Share

BAB 7. Rani Mulai Cemburu

Malam ini menjadi malam yang tak akan terlupakan untuk Rani, begitu pula untuk Bagas.

Hal yang tidak pernah Rani perbuat sebelum nya. keperawanan nya yang di jaga selama ini, ternyata terlabuh pada seorang CEO yang tampan dan mapan.

Rani menatap wajah Bagas yang tertidur pulas di sampingnya.

Dengan tatapan yang sendu, tangan Rani mencoba mengelus pipi suaminya yang sedang tidur.

"Tampan sekali suamiku, hidungnya yang mancung, bibirnya yang merah merona, dengan brewok tipis yang menggoda, oh tidak!!"

"Hmmm.. bulu matanya lentik sekali, alisnya pun tebal. Hihihi aku baru pertama kali melihatnya dengan seksama begini! ternyata lebih indah ya, kalau di perhatikan begini." Rani bergumam sendirian.

Selama ini, Rani yang jual mahal memang jarang menatap Bagas berlama-lama.

Jangankan berlama-lama, menatap nya sebentar saja Rani sudah meleleh.

Rani malah mencubit hidung suaminya agak keras karena gemas.

"Au" Bagas terbangun kaget.

Rani pun ikut kaget. "Eh kebangun!" kata Rani

"Kenapa kamu mencubit ku cinta?" Kata Bagas dengan suara lirih dan mata yang masih sayup-sayup.

"eeeeeh eh maaf mas aku cubit ke kencengan yah, abis hidung mu mancung banget sih hihi" kata Rani tertawa geli.

Bagas hanya tersenyum manis dan mencium kening Rani.

Tiba-tiba Bagas duduk dengan tegak.

"Loh mau kemana mas? ini masih malam loh" Rani menatap bingung.

Bagas menoleh dengan wajah nakal dan menggoda.

"Apa kita akan melakukan ronde kedua sayang hahahaha" Bagas seperti harimau kelaparan saja malam itu. Bagas menciumi seluruh wajah dan leher Rani tak henti.

"aaaaaa tidaaaaakkk" Rani triak dan menutup wajahnya dengan selimut.

Bagas menggelitik tubuh Rani sampai Rani tertawa terpingkal-pingkal.

......

Pagi hari yang cerah untuk sepasang pengantin baru.

Rani yang baru selesai mandi, sedang mengeringkan rambut dengan hair dryer.

Bagas pun terbangun mendengar suara hair dryer itu.

"Hai.. selamat pagi mas ku, hehe berisik ya, suara hair dryer ku, maaf yaaa" Rani mencium kening Bagas yang masih setengah mengantuk.

"Seperti dalam mimpi, aku bangun di hari libur dan di sambut oleh bidadari yang jatuh dari kayangan"

seru Bagas menggoda Rani.

Rani hanya bergeming, dan melirik sedikit ke arah Bagas.

Bagaspun berlalu untuk mandi.

Rani yang sedang bingung harus melakukan apa di hari pertamanya menjadi seorang istri CEO itu, hanya bisa bengong di balkon depan kamar.

Semua sudah di kerjakan oleh para pembantu dirumah itu, dengan tugasnya masing-masing.

Rani hanya tinggal ongkang-ongkang kaki saja di rumah mewah tersebut.

Tapi bukan Rani namanya, dia mempunyai banyak ide untuk bisa menyenangkan hati suaminya itu.

"Aku buat kan kopi hangat saja ah untuk mas Bagas!"

Tanpa basa-basi lagi, Rani langsung menuju dapur, Bagas yang baru keluar dari kamar mandi, tak melihat lagi istrinya di kamar.

"Kemana istri ku?" gumamnya dalam hati.

Bagas bergegas memakai baju dan bersantai di teras balkon depan kamarnya.

Menikmati pemandangan taman-taman di rumah mewahnya yang asri.

Bunga-bunga warna-warni memenuhi taman yang cukup luas itu.

Air mancur di kolam ikan pun tak luput dari pandangan.

Tak sadar ada sebuah pesan masuk di ponsel yang Bagas genggam.

"Selamat ya atas pernikahan mu, Akhirnya kamu menemukan pengganti ku. Omong-omong, mengapa aku tak di undang?" pesan singkat dari Namira, mantan Bagas yang membuat Bagas lama menjomblo.

