Share

BAB 8. Bulan Madu

Author: Yani AZM
last update Last Updated: 2024-03-29 06:53:31

Rani tercengang melihat berbagai makanan di atas meja.

"Apa! ini sarapan atau acara hajatan mas?"

"Yaa, aku sengaja menyuruh bi Pinem menyiapkan semuanya. Agar kamu bisa dengan mudah memilih atau boleh menghabiskan semua." jelas Bagas yang hanya mengambil satu buah Roti di atas piringnya.

"Besok-besok ngga perlu seperti ini mas, aku manusia normal kok! segini banyak nya untuk apa? mubazir buang-buang makanan!"

Sambil mengoceh Rani mengambil piring dengan nasi yang cukup banyak dan berbagai lauk pauk bervariasi.

Tak lupa juga dia membuka toples kerupuk kulit kesukaannya.

"Wah ada kerupuk kulit juga mas, kok tau sih" tanya Rani sambil memakan kerupuk kulit itu.

"Kamu kira selama ini, aku tidak memperhatikan apa saja yang kamu makan? menu semua ini, ya yang biasa kamu pesan kan?"

Rani terlihat sangat senang menyantap hidangan di hadapannya.

....

Pak Riko tiba-tiba datang membawa sebuah amplop.

Bagas dan pak Riko terlihat sedang duduk berdua di ruang tamu, ntah apa yang mereka bicarakan.

Rani sibuk mengemas pakaian di kamar nya.

Hari ini sampai Minggu depan Bagas dan Rani sedang cuti, Karena besok dia akan berangkat untuk bulan madu ke Bali.

"Sayang, apa kamu sudah selesai?" Bagas tiba-tiba masuk kedalam kamar.

Rani menoleh ke arah pintu, "belum mas, kemana pak Riko, apa sudah pulang?"

"Iya, dia hanya mengantar kan tiket kita untuk pergi besok"

"Oh, ku kira ada hal yang penting."

Bagas bergeming.

....

Setelah turun dari pesawat, mereka menuju hotel Raffles, Jimbaran Bali.

Di hotel Raffles yang view nya langsung menghadap pantai.

"Wah.. mas.. indahnya!!" seru Rani dengan senyuman yang lebar sekali melihat pemandangan pantai dari kamarnya.

Bagas memeluk Rani dari belakang, dan menciumi rambut Rani yang terurai.

Rani sibuk memfoto setiap view yang bagus, tak luput juga Bagas menjadi fotografer dadakan saat itu.

"Sayangku, apa kamu tidak lapar?"

"Ah mas, kenapa kamu selalu menanyakan makan untuk ku sih! kalau aku gendut gimana?"

"Biar saja, asal kamu sehat"

"ih ngga mau gendut mas!" seru Rani.

"Saat kamu mengandung anakku nanti, berat badan mu akan naik. Saat kamu menyusui anakku nanti, berat badan mu juga akan tetap naik. Dan aku tidak akan mempermasalahkan itu."

Sambil berjalan ke arah balkon meninggalkan Rani di sudut ruang. "Memangnya kecantikan mu untuk siapa?"

Bagas terlihat tidak bergairah.

Rani memicingkan matanya "Loh kenapa tiba-tiba dia terlihat bete"

"Harusnya kan aku yang marah" lanjut Rani.

Rani tak menghiraukan Bagas yang duduk di balkon menghadap pantai.

Rani tidak mau membujuk Bagas yang tidak jelas emosinya.

"Dasar gak jelas, mendingan aku berendam di bathtub menghilangkan penat"

Rani bergegas berganti pakaian, dan menghidupkan air hangat dalam bathtub. Rani juga menuang aroma terapi di dalamnya, dan menaburi bunga-bunga diatasnya.

Dia juga menyetel musik klasik kesukaannya.

Sekitar lima belas menit saat berendam, Baga menghampiri Rani, mencium bibir Rani yang sedang memejamkan mata menikmati rendaman nya.

Rani membuka matanya dengan berat, tapi hanya bergeming menatap Bagas di hadapannya.

Bagas mencium kening Rani, dan dia duduk di samping bathtub dengan minuman manis di genggamannya.

