Share

BAB 3. Pak Bagas Melamar Rani

Rani malah diam membisu di hadapan pak Bagas, karena dia bingung harus menjawab apa.

"Mengapa kamu diam saja ran?" tanya pak Bagas.

"Maaf pak, saya bingung mau jawab apa." kata Rani sambil menundukan kepalanya.

"Kalau begitu sebaiknya kamu kembali keruang kerjamu."

Pak Bagas menyuruh Rani kembali ke ruang kerja. Di dalam ruang kerja, Rani hanya bengong memikirkan jawaban apa yang harus di katakan nanti jika Bagas menanyakan kembali hal yang sama.

Sampai akhirnya ada yang mengetuk pintu.

Tok.. tok.. tok..

"Iya, silahkan masuk" jawab Rani.

Rani melihat ke arah pintu, betapa terkejutnya Rani yang datang adalah pak Bagas.

Rani langsung beranjak berdiri "ada apa pak?" Tanya Rani pura-pura lupa dengan janjinya.

"Ada apa katamu? Aku datang kesini untuk menagih jawabanmu Rani" kata Bagas.

Rani menoleh ke arah jam dinding dan melirik ke arah pak Bagas "masih jam 4 sore pak, belum waktunya pulang" kata Rani.

"Saya CEO nya disini loh" Bagas menghampiri Rani dan duduk di bangku Rani, Rani yang sedang berdiri spontan menyingkir ke arah samping.

"Ayo cepat kemas barang mu, aku akan mengajak kamu makan di restoran mewah bintang lima" kata pak Bagas dengan gaya bicara yang angkuh dan jutek.

Rani malah diam seribu bahasa. "Mana ada orang mengajak berkencan dengan cara yang jutek seperti itu" gumam Rani dalam hati.

"Ran, kamu mendengar ku tidak sih?" Pak Bagas sedikit meninggikam suaranya.

"Oh iya pak maaf" Rani langsung membereskan barang-barangnya.

"Oiya pak saya izin ke toilet sebentar ya" kata Rani sambil menggendong tas ranselnya yang berisi laptop.

"Tas ranselnya ngga usah dibawa juga ran, mau apa ke toilet bawa laptop" kata pak Bagas

"Oh iya ya pak" Rani kembali menurunkan tas ranselnya dengan canggung.

Dia segera keluar ruangan menuju toilet.

Sebenernya Rani ke toilet hanya untuk mengulur-ulur waktu. Ada perasaan takut juga dibawa pergi oleh pak Bagas, apalagi pak Bagas orangnya ketus dan jutek.

"Duuhh gimana ya, apa kabur aja ya? Tapi laptop ku ada di ruangan, aduh!" Rani menepak keningnya.

"Bagaimana jika aku di culik! lalu aku di sekap dan di mutilasi, oh tidaaakk... bagaimana ini ya tuhan" Rani sangat panik di dalam toilet.

"Lagi kenapa aku harus menarik bajunya sih tadi... sampai-sampai aku terjebak pertanyaan konyol ini."

"Tapi kalau di lihat-lihat, Pak Bagas ganteng sih, harum lagi dan dia kaya pula, tapi dia serius gak ya sama aku? masa iya aku?" Rani menatap dirinya di cermin toilet.

Tanpa berpikir lagi Rani mengeluarkan parfume dari tas kecil yang diselempangnya. Rani menyemprotkan parfume ke seluruh tubuhnya.

Rani juga mempoles bibirnya dengan lipcream berwarna nude dan sedikit memoles kan bedak di wajahnya.

.....

Rani dan pak Bagas sedang dalam berjalanan menuju restauran dengan mobil MBW milik pak Bagas.

Rani duduk di kursi depan tepat di samping pak Bagas.

Sepanjang perjalanan, sampai mereka berdua berada di dalam restauran mewah bintang lima, tidak ada sepatah katapun yang mereka berdua ucapkan. Mereka saling diam membisu.

Pelayan restauran pun selesai menyajikan makanan di hadapan mereka berdua.

"Rani.. ayo di makan jangan diam saja dari tadi" kata pak Bagas.

