Share

Bab 2

Author: Bunny
Di kelilingi tatapan mata orang-orang yang terlihat heran, aku berbalik dan langsung meninggalkan lokasi acara itu tanpa ragu-ragu sedikit pun.

Sampai di kediaman Keluarga Halim, aku langsung menanggalkan gaun pesta yang berat dan merepotkan.

Selama ini, semua orang tahu kalau aku ini penjilat Jacky.

Semua hal yang berhubungan dengan Jacky, aku selalu berpikir jauh ke depan untuknya.

Lalu membantu dia mengatur segala sesuatu dengan baik.

Tidak hanya sekali, Jacky sering mengatakan kalau pekerjaannya terlalu melelahkan, dia ingin bersantai.

Jadi aku mengatur perjalanan ke Hawaii dengan menyesuaikan jadwal kerjanya.

Karena dia sering bilang kalau dia merindukan suasana pantai dan laut Hawaii.

Namun di kehidupan sebelumnya, Jacky memang tidak pernah setuju liburan ke Hawaii.

Sebaliknya, dia malah memilih pergi berkemah dan mendaki gunung bersama Yuni.

Aku diperintahkan untuk ikut pergi.

Di tengah hujan lebat, Jacky meminta aku pergi memunggut kembali gelang tangannya Yuni.

Akibatnya, aku pun terguling dari tebing dan mengalami patah tulang kaki.

Kejadian ini membuat aku harus terbaring di rumah sakit selama dua bulan.

Aku merasa frustasi, memikirkan saat-saat di mana nyawaku seperti berada di ujung tanduk. Aku benar-benar tidak ingin mengalami kejadian yang sama seperti itu lagi.

Menjauh dari Jacky adalah langkah pertama yang harus aku lakukan.

Aku segera kemas koperku dan turun ke lantai bawah dengan dokumen perjalanan di tanganku.

Kebetulan sekali, aku berpapasan muka dengan Jacky yang baru saja berjalan masuk. Dia mengenakan setelan formal.

Melihatku, dia tiba-tiba mencibir dan menyambar koperku, lalu membuangnya.

Aku mengerutkan kening dan bertanya, "Apa yang kamu lakukan?"

"Vivi, seharusnya aku yang bertanya, apa yang kamu lakukan?"

"Kenapa bersikap seperti kanak-kanak, sih? Masih main kabur dari rumah?"

"Lain kali, apa yang ingin kamu lakukan? Apakah kamu mau meninggalkan surat dan bunuh diri?"

Napas Jacky terengah-engah. Dengan wajah marah, dia menudingku.

"Vivi, apa kamu nggak merasa kamu terlalu naif, mengunakan bunuh diri buat mengancamku?"

Aku menepuk-nepuk koperku yang kotor dan bertanya kembali sepatah kata demi kata.

"Siapa bilang aku mau bunuh diri?"

Jacky dan orang seperti Yuni, yang satu berhati kejam bak serigala, sedangkan yang satu lagi jahat. Mereka berdua juga bisa hidup dengan baik.

Sedangkan aku, setelah bersusah payah bisa hidup kembali, kenapa aku harus bunuh diri?

Jacky mencibir, dia tidak berbicara. Matanya penuh dengan penghinaan.

Yuni yang mengikutinya pulang, buka suara perlahan-lahan.

"Vivi, jika kamu ingin ikut menghadiri pesta ulang tahun, kamu bisa memberi tahu Jacky secara baik-baik. Apalagi kalian adalah saudara yang tumbuh dewasa bersama. Bagaimana mungkin dia tidak mengizinkanmu masuk?"

"Trik bunuh diri hanya bisa dipakai sekali, tapi kalau dipakai dua kali, orang lain pasti menganggap itu tipu muslihat."

Ucapan Yuni mengandung maksud tertentu.

Tatapan Jacky terhadapku semakin terkesan menyebalkan.

Pikiranku seperti benang kusut.

Tiba-tiba aku teringat sesuatu.

Saat SMA, setelah Jacky dan Yuni pacaran.

Sikap Jacky terhadapku berubah.

Dengan marah, aku meninggalkan pesan dan mengatakan kalau aku akan mencari tempat untuk melompat ke sungai.

Hal ini sempat membuat Paman Johny dan Bibi Ida ketakutan.

Mereka memerintahkan Jacky untuk putus dengan Yuni.