Mata nya berjalan menatap tubuh Rani yang sedikit-sedikit terlihat tak memakai pakaian, hanya tertutupi dengan air dan bunga.

Kaki Rani yang putih beberapa kali muncul di permukaan, bagian paha nya pun terlihat jelas. Membuat Bagas bergairah menyaksikan nya.

Gelas di genggamannya pun di singkirkan.

Bagas pun menutup tirai kamarnya.

Bagas tak tahan melihat tubuh mulus istri nya itu di anggur kan.

Tanpa basa-basi, Bagas membuka semua pakaian nya tanpa terkecuali, dan langsung masuk dalam satu bathtub.

Rani yang sedang memejamkan matanya terkejut, dan beranjak duduk.

Tanpa mengeluarkan satu kata pun, Bagas melumat bibir Rani. Dan sesekali Bagas juga mencumbu buah dada istrinya tersebut.

Rani hanya bisa meracau tak karuan.

"Aaah mas aaah au mas geli."

Bagas mengangkat Rani ke atas samping sisi bathtub, dia membuka kedua kaki Rani lebar-lebar. Bagas mencium dan sesekali menjilati kemaluan Rani.

"Ah ah au au mas arrrg enak sekali mas aaaah ah" seru Rani.

Semakin Rani meracau, semakin buas pula Bagas melakukan aksinya.

Lagi-lagi Bagas mengangkat Rani keluar dari bathtub, Bagas mengucur kan air shower di atas kepala Rani.

Mereka membersihkan diri berdua.

Tak sampai disitu. Bagas mengangkat Rani di sisi depan tepat di depan kemaluan nya, dan menancapkan barangnya kedalam kemaluan Rani sambil berdiri.

Rani merangkul tubuh suami nya itu kuat-kuat.

Buah dada Rani yang cukup besar bergelantungan di wajah Bagas.

Rani seperti nya sudah tak malu-malu lagi untuk melakukan hal itu.

Bagas menggenjot Rani dan berjalan menuju spring bed nya.

Rani turun dari gendongan suaminya itu, Bagas tidur telentang, ntah bagaimana instruksi nya, Rani naik di atas tubuh Bagas yang maco itu. Rani terlihat bergairah sekali kali ini.

Seperti tidak mau kalah dengan aksi suaminya tersebut.

"Biar aku yang menghabisimu" menatap tajam ke arah Bagas dengan lidah yang sedikit menulur keluar, nakal.

Rani menggenjot Bagas brutal di atasnya.

"Auu sayang ah ah aaaah..."

"Auu au ah ah ah terus sayang ah ah arrrrrhh ah" Bagas meracau dan membiarkan tubuhnya di jamah bebas eh Rani.

"Aaah ternyata istri ku binal juga ya! au nikmat sekali rasanya!"

Rani hanya bergeming, dan melanjutkan aksinya.

Bagas merasa tertantang, Bagas membalik Rani dan kembali menggenjot Rani yang bergelora.

Dan "aaaaah aaaaah" Mereka melewati puncak birahi.

Meraka lemas di atas kasur lembut nya itu, dan saling menatap.

Dan mereka malah tersenyum malu-malu.

Jam menunjukkan pukul lima sore, yang berarti sunset sudah mulai muncul.

Bagas beranjak membuka tirai di kamarnya.

Terlihat begitu indah pemandangan sunset di pantai Bali. Warna sunset yang kemerahan dan sangat memukau, menyirami kamar mereka.

"Wah sunset di pantai indah sekali, mas!" seru Rani yang menutupi tubuh nya dengan selimut.

Bagas membelai rambut Rani, "maafkan aku saat emosiku tak terkontrol yah" tiba-tiba saja Bagas meminta maaf.

Rani menyipitkan matanya "memang nya tadi kamu kenapa? apa ad yang salah dengan kata-kata ku?" tanya Rani lembut

"Aku hanya tak ingin kamu sakit kalau kamu diet" jelas Bagas sambil memeluk Rani dari belakang, dan menatap sunset ke arah pantai.

