Rani tercengang melihat berbagai makanan di atas meja.
"Apa! ini sarapan atau acara hajatan mas?""Yaa, aku sengaja menyuruh bi Pinem menyiapkan semuanya. Agar kamu bisa dengan mudah memilih atau boleh menghabiskan semua." jelas Bagas yang hanya mengambil satu buah Roti di atas piringnya."Besok-besok ngga perlu seperti ini mas, aku manusia normal kok! segini banyak nya untuk apa? mubazir buang-buang makanan!"Sambil mengoceh Rani mengambil piring dengan nasi yang cukup banyak dan berbagai lauk pauk bervariasi.Tak lupa juga dia membuka toples kerupuk kulit kesukaannya."Wah ada kerupuk kulit juga mas, kok tau sih" tanya Rani sambil memakan kerupuk kulit itu."Kamu kira selama ini, aku tidak memperhatikan apa saja yang kamu makan? menu semua ini, ya yang biasa kamu pesan kan?"Rani terlihat sangat senang menyantap hidangan di hadapannya.....Pak Riko tiba-tiba datang membawa sebuah amplop.Bagas dan pak Riko terlihat sedang duduk berdua di ruang tamu, ntah apa yang mereka bicarakan.Rani sibuk mengemas pakaian di kamar nya.Hari ini sampai Minggu depan Bagas dan Rani sedang cuti, Karena besok dia akan berangkat untuk bulan madu ke Bali."Sayang, apa kamu sudah selesai?" Bagas tiba-tiba masuk kedalam kamar.Rani menoleh ke arah pintu, "belum mas, kemana pak Riko, apa sudah pulang?""Iya, dia hanya mengantar kan tiket kita untuk pergi besok""Oh, ku kira ada hal yang penting."Bagas bergeming.....Setelah turun dari pesawat, mereka menuju hotel Raffles, Jimbaran Bali.Di hotel Raffles yang view nya langsung menghadap pantai."Wah.. mas.. indahnya!!" seru Rani dengan senyuman yang lebar sekali melihat pemandangan pantai dari kamarnya.Bagas memeluk Rani dari belakang, dan menciumi rambut Rani yang terurai.Rani sibuk memfoto setiap view yang bagus, tak luput juga Bagas menjadi fotografer dadakan saat itu."Sayangku, apa kamu tidak lapar?""Ah mas, kenapa kamu selalu menanyakan makan untuk ku sih! kalau aku gendut gimana?""Biar saja, asal kamu sehat""ih ngga mau gendut mas!" seru Rani."Saat kamu mengandung anakku nanti, berat badan mu akan naik. Saat kamu menyusui anakku nanti, berat badan mu juga akan tetap naik. Dan aku tidak akan mempermasalahkan itu."Sambil berjalan ke arah balkon meninggalkan Rani di sudut ruang. "Memangnya kecantikan mu untuk siapa?"Bagas terlihat tidak bergairah.Rani memicingkan matanya "Loh kenapa tiba-tiba dia terlihat bete""Harusnya kan aku yang marah" lanjut Rani.Rani tak menghiraukan Bagas yang duduk di balkon menghadap pantai.Rani tidak mau membujuk Bagas yang tidak jelas emosinya."Dasar gak jelas, mendingan aku berendam di bathtub menghilangkan penat"Rani bergegas berganti pakaian, dan menghidupkan air hangat dalam bathtub. Rani juga menuang aroma terapi di dalamnya, dan menaburi bunga-bunga diatasnya.Dia juga menyetel musik klasik kesukaannya.Sekitar lima belas menit saat berendam, Baga menghampiri Rani, mencium bibir Rani yang sedang memejamkan mata menikmati rendaman nya.Rani membuka matanya dengan berat, tapi hanya bergeming menatap Bagas di hadapannya.Bagas mencium kening Rani, dan dia duduk di samping bathtub dengan minuman manis di genggamannya.Mata nya berjalan menatap tubuh Rani yang sedikit-sedikit terlihat tak memakai pakaian, hanya tertutupi dengan air dan bunga.Kaki Rani yang putih beberapa kali muncul di permukaan, bagian paha nya pun terlihat jelas. Membuat Bagas bergairah menyaksikan nya.Gelas di genggamannya pun di singkirkan.Bagas pun menutup tirai kamarnya.Bagas tak tahan melihat tubuh mulus istri nya itu di anggur kan.Tanpa basa-basi, Bagas membuka