Malam ini menjadi malam yang tak akan terlupakan untuk Rani, begitu pula untuk Bagas.
Hal yang tidak pernah Rani perbuat sebelum nya. keperawanan nya yang di jaga selama ini, ternyata terlabuh pada seorang CEO yang tampan dan mapan.Rani menatap wajah Bagas yang tertidur pulas di sampingnya.Dengan tatapan yang sendu, tangan Rani mencoba mengelus pipi suaminya yang sedang tidur."Tampan sekali suamiku, hidungnya yang mancung, bibirnya yang merah merona, dengan brewok tipis yang menggoda, oh tidak!!""Hmmm.. bulu matanya lentik sekali, alisnya pun tebal. Hihihi aku baru pertama kali melihatnya dengan seksama begini! ternyata lebih indah ya, kalau di perhatikan begini." Rani bergumam sendirian.Selama ini, Rani yang jual mahal memang jarang menatap Bagas berlama-lama.Jangankan berlama-lama, menatap nya sebentar saja Rani sudah meleleh.Rani malah mencubit hidung suaminya agak keras karena gemas."Au" Bagas terbangun kaget.Rani pun ikut kaget. "Eh kebangun!" kata Rani"Kenapa kamu mencubit ku cinta?" Kata Bagas dengan suara lirih dan mata yang masih sayup-sayup."eeeeeh eh maaf mas aku cubit ke kencengan yah, abis hidung mu mancung banget sih hihi" kata Rani tertawa geli.Bagas hanya tersenyum manis dan mencium kening Rani.Tiba-tiba Bagas duduk dengan tegak."Loh mau kemana mas? ini masih malam loh" Rani menatap bingung.Bagas menoleh dengan wajah nakal dan menggoda."Apa kita akan melakukan ronde kedua sayang hahahaha" Bagas seperti harimau kelaparan saja malam itu. Bagas menciumi seluruh wajah dan leher Rani tak henti."aaaaaa tidaaaaakkk" Rani triak dan menutup wajahnya dengan selimut.Bagas menggelitik tubuh Rani sampai Rani tertawa terpingkal-pingkal.......Pagi hari yang cerah untuk sepasang pengantin baru.Rani yang baru selesai mandi, sedang mengeringkan rambut dengan hair dryer.Bagas pun terbangun mendengar suara hair dryer itu."Hai.. selamat pagi mas ku, hehe berisik ya, suara hair dryer ku, maaf yaaa" Rani mencium kening Bagas yang masih setengah mengantuk."Seperti dalam mimpi, aku bangun di hari libur dan di sambut oleh bidadari yang jatuh dari kayangan"seru Bagas menggoda Rani.Rani hanya bergeming, dan melirik sedikit ke arah Bagas.Bagaspun berlalu untuk mandi.Rani yang sedang bingung harus melakukan apa di hari pertamanya menjadi seorang istri CEO itu, hanya bisa bengong di balkon depan kamar.Semua sudah di kerjakan oleh para pembantu dirumah itu, dengan tugasnya masing-masing.Rani hanya tinggal ongkang-ongkang kaki saja di rumah mewah tersebut.Tapi bukan Rani namanya, dia mempunyai banyak ide untuk bisa menyenangkan hati suaminya itu."Aku buat kan kopi hangat saja ah untuk mas Bagas!"Tanpa basa-basi lagi, Rani langsung menuju dapur, Bagas yang baru keluar dari kamar mandi, tak melihat lagi istrinya di kamar."Kemana istri ku?" gumamnya dalam hati.Bagas bergegas memakai baju dan bersantai di teras balkon depan kamarnya.Menikmati pemandangan taman-taman di rumah mewahnya yang asri.Bunga-bunga warna-warni memenuhi taman yang cukup luas itu.Air mancur di kolam ikan pun tak luput dari pandangan.Tak sadar ada sebuah pesan masuk di ponsel yang Bagas genggam."Selamat ya atas pernikahan mu, Akhirnya