Rani pun menggenggam tangan Bagas yang mendekapnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Melamar Kerja Malah Dilamar CEO Tampan   24. Mulai Serba Salah

    Hidangan yang lezat dan banyak macam nya, tak membuat Rani ingin memakannya, semua orang tua sudah siap duduk di ruang makan. Tapi, lagi dan lagi Rani hanya ingin kentang goreng dan ikan goreng. Langkah Rani terhenti saat Bagas ingin menyiapkan kursi untuk nya duduk. "Mas, aku mau ke kamar aja ya, tolong bilang mba Pinem aku mau kentang sama ikan goreng di bawa ke kamar.. tolong ya mas" tangan kiri Rani terlihat memegang keningnya, sejak beranjak dari kursi tadi. "Kamu pusing ya? aku antar ke kamar ya" jawab Bagas dengan spontan. kedua tangan Bagas spontan merangkul bahu istrinya tersebut dengan sangat hati - hati. "Mah pah, maaf banget nih.. kayanya kalian makan aja duluan, aku temenin Rani ke kamar aja ya.." Bagas yang langsung berpamitan kepada semua tamu. "Kamu pusing ya nak, yaudah ngga apa- apa, yang penting kamu makan juga ya di kamar" celetuk ibu mertua Rani dari atas meja makan. Terlihat Bu Ratna hanya senyum - senyum melihat anak nya yang sangat di jaga oleh Baga

  • Melamar Kerja Malah Dilamar CEO Tampan   BAB 23. Perkumpulan Keluarga

    Mesti hari hampir larut, sekitar pukul 22.30 malam. Keluarga itu tetap berkumpul bersama di dalam ruang tamu sesuai permintaan CEO tampan itu. Mereka masih berselimut dengan rasa penasaran yang sama, "Ada apa sebenarnya yaa.." gumam Ratna ibunya Rani. "Mengapa mereka mengundang kesini, tapi mereka berdua tidak ada di rumah?" lanjutnya. Tak ada yang menjawab pertanyaan Bu Ratna, mereka semua sama -sama dalam keadaan yang penasaran. Sepanjang perjalanan menuju rumah Rani, ibunya memang memiliki perasaan tidak enak. Ada feeling terhadap kandungan Rani, Tapi dia tidak mau menerka - nerka, karena Rani juga tidak memberi kabar apapun setelah telfon hari itu. Dia hanya berharap kebaikan untuk putri semata wayang nya. Suara gerbang yang terbuka, terdengar dari dalam rumah. Mobil Bagas terparkir tepat di depan pintu masuk. Terlihat dari dalam, Bagas menggandeng tangan Rani masuk ke dalam rumah, dengan menenteng kantong obat. Ke empat orang tua berbarengan mengernyit kan dahinya

  • Melamar Kerja Malah Dilamar CEO Tampan   BAB 22. Kabar Pertama Untuk Linda

    Kedua tangan Rani memegang ponselnya, sibuk memberi nama di kontak barunya, nomor baru Dokter puji.Di sampingnya ada Bagas yang setia merangkul Rani menuju loket pengambilan obat.Walaupun begitu banyak orang berlalu lalang dengan kesibukan dan keresahan nya masing -masing. Tapi, Seluas mata Bagas memandang hanya ada keindahan, dan kebahagiaan.Di dalam pikiran nya entah siapa dulu yang akan di berikan kabar bahagia tentang kehamilan Rani. Orang tua kandung nya atau mertuanya.Sampainya di loket, Bagas menyuruh Rani untuk duduk di kursi kosong yang jaraknya tidak begitu jauh.Sedangkan dia sendiri mengambil obat dengan kertas merah pudar di tangan nya."Kamu tunggu disini ya, biar aku yang kesana" Mata Rani tertuju pada tangan Bagas yang menunjuk ke arah loket obat.Loket itu berjarak kurang lebih 10 meter dari tempat duduk Rani.Baru kali ini seorang CEO yang kaya raya mau terjun langsung, bahkan mengantri. Dari dulu Bagas selalu menyuruh, pak Joko atau pak Riko untuk melakukan ha