"Eh iya baik pak" kata Rani yang langsung mengambil sendok dan garpu di hadapannya.

Rani langsung menyantap makanan yang di sajikan dengan sangat nikmat tanpa jaim sedikit pun di hadapan pak Bagas.

Kebetulan Rani memang juga sedang lapar karena jarak restaurannya cukup jauh. Pak Bagas pun senyum-senyum melihatnya.

"Rani, apa kamu mau jadi istriku?" Dengan mendadak dan santainya pak Bagas menanyakan pertanyaan serius sambil memotong steak daging di piringnya.

Rani tiba-tiba saja tersedak mendengar pertanyaan pak Bagas.

"Uhuk uhuk uhuk" Rani menutup mulutnya spontan takut makanannya muncrat keluar.

Pak Bagas dengan sigap berdiri dan memberikan minum dan tisyu kepada Rani.

"Pelan-pelan dong ran, di kunyah dulu dong kalau makan"

Rani yang masih tersedak membolakan matanya dengan spontan "pak Bagas ini memang aneh" Rani bergumam dalam hati. Jelas-jelas Rani sampai tersedak karena pak Bagas tiba-tiba melamar nya.

Pak Bagas mengusap bibirnya dengan tisyu dan menyingkirkan makanan di hadapannya.

Rani pun terlihat sudah agak tenang dari tersedaknya tadi.

Tak di sangka Pak Bagas mengeluarkan sebuah box emas berisi cincin permata, dan membukanya di hadapan Rani.

"Rani, mau kah kamu jadi istriku?"

Lagi-lagi Rani membolakan matanya, rasanya tidak dapat di percaya.

Ini terlalu singkat bagi Rani. "Bapak bercanda ya? Kita baru saja kenal loh pak. Bapak juga belum mengenal saya, dan begitupun sebaliknya" kata Rani.

"Aku jatuh cinta sejak pandangan pertama dengan mu Rani, dan aku tidak pernah merasakan perasaan ini sebelumnya, semenjak aku melihat kamu, wajahmu dengan jelas mengganggu di setiap waktu. Aku adalah orang yang cuek terhadap perempuan Rani, sudah lama aku tidak merasakan getaran cinta ini lagi" jelas pak Bagas.

Rani mengernyitkan keningnya tak percaya.

"Jatuh cinta sejak kapan pak? Tadi siang saja moment kita bertemu bukan momen yang indah" jelas Rani.

Pak Bagas memajukan wajahnya ke arah Rani dan memandang Rani begitu dalam.

"Sejak kamu turun dari taxi saat kamu menaruh lamaranmu di kantorku, aku sengaja menyuruh Riko untuk mencari tau tentang kamu" jelas pak Bagas.

"Aku juga sempat mengikuti kamu saat kamu arah pulang, cat rumah mu warna putih dan coklat kan dengan pagar berwarna coklat senada dengan temboknya?" Sambung pak Bagas.

Rani membolakan matanya lagi tak percaya.

"Aku juga tau nama akun media sosial mu" kata pak Bagas sambil menunjukkan akun media sosial milik Rani dari handphonenya.

Rani menggeleng-gelengkan kepala tak percaya.

"Jika kamu menerima lamaran ku, aku akan menikahi mu bulan depan" kata Bagas.

"Hah! Bulan depan? Orang tua kita saja tidak saling kenal pak, aku juga tidak tau karakter bapak seperti apa? masa bapak sudah bilang bulan depan saja. aku bukan perempuan gampangan ya pak" Jawab Rani dengan wajah cemas.

"Besok kita pertemukan saja kedua orang tua kita" kata bagas

"gampang sekali orang ini mengatakan itu" gumam Rani dalam hati.

"Bagaimana Rani, apa aku kurang meyakinkan mu?" Tanya Bagas karna melihat tingkah Rani dengan raut wajah cemas dan bingung.

"Tidak semudah itu pak! Pernikahan juga bukan hal main-main" nada bicara Rani mulai meninggi.

Tapi pak Bagas seperti tidak mendengar gertakan dari Rani, dia malah asik dengan handphone nya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status