semua pakaian nya tanpa terkecuali, dan langsung masuk dalam satu bathtub.Rani yang sedang memejamkan matanya terkejut, dan beranjak duduk.Tanpa mengeluarkan satu kata pun, Bagas melumat bibir Rani. Dan sesekali Bagas juga mencumbu buah dada istrinya tersebut.Rani hanya bisa meracau tak karuan."Aaah mas aaah au mas geli."Bagas mengangkat Rani ke atas samping sisi bathtub, dia membuka kedua kaki Rani lebar-lebar. Bagas mencium dan sesekali menjilati kemaluan Rani."Ah ah au au mas arrrg enak sekali mas aaaah ah" seru Rani.Semakin Rani meracau, semakin buas pula Bagas melakukan aksinya.Lagi-lagi Bagas mengangkat Rani keluar dari bathtub, Bagas mengucur kan air shower di atas kepala Rani.Mereka membersihkan diri berdua.Tak sampai disitu. Bagas mengangkat Rani di sisi depan tepat di depan kemaluan nya, dan menancapkan barangnya kedalam kemaluan Rani sambil berdiri.Rani merangkul tubuh suami nya itu kuat-kuat.Buah dada Rani yang cukup besar bergelantungan di wajah Bagas.Rani seperti nya sudah tak malu-malu lagi untuk melakukan hal itu.Bagas menggenjot Rani dan berjalan menuju spring bed nya.Rani turun dari gendongan suaminya itu, Bagas tidur telentang, ntah bagaimana instruksi nya, Rani naik di atas tubuh Bagas yang maco itu. Rani terlihat bergairah sekali kali ini.Seperti tidak mau kalah dengan aksi suaminya tersebut."Biar aku yang menghabisimu" menatap tajam ke arah Bagas dengan lidah yang sedikit menulur keluar, nakal.Rani menggenjot Bagas brutal di atasnya. "Auu sayang ah ah aaaah..." "Auu au ah ah ah terus sayang ah ah arrrrrhh ah" Bagas meracau dan membiarkan tubuhnya di jamah bebas eh Rani."Aaah ternyata istri ku binal juga ya! au nikmat sekali rasanya!"Rani hanya bergeming, dan melanjutkan aksinya.Bagas merasa tertantang, Bagas membalik Rani dan kembali menggenjot Rani yang bergelora.Dan "aaaaah aaaaah" Mereka melewati puncak birahi.Meraka lemas di atas kasur lembut nya itu, dan saling menatap.Dan mereka malah tersenyum malu-malu.Jam menunjukkan pukul lima sore, yang berarti sunset sudah mulai muncul.Bagas beranjak membuka tirai di kamarnya.Terlihat begitu indah pemandangan sunset di pantai Bali. Warna sunset yang kemerahan dan sangat memukau, menyirami kamar mereka."Wah sunset di pantai indah sekali, mas!" seru Rani yang menutupi tubuh nya dengan selimut.Bagas membelai rambut Rani, "maafkan aku saat emosiku tak terkontrol yah" tiba-tiba saja Bagas meminta maaf.Rani menyipitkan matanya "memang nya tadi kamu kenapa? apa ad yang salah dengan kata-kata ku?" tanya Rani lembut"Aku hanya tak ingin kamu sakit kalau kamu diet" jelas Bagas sambil memeluk Rani dari belakang, dan menatap sunset ke arah pantai.Rani pun menggenggam tangan Bagas yang mendekapnya.Memandang pantai saat sunset memang dapat meningkatkan kekaguman.Mengalihkan sejenak, hiruk pikuk suasana ibu kota Jakarta yang tak lepas dari suatu pekerjaan yang melelahkan.Hari berganti malam, Mereka berdua memutuskan untuk dinner di sebuah Restoran lain, yang tak jauh dari penginapan nya.Kemanapun berjalan, Bagas terus menggandeng tangan Rani, seperti layaknya pengantin baru pada umumnya, yang sedang di mabuk asmara. Bagaimana dunia milik berdua.Lampu yang berkelap-kelip melingkari tiap sudut dinding atas restoran, membuat indah mata memandang.Tiap sudut ruang pun juga terdapat patung-patung khas Bali. Bagas memesan menu-menu yang mahal.Beberapa minuman manis dan air mineral sudah di hidang kan lebih dulu.Tak lama, pelayan pun mengantarkan pesanan nya.Ada Caviar Almas, dua piring daging kobe Wagyu, Bluefin Tuna atau di sebut tuna sirip biru, Jamur matsutake dan lobster. Mereka menyantapnya dengan lahap.Ada yang bergetar dari dalam tas Rani.Seketika, Rani merogoh ponsel
