ke arah halaman bawah, tahun pertama, tahun kedua, tahun ketiga.

Dalam hati Rani "belum sempat lihat profil nya sudah di skip aja, aku kan penasaran."

Rani terus memperhatikan halaman per halaman yang di gulir oleh Bagas.

Benar saja, ada foto Bagas dan Namira duduk berdua di sebuah cafe, masih terpampang di akun sosial media itu.

Wanita yang menurut Rani cukup cantik, kulitnya juga putih dengan rambut yang di cat pirang penuh aksesoris.

Tapi, makeup nya cukup tebal karena menggunakan bulu mata di foto itu.

Padahal pakaiannya casual, tapi makeup nya terlalu tebal, tidak cocok dan terlihat menor di mata Rani.

"Ini foto terakhir aku dan dia, sebelum kita putus"

Rani menoleh dengan cepat, dan bertanya "kenapa putus?"

"Dia ketahuan selingkuh dan bersetubuh dengan pria lain menggunakan uangku untuk menyewa hotel, lebih parahnya lagi dia berselingkuh tidak dengan satu laki-laki"

"Apa?! banyak dong?" tanya Rani dengan suara sedikit keras karena kaget.

Bagas mengangguk kecewa.

"Berapa lama memang nya kamu pacaran sama dia mas?"

"Hampir tiga tahun"

"Waw lama juga ya" Rani memanyunkan bibirnya, padahal ada api cemburu mulai menghampiri hatinya. Tapi, dia berpura-pura baik-baik saja.

"Selama kita menjalani hubungan, dia itu sudah selingkuh di belakangku, dan memakai uangku untuk berpesta dengan beberapa laki-laki yang berbeda."

Wajahnya terlihat memang ada kecewa yang dalam dirasakan Bagas.

Sambil mengetik sebuah nama yang lain di pencarian, Ternyata dia mengetik nama seorang laki-laki.

Halaman pertama terbuka.

Berbeda dengan halaman akun Namira yang terbuka tadi, kali ini Bagas malah langsung mengklik foto profil lelaki itu di halaman pertamanya.

Dan menjelaskan "Laki-laki ini yang aku habisi dan hampir mati waktu itu, dia juga sudah mengakui kalau dia bersetubuh dengan Namira"

Mata Rani terbelalak mendengar kata-kata hampir mati dan bersetubuh, sungguh menyeramkan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status