kamu menemukan pengganti ku. Omong-omong, mengapa aku tak di undang?" pesan singkat dari Namira, mantan Bagas yang membuat Bagas lama menjomblo.Bagas mengernyit kan keningnya, tak menghiraukan pesan dari Namira. Alis di wajah Bagas yang tebal terlihat sangat tegang menyatu. Wajahnya berubah menjadi sedikit kesal.Rani yang ternyata sudah berada di belakang Bagas dengan secangkir kopi hangat nya, terdiam membisu."Hah!" Bagas terkejut saat membalikan badannya, melihat Rani yang sudah berada tepat di belakangnya."Kamu habis dapat pesan dari siapa mas? kok tiba-tiba wajahmu berubah kesal aku lihat tadi?" sambil meletakkan kopi panas di atas meja."Namira" dengan wajah yang masih sedikit kesal."Namira? siapa Namira? kenapa kamu kesal" tanya Rani kebingungan."Ah sudahlah dia hanya masa lalu ku sayang, aku tidak ingin membahas nya!""Oh mantan" Rani menundukkan kepalanya dengan bibir yang manyun."Aku tidak membalasnya kok, aku juga tidak tau dia dapat nomor baru ku dari mana.. Sudahlah jangan di bahas lagi"Rani sedikit membuang mukanya, terlihat kalau dia cemburu.Bagas tak ingin Rani sedikit pun merasa kecewa.Bagas beranjak memeluk Rani dari belakang dan menciumi leher Rani."Maafkan aku jika kamu cemburu" bisik Bagas di telinga Rani."Siapa yang cemburu??? aku biasa saja kok" Rani menjawab dengan nada sedikit tinggi."Masa sih... kok cemberut" goda Bagas sambil menciumi tangan Rani."Oh iya, Omong-omong terima kasih istriku yang cantik jelita sudah membuatkan kopi untuk ku" Bagas langsung mengalihkan topik, sambil menyeruput kopi nya.Rani melirik sedikit sambil cemberut.Bagas mencoba menggoda Rani lagi."slupp.. aaah nikmat sekali kopi buatan bidadari ku"Rani masih saja diam membisu, matanya hanya lurus memandangi taman di hadapannya."Baru hari pertama, aku sudah di buat cemburu, apa iya aku sudah mulai jatuh cinta pada mas Bagas? mengapa rasa ini tidak enak, setelah aku mendengar mas Bagas bilang Namira hanya masa lalu nya tadi! ah siapa sih Namira! apa sih isi pesannya! sebal sekali ah!" Rani mengomel dalam hatinya, wajahnya di tekuk saja dari tadi.Suasana menjadi hening, Bagas mengerti bahwa istri nya sedang cemburu.Di sisi lain, Bagas senang bahwa ini menandakan kalau Rani mulai ada rasa padanya. Tapi di sisi lain, Bagas memang tidak ingin membuat Rani sedih.Bagas mendekati Rani dan merangkulnya."Sayangku Rani... kita honeymoon ke luar negeri yuk, kamu mau kemana? atau tempat apa yang ingin kamu kunjungi? atau tempat yang belum pernah kamu kunjungi deh... aku akan mengabulkan nya""Atau kamu ingin berbelanja? apa yang kamu mau, aku beli kan! kamu mau tas baru? sepatu? atau mobil?" Bagas masih berusaha mencairkan hati Rani.Rani melirik dan tersenyum sedikitBagas mendekatkan wajahnya, dekat sekali dengan wajah Rani. Bagas menatap dalam-dalam mata Rani."Kamu mau apa?""Aku mau Kamu menjadi milikku seutuhnya" jawab Rani dengan mata yang penuh harap.Jantung Bagas terasa berdegup mendengar nya. Benar saja Rani cemburu.Bagas memeluk tubuh Rani dengan erat. Tangannya membelai lembut rambut Rani yang ikal bergelombang.Sesaat di peluk, perut Rani terdengar bunyi keroncongan.Bagas spontan melepas