Sejak itu, Jacky mulai membenciku, mengabaikanku bahkan menolak untuk berkomunikasi denganku.

Geng Yuni mengisolasiku dan menindasku, tetapi Jacky menutup sebelah mata.

Aku menatap Jacky lurus dan menjelaskan, "Kamu berpikir terlalu jauh. Aku nggak pernah berpikir untuk bunuh diri. Aku kemas barang-barangku untuk mengejar pesawat ke Hawaii."

Jacky mencibir, dia menertawakan aku menggunakan alasan yang buruk untuk menyelamatkan mukaku.

Yuni menarik lengan baju Jacky. "Jacky, kenapa kamu tidak membiarkan Vivi bergabung dengan kita? Dia yang seperti ini sangat menyedihkan."

Jacky mengerutkan kening dan hendak menyerah.

Aku menolak lagi, "Nggak usah, aku akan pergi ke Hawaii."

Wajah tampan Jacky sedikit berubah, dia mencibir, "Kau dengar, ‘kan? Dia mau pergi ke Hawaii!"

"Vivi, sekarang bukan waktunya kamu bersikap kekanak-kanakan."

Vivi menghela napas dan melangkah maju untuk menarik tanganku.

Kuku-kukunya yang tajam itu menancap masuk ke dalam dagingku, tepat di tempat yang tidak diketahui siapa pun.

Aku kesakitan sekali dan menghempas tangan Yuni.

Yuni langsung jatuh ke lantai, dia terlihat seakan-akan tidak berdaya dan menahan telapak tangannya. Dengan tatapan tidak percaya, bibirnya bergetar, "Vivi, kamu...”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Melangkah Keluar dari Masa Lalu   Bab 9

    Awalnya aku dan Samuel memang tidak ingin terlalu cepat mengungkap hubungan kami.Sebelumnya dia memang punya pemikiran ingin pensiun dari dunia hiburan.Akibatnya, dia dibujuk terus oleh pihak perusahaan. Akhirnya dia pun menandatangani kontrak selama tiga tahun lagi.Setelah transformasinya berhasil, tanggapan publik cukup bagus. Sekarang, dia hanya main film layar kaca.Dia semakin lama semakin terkenal.Bahkan sekarang kami pergi berkencan saja, harus sembunyi-sembunyi dan hanya memilih keluar di malam hari.Samuel sudah tidak tahan lagi.Dengan cincin yang dia rancang sendiri, dia langsung melamarku.Aku juga sudah setuju."Vivi..."Aku secara tidak sadar memalingkan kepala.Saat melihat pemilik suara itu, aku langsung menunjukkan ekspresi yang suram.Selangkah demi selangkah, Jacky keluar dari tempat gelap dan berjalan mendekati kami.Dia melototiku terus, matanya semakin memerah.Aku mengerutkan alis, "Jacky? Siapa yang memberitahumu alamatku?Jacky berkata dengan pelan, “Aku me

  • Melangkah Keluar dari Masa Lalu   Bab 8

    Seseorang yang mengenalku mengirimkan aku sebuah tautan.Dia memberi petunjuk agar aku membuka tautan itu dan melihatnya.Setelah aku klik, ternyata Yuni sedang melakukan siaran langsung di rumah sakit.Dia berteriak keras dan menangis, mengatakan kalau aku yang menyebabkan dia mengalami keguguran.Berpura-pura terlihat lemah dan tertindas adalah trik andalan Yuni.Dilatarbelakangi rumah sakit dan hasil diagnosa.Orang-orang dengan mudah langsung mempercayai Yuni.Lewat propaganda online, Yuni membimbing netizen untuk melakukan kekerasan terhadap aku. Mereka menambahkan nomor whatapp-ku dan menerorku.Dalam sekejap, halaman media sosial aku benar-benar kacau.Setiap kali aku menyalakan ponsel, pasti muncul bahasa kotor dan caci maki mereka.Ada mantan teman sekolah, baik yang aku kenal maupun tidak, mereka semua ikut meramaikan suasana.Aku tertawa kesal, langsung menelepon polisi, kemudian menelepon Jacky.Aku meminta dia menyerahkan rekaman CCTV.Namun ternyata aku salah perhitungan.