"Memang nya, kamu ngapain dia mas?" dengan tatapan tajam."Kamu keroyok?" tanya nya lagi."Bukan Bagas namanya kalau main keroyokan, satu lawan satu lah" jelas Bagas dengan ketus.Tidak di pungkiri, jika mengungkit kejadian itu, pasti benar-benar membuat Bagas marah dan kecewa lagi kalau mengingat nya.Terlihat wajahnya yang berubah menjadi merah padam, alisnya saling bertabrakan terlihat tegang.Di matanya penuh amarah dan kekecewaan."Waktu itu, sekitar 3 atau 4 tahun lalu.. Saat aku meminta nya untuk jujur, Namira bilang, kalau dia juga pernah menggugurkan kehamilan nya dengan laki-laki bajingan itu di belakang ku! itu benar-benar di batas dugaan ku.""Apa?! sampai hamil??" Rani membelalakkan matanya."Iya.. Kehidupan ku benar-benar hancur waktu itu, Karena aku berniat meminang nya pada minggu itu. Hampir 3 tahun aku bersamanya, tidak mungkin aku tidak memikirkan masa depanku dengan dia. Padahal, semua yang dia pinta selalu aku turuti. Tapi ternyata dia wanita jalang. Brengsek!"Ran
Rani membuka ponselnya, ada notifikasi masuk."Hai beb! aku mau ngajarin kalau aku di terima kerja di kantor suami kamu loh! besok hari pertama mu kerja.. cepat balik ya dan bawa oleh-oleh!" Pesan singkat dari Linda. Rani dengan mata yang berbinar senang, kedua sudut bibir menarik ke atas. "Wah beb! selamat ya!! aku jadi tidak sabar untuk pulang, sampai jumpa senin depan. love you!" jawab Rani.Rani dan Linda sudah bersahabat dari dia duduk di kelas 2 SMP.Dulu rumah Linda hanya beda blok dengan Rani, tapi setelah dia lulus SMK dia pindah ke kota Bandung.Tapi mereka bersatu kembali di perguruan tinggi saat kuliah.Kabar gembira itu membuat pagi Rani menjadi lebih semangat.Rani yang baru saja selesai di make up menjadi sangat narsis.Hari ini, Bagas dan Rani akan melakukan pemotretan di pinggir pantai.Bagas menghampiri Rani yang sedang asyik Selfie. Memberinya segelas susu hangat dan sepotong Roti kukus dengan selai kacang."Di makan dulu dong rotinya, dari tadi di diemin aja nan
Hari berlalu begitu cepat.Sepasang pengantin baru itu akhirnya akan kembali pada rutinitas sehari-hari, yaitu masuk kantor seperti biasa.Rani sudah bangun lebih dulu, mandi dan berdandan.Tapi, Bagas masih tertidur pulas di atas ranjang."Mas, mas.. sudah mau jam 6 loh. Bangun mas.."Rani mengusap usap lembut dada Bagas yang di biar kan nya terbuka. Terlihat dada yang bidang dan berbulu.Sesekali Rani mencium pipi suaminya itu, dan menutupi dadanya dengan selimut."Mas.. bangun yuk.. nanti telat.. " Masih belum ada respon.Rani beranjak dari tempat tidur, tapi tiba-tiba Bagas menarik tangannya hingga dia terjauh di atas dadanya."Aduh...." Rani membelalakkan matanya, melihat mata Bagas yang terbuka lebar."Ih udah bangun juga, tapi ga respon!" "Hehe, peluk dulu dong" Bagas membentangkan tangannya, dan mendekap Rani yang berada di sisinya."Udah cantik yaa.. semangat banget mau kerja.." Bagas menggoda."Iya dong! aku ga sabar mau ketemu Linda.""Oh, Linda.. pantas aja semangat bange