pelukannya, "loh kamu lapar?""Ya iya lah mas, ini sudah jam berapa? aku biasa sarapan tepat jam 7" jawab Rani agak ketus.Bagas meraih ponselnya, terlihat sudah pukul 09.45 pagi."Wah ini mah sudah jam makan siang mu ya hahaha"Bagas malah tertawa melihat Rani yang ngambek karena telat sarapan.Mereka berdua pun menuju ruang makan untuk sarapan.Hidangan yang lezat dan banyak macam nya, tak membuat Rani ingin memakannya, semua orang tua sudah siap duduk di ruang makan. Tapi, lagi dan lagi Rani hanya ingin kentang goreng dan ikan goreng. Langkah Rani terhenti saat Bagas ingin menyiapkan kursi untuk nya duduk. "Mas, aku mau ke kamar aja ya, tolong bilang mba Pinem aku mau kentang sama ikan goreng di bawa ke kamar.. tolong ya mas" tangan kiri Rani terlihat memegang keningnya, sejak beranjak dari kursi tadi. "Kamu pusing ya? aku antar ke kamar ya" jawab Bagas dengan spontan. kedua tangan Bagas spontan merangkul bahu istrinya tersebut dengan sangat hati - hati. "Mah pah, maaf banget nih.. kayanya kalian makan aja duluan, aku temenin Rani ke kamar aja ya.." Bagas yang langsung berpamitan kepada semua tamu. "Kamu pusing ya nak, yaudah ngga apa- apa, yang penting kamu makan juga ya di kamar" celetuk ibu mertua Rani dari atas meja makan. Terlihat Bu Ratna hanya senyum - senyum melihat anak nya yang sangat di jaga oleh Baga
Mesti hari hampir larut, sekitar pukul 22.30 malam. Keluarga itu tetap berkumpul bersama di dalam ruang tamu sesuai permintaan CEO tampan itu. Mereka masih berselimut dengan rasa penasaran yang sama, "Ada apa sebenarnya yaa.." gumam Ratna ibunya Rani. "Mengapa mereka mengundang kesini, tapi mereka berdua tidak ada di rumah?" lanjutnya. Tak ada yang menjawab pertanyaan Bu Ratna, mereka semua sama -sama dalam keadaan yang penasaran. Sepanjang perjalanan menuju rumah Rani, ibunya memang memiliki perasaan tidak enak. Ada feeling terhadap kandungan Rani, Tapi dia tidak mau menerka - nerka, karena Rani juga tidak memberi kabar apapun setelah telfon hari itu. Dia hanya berharap kebaikan untuk putri semata wayang nya. Suara gerbang yang terbuka, terdengar dari dalam rumah. Mobil Bagas terparkir tepat di depan pintu masuk. Terlihat dari dalam, Bagas menggandeng tangan Rani masuk ke dalam rumah, dengan menenteng kantong obat. Ke empat orang tua berbarengan mengernyit kan dahinya
Kedua tangan Rani memegang ponselnya, sibuk memberi nama di kontak barunya, nomor baru Dokter puji.Di sampingnya ada Bagas yang setia merangkul Rani menuju loket pengambilan obat.Walaupun begitu banyak orang berlalu lalang dengan kesibukan dan keresahan nya masing -masing. Tapi, Seluas mata Bagas memandang hanya ada keindahan, dan kebahagiaan.Di dalam pikiran nya entah siapa dulu yang akan di berikan kabar bahagia tentang kehamilan Rani. Orang tua kandung nya atau mertuanya.Sampainya di loket, Bagas menyuruh Rani untuk duduk di kursi kosong yang jaraknya tidak begitu jauh.Sedangkan dia sendiri mengambil obat dengan kertas merah pudar di tangan nya."Kamu tunggu disini ya, biar aku yang kesana" Mata Rani tertuju pada tangan Bagas yang menunjuk ke arah loket obat.Loket itu berjarak kurang lebih 10 meter dari tempat duduk Rani.Baru kali ini seorang CEO yang kaya raya mau terjun langsung, bahkan mengantri. Dari dulu Bagas selalu menyuruh, pak Joko atau pak Riko untuk melakukan ha