  • Melamar Kerja Malah Dilamar CEO Tampan   BAB 21. Usia kandungan sudah di akhir 4 Minggu

    "Mas!!" Rani memanggil Bagas dengan wajah yang mulai tegang, Rani tak sabar mengapa Bagas lama sekali berdiri di depan suster."Mas Bagas..!!" panggilnya lagi.Bagas menoleh ke arah Rani, tapi Bagas hanya melambaikan tangan menandakan tunggu sebentar lagi.Rani menghela nafas melipat kedua tangannya di dada dan menyenderkan tubuh nya di kursi.Rani mulai jengkel.Selang lima menit kemudian Bagas datang. Tanpa memberi Bagas sedikit ruai untuk bicara, Rani langsung lebih dulu menegurnya."Ngobrolin apa sih, lama banget!" Matanya berputar.Rani terlihat jengkel sekali saat itu."Maaf ya sayangku, tadi aku banyak bertanya tentang dokter terbaik di sini, untuk pemeriksaan pertama ini aku ngga mau salah dokter" Bagas mendekatkan wajahnya ke arah wajah Rani.Tapi Rani membuang mukanya ke arah samping."Maaf ya sayangku" Bagas berusaha membujuk Rani yang sedang ngambek.Tangan kiri Bagas merangkul bahu Rani, sesekali mengelus - elus bahunya, berharap emosinya mereda sebelum namanya di panggil

  • Melamar Kerja Malah Dilamar CEO Tampan   BAB 20. Bagas Terlalu Menggebu

    Rani hanya mengangguk -angguk kepalanya dan duduk di atas kursi.Jus alpukat yang aroma nya sangat menyergap hidung Rani, sudah di hidangkan oleh mba Pinem. Dia terlihat menikmati jus alpukat itu.."Mba temenin aku dong duduk di sini" Mba Pinem yang baru saja ingin pergi ke belakang di tahan oleh Rani untuk duduk di meja makan khusus majikannya itu."Loh serius Bu ngga apa- apa saya duduk disini?" Tubuhnya masih terpaku berdiri di hadapan bangku yang mewah berwarna ke emasan."Loh memangnya ada peraturan ya? pegawai tidak boleh duduk di meja makan?" kata Rani.Mba Pinem tersenyum sedikit."Sudah lah duduk saja mba.. aku ngga mau di tinggal sendirian" wajah nya memohon bibirnya manyun, tapi menjadi tambah imut di lihatnya."Iya iya Bu.. heheh pantas saja pak Bagas setelah menikah banyak berubah ya Bu.. aku yakin perubahan itu pasti datang dari pasangan nya juga" kata mba pinem sambil mendudukkan tubuhnya di kursi mewah itu yang biasanya hanya dia lap - lap dengan kain. "Hmmm... omon

  • Melamar Kerja Malah Dilamar CEO Tampan   BAB 19. Kehamilan Itu Nyata Adanya

    Jam di dinding menunjukkan pukul 11.30 menit.Rani yang sedang duduk di teras balkon melihat pemandangan di sekitar taman. Melihat - lihat bunga- bunga berwarna warni yang indah dan segar terawat.Sesekali dia mengecek ponsel nya. Membuka media sosial Instagramnya yang penuh dengan postingan tentang kehamilan, karena dari kemarin pencarian nya hanya seputar kehamilan."Hmmm... Bukan gamau ke dokter obgyn, tapi aku benar- benar ragu. aku ngga mau ngecewain mas Bagas kalau hasilnya ngga sesuai harapan." Gumamnya dalam hati."Apa aku tanya mama yah, pasti mama tau." Dia kembali membuka ponselnya, menekan nomor mama di ponselnya.Rani mulai mengetik pesan singkat."Mah, apa kabar? semoga mama baik - baik ya.. maaf aku ngga ngabarin hampir seminggu ini, dari kemarin aku sakit, dan sempat di bawa ke dokter dan di infus, nah tapi, orang dirumah nyuruh aku untuk tespek mah dan aku mencobanya mah, tapi hasilnya seperti ini"Rani mengirim foto tespeknya tadi pagi, terpampang ada garis 2, satu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status