"Eh, Omong- omong gimana Ran, kok bisa kamu secepat itu luluh sama pak Bagas?" tanya Linda."Ya, kamu tau kan.. bagaimana selama sebulan itu dia kasih kejutan, dan cara dia yang tiba-tiba sudah kenal duluan sama orang tua ku.. ya kan? perempuan mana sih yang ngga klepek -klepek. ""Nah, jadi saat rasa ini aku sadari sudah mulai ada itu, sejak sehari setelah resepsi kemarin Lin. Waktu masih pagi - pagi banget ya! Mas Bagas dapat pesan dari mantannya, namanya Namira.." Lanjut Rani dengan wajahnya yang sedikit judes menyebut nama Namira."Hah? mantan? terus terus..." Linda kembali duduk di atas meja kerja Rani, terlihat seru dan penasaran." Iya, jadi pagi itu, aku habis buat kopi kan. aku tuh mulai terbuai sejak malam pertama Lin seperti nya. Ya, kamu ngerti lah namanya udah di telanjangi.. ngga mungkin aku ngga ada rasa.""Aaaaaaau" tiba-tiba Linda teriak begitu kaget, sampai Rani menutup mulut Linda."Ih, jangan teriak juga Linda!!" "Eh iya, maaf maaf. aku syok banget!! jadi kamu se
Rani membuka pintu ruangannya, menenteng kantong belanja berisi tas mini barunya.Tapi tak tampak kegembiraan pada wajah Rani.Dia masuk dengan wajah yang di tekuk, sambil memijat keningnya menaruh kantong belanja itu di atas meja."Kenapa kamu dateng -dateng mukanya di tekuk begitu" tanya Linda.Rani menunjuk dengan bibirnya ke arah kantong belanja berwarna merah muda motif bunga -bunga.Linda yang penasaran beranjak ke arah meja Rani, dan membuka kantong belanja tersebut."Wah, tas baru nih" Linda mengeluarkan tas mini berwarna cream tersebut.Sambil menimang -nimang tas baru itu Linda berkata "Dari pak Bagas ya? tapi kenapa kamu cemberut dapat tas baru? aneh nya!" Rani hanya bergeming, tangan kirinya memijat kening, dan tangan kanan membuka laptop.Linda yang bingung dengan Rani, kembali pada meja kerjanya.Linda terus memperhatikan Rani yang sesekali menundukkan kepalanya itu."Rani? denger aku tanya gak sih?"Rani mengangkat kepalanya, "iya aku dengar, ini aku pusing deh. Mas Ba
Infusan sudah hampir habis, Bagas menekan tombol di sambil ranjang untuk memanggil suster.Tak lama, beberapa menit kemudian, suster datang membawa dorongan berisi perlengkapan untuk mencopot infus di tangan Rani.Kondisi Rani sudah tidak demam lagi seperti baru pertama kali tiba di rumah sakit, suhunya menurun setelah di beri infus penurun demam.Bagas melirik jam tangannya, sudah menunjukkan pukul sembilan lewat empat puluh menit. "Hampir jam 10 malam" Bagas bergumam dalam hati.Terlihat Rani juga sangat mengantuk, walaupun tadi dia juga sempat tidur saat di infus, tapi sedikit sedikit terbangun.Bagas, menanyakan pada Rani dengan tatapan yang penuh rasa bersalah, Bagas melihat sesekali Rani menelan ludah dan ingin muntah "Apa masih mual?" katanya."Masih mual mas, tapi aku lapar" "Kamu mau makan apa? biar kita cari setelah dari sini ya.." Suaranya lembut dan pelan.Makanan dan minuman yang di beli pak Joko tadi tidak ada satupun yang di makan oleh Rani. Rani masih tidak nafsu mak
Pagi itu, Rani tiba- tiba saja seperti tidak sakit.Wajahnya terlihat fresh seperti tidak terjadi apa - apa tadi malam.Dia bangun jam tujuh pagi, bergegas ke dapur untuk membantu mba Pinem memasak.Mba Pinem yang sedang mencuci buah, melihat Rani yang datang sangat sehat merasa aneh."Loh Bu ngapain ke dapur, nanti kecapean Bu" kata mba Pinem menahan tangan Rani yang akan menceburkan tangannya ke dalam baskom isi buah."Aku udah ngga apa-apa kok mba, Alhamdulillah sehat. Kayanya obatnya cocok. Sini biar ku bantu. Hari ini aku juga ngga di izinin untuk masuk kerja sama mas Bagas." Mba Pinem ragu - ragu memberikan baskom isi buah itu, tapi dia tidak bisa menolak jika itu majikannya yang memaksa."Masak apa hari ini mba? " Tanya Rani pada mba Pinem yang sedang mengelap bagian kompor."Saya masak sayur bayam bening, ada ikan gurame goreng, perkedel kentang, saya juga masak gulai ayam kok Bu" jelas mba Pinem."Wah masak sebanyak itu, jam segini udah selesai ya mba""Kalau mba pulang kamp