"Mas!!" Rani memanggil Bagas dengan wajah yang mulai tegang, Rani tak sabar mengapa Bagas lama sekali berdiri di depan suster."Mas Bagas..!!" panggilnya lagi.Bagas menoleh ke arah Rani, tapi Bagas hanya melambaikan tangan menandakan tunggu sebentar lagi.Rani menghela nafas melipat kedua tangannya di dada dan menyenderkan tubuh nya di kursi.Rani mulai jengkel.Selang lima menit kemudian Bagas datang. Tanpa memberi Bagas sedikit ruai untuk bicara, Rani langsung lebih dulu menegurnya."Ngobrolin apa sih, lama banget!" Matanya berputar.Rani terlihat jengkel sekali saat itu."Maaf ya sayangku, tadi aku banyak bertanya tentang dokter terbaik di sini, untuk pemeriksaan pertama ini aku ngga mau salah dokter" Bagas mendekatkan wajahnya ke arah wajah Rani.Tapi Rani membuang mukanya ke arah samping."Maaf ya sayangku" Bagas berusaha membujuk Rani yang sedang ngambek.Tangan kiri Bagas merangkul bahu Rani, sesekali mengelus - elus bahunya, berharap emosinya mereda sebelum namanya di panggil
Rani hanya mengangguk -angguk kepalanya dan duduk di atas kursi.Jus alpukat yang aroma nya sangat menyergap hidung Rani, sudah di hidangkan oleh mba Pinem. Dia terlihat menikmati jus alpukat itu.."Mba temenin aku dong duduk di sini" Mba Pinem yang baru saja ingin pergi ke belakang di tahan oleh Rani untuk duduk di meja makan khusus majikannya itu."Loh serius Bu ngga apa- apa saya duduk disini?" Tubuhnya masih terpaku berdiri di hadapan bangku yang mewah berwarna ke emasan."Loh memangnya ada peraturan ya? pegawai tidak boleh duduk di meja makan?" kata Rani.Mba Pinem tersenyum sedikit."Sudah lah duduk saja mba.. aku ngga mau di tinggal sendirian" wajah nya memohon bibirnya manyun, tapi menjadi tambah imut di lihatnya."Iya iya Bu.. heheh pantas saja pak Bagas setelah menikah banyak berubah ya Bu.. aku yakin perubahan itu pasti datang dari pasangan nya juga" kata mba pinem sambil mendudukkan tubuhnya di kursi mewah itu yang biasanya hanya dia lap - lap dengan kain. "Hmmm... omon
Jam di dinding menunjukkan pukul 11.30 menit.Rani yang sedang duduk di teras balkon melihat pemandangan di sekitar taman. Melihat - lihat bunga- bunga berwarna warni yang indah dan segar terawat.Sesekali dia mengecek ponsel nya. Membuka media sosial Instagramnya yang penuh dengan postingan tentang kehamilan, karena dari kemarin pencarian nya hanya seputar kehamilan."Hmmm... Bukan gamau ke dokter obgyn, tapi aku benar- benar ragu. aku ngga mau ngecewain mas Bagas kalau hasilnya ngga sesuai harapan." Gumamnya dalam hati."Apa aku tanya mama yah, pasti mama tau." Dia kembali membuka ponselnya, menekan nomor mama di ponselnya.Rani mulai mengetik pesan singkat."Mah, apa kabar? semoga mama baik - baik ya.. maaf aku ngga ngabarin hampir seminggu ini, dari kemarin aku sakit, dan sempat di bawa ke dokter dan di infus, nah tapi, orang dirumah nyuruh aku untuk tespek mah dan aku mencobanya mah, tapi hasilnya seperti ini"Rani mengirim foto tespeknya tadi pagi, terpampang ada garis 2, satu