Bagas mengernyit kan keningnya, tak menghiraukan pesan dari Namira. Alis di wajah Bagas yang tebal terlihat sangat tegang menyatu. Wajahnya berubah menjadi sedikit kesal.

Rani yang ternyata sudah berada di belakang Bagas dengan secangkir kopi hangat nya, terdiam membisu.

"Hah!" Bagas terkejut saat membalikan badannya, melihat Rani yang sudah berada tepat di belakangnya.

"Kamu habis dapat pesan dari siapa mas? kok tiba-tiba wajahmu berubah kesal aku lihat tadi?" sambil meletakkan kopi panas di atas meja.

"Namira" dengan wajah yang masih sedikit kesal.

"Namira? siapa Namira? kenapa kamu kesal" tanya Rani kebingungan.

"Ah sudahlah dia hanya masa lalu ku sayang, aku tidak ingin membahas nya!"

"Oh mantan" Rani menundukkan kepalanya dengan bibir yang manyun.

"Aku tidak membalasnya kok, aku juga tidak tau dia dapat nomor baru ku dari mana.. Sudahlah jangan di bahas lagi"

Rani sedikit membuang mukanya, terlihat kalau dia cemburu.

Bagas tak ingin Rani sedikit pun merasa kecewa.

Bagas beranjak memeluk Rani dari belakang dan menciumi leher Rani.

"Maafkan aku jika kamu cemburu" bisik Bagas di telinga Rani.

"Siapa yang cemburu??? aku biasa saja kok" Rani menjawab dengan nada sedikit tinggi.

"Masa sih... kok cemberut" goda Bagas sambil menciumi tangan Rani.

"Oh iya, Omong-omong terima kasih istriku yang cantik jelita sudah membuatkan kopi untuk ku" Bagas langsung mengalihkan topik, sambil menyeruput kopi nya.

Rani melirik sedikit sambil cemberut.

Bagas mencoba menggoda Rani lagi.

"slupp.. aaah nikmat sekali kopi buatan bidadari ku"

Rani masih saja diam membisu, matanya hanya lurus memandangi taman di hadapannya.

"Baru hari pertama, aku sudah di buat cemburu, apa iya aku sudah mulai jatuh cinta pada mas Bagas? mengapa rasa ini tidak enak, setelah aku mendengar mas Bagas bilang Namira hanya masa lalu nya tadi! ah siapa sih Namira! apa sih isi pesannya! sebal sekali ah!" Rani mengomel dalam hatinya, wajahnya di tekuk saja dari tadi.

Suasana menjadi hening, Bagas mengerti bahwa istri nya sedang cemburu.

Di sisi lain, Bagas senang bahwa ini menandakan kalau Rani mulai ada rasa padanya. Tapi di sisi lain, Bagas memang tidak ingin membuat Rani sedih.

Bagas mendekati Rani dan merangkulnya.

"Sayangku Rani... kita honeymoon ke luar negeri yuk, kamu mau kemana? atau tempat apa yang ingin kamu kunjungi? atau tempat yang belum pernah kamu kunjungi deh... aku akan mengabulkan nya"

"Atau kamu ingin berbelanja? apa yang kamu mau, aku beli kan! kamu mau tas baru? sepatu? atau mobil?" Bagas masih berusaha mencairkan hati Rani.

Rani melirik dan tersenyum sedikit

Bagas mendekatkan wajahnya, dekat sekali dengan wajah Rani. Bagas menatap dalam-dalam mata Rani.

"Kamu mau apa?"

"Aku mau Kamu menjadi milikku seutuhnya" jawab Rani dengan mata yang penuh harap.

Jantung Bagas terasa berdegup mendengar nya. Benar saja Rani cemburu.

Bagas memeluk tubuh Rani dengan erat. Tangannya membelai lembut rambut Rani yang ikal bergelombang.

Sesaat di peluk, perut Rani terdengar bunyi keroncongan.

Bagas spontan melepas pelukannya, "loh kamu lapar?"

"Ya iya lah mas, ini sudah jam berapa? aku biasa sarapan tepat jam 7" jawab Rani agak ketus.

Bagas meraih ponselnya, terlihat sudah pukul 09.45 pagi.

"Wah ini mah sudah jam makan siang mu ya hahaha"

Bagas malah tertawa melihat Rani yang ngambek karena telat sarapan.

Mereka berdua pun menuju ruang makan untuk sarapan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status