  • Melangkah Keluar dari Masa Lalu   Bab 7

    Setelah hari itu...Paman Johny dan Bibi Ida menelepon aku bergiliran satu per satu.Mereka bertanya apakah aku mau kembali.Aku langsung menolak dengan tegas.Tempat itu, aku baru berhasil melarikan diri dengan susah payah, bagaimana mungkin aku mau kembali ke sana lagi?Tepat di hari aku membuat janji makan malam bersama Samuel.Samuel masih berpenampilan lengkap seperti kemarin.Aku bisa mengerti, bagaimanapun juga, penampilannya itu memang terlihat agak mencolok.Aku memesan ruangan khusus tersendiri.Siapa sangka, di sana kami malah bertemu dengan Jacky, pria bajingan itu.Jacky bergegas mencengkram tanganku.“Vivi, ternyata kamu benar-benar mengkhianati aku?”“Aku selalu berpikir kalau kamu hanya bercanda. Aku nggak menyangka kamu bisa keluar makan malam dengan pria ini!”"Siapa dia!"“Jacky, apa kamu sedang berlagak sebagai CEO Arogan?”Aku tidak kuasa menahan diri, mengerling ke arahnya, kemudian mencubit lengan bawah Jacky dengan keras.Setelah dia melepaskan tangannya, aku be

  • Melangkah Keluar dari Masa Lalu   Bab 6

    Bukankah Jacky bilang keberadaanku menghalangi dia dan Yuni hidup bersama?Baiklah.Pada hari yang sama, aku mengunggah foto sepasang tangan.Tangan pria yang besar, putih dan panjang itu menggenggam tanganku erat-erat.Berbentuk hati.Disertai sebaris tulisan yang sangat sederhana saja tapi cukup menghebohkan.[Pengumuman Resmi]Begitu terpasang di IG, kolom komentar langsung heboh.[Apa yang terjadi?][Tangan ini sepertinya bukan tangan Kak Jacky.][Vivi, apa yang kamu lakukan?][Aku sarankan cepat hapus.]Teman-teman Jacky langsung muncul dan memberi komentar.Aku senang sekali melihatnya, lalu meletakkan ponselku dengan puas.“Aku mengenalmu, kamu personel utama grup band pria yang sangat populer, Samuel Gutomo?"Pria itu melambaikan tangannya dengan malu, “Sekarang grup band kami sudah bubar, aku juga nggak di posisi utama lagi.”Hanya sekejap saja, aku sudah tahu kepribadian orang ini.Dia membungkus dirinya begitu rapat.Bisa jadi seorang bintang artis, mungkin juga pria yang pu

  • Melangkah Keluar dari Masa Lalu   Bab 5

    “Jacky, kesabaranku terhadapmu sudah habis."Jacky tercengang, dia tidak percaya apa yang telah terjadi.Aku menggosok-gosok tanganku.Kemudian menganggukkan kepalaku terhadap dua senior yang berdiri di pintu dengan ekspresi tidak jelas.“Paman, Bibi... Aku masih ada hal yang harus aku lakukan, aku pamit dulu.”Tidak peduli apapun reaksi mereka berdua, aku langsung pergi.Setelah keluar dari sana, aku pun tergeletak di pinggir jalan.Saat Jacky memukulku, dia mungkin mengerahkan seluruh tenaganya.Pipiku sakit bukan main.Kalau tahu begitu, seharusnya tadi aku mengambil kesempatan untuk memberinya beberapa tamparan lagi.Jacky selalu begitu.Apapun yang terjadi, dia tidak pernah berpihak padaku. Dia hanya tahu menyalahkanku.Yuni suka berpura-pura seperti tertindas, dia suka memainkan trik.Saat SMA, aku sudah biasa kena getahnya.Seseorang mengurung Yuni di toilet, dia berteriak meminta pertolongan.Aku yang telah menyelamatkan Yuni.Kemudian dia jatuh ke pelukan Jacky, dengan maksud

  • Melangkah Keluar dari Masa Lalu   Bab 4

    Aku sudah menerima ijazah kelulusanku.Resume yang aku kirim, juga mendapat banyak respon positif.Penawaran yang paling memuaskan datang dari pabrik besar di kota tetangga.Aku cepat-cepat mengatur waktu untuk ikut sesi wawancara.Memiliki pekerjaan adalah hal yang paling aku harapkan dalam kehidupanku yang lampau.Aku merasa sangat cemas. Untungnya, sebelum aku naik kereta api, pihak perusahaan sudah meneleponku dulu.Aku dinyatakan lulus.Duduk di Whoosh kereta api berkecepatan tinggi, aku bersemangat mencari rumah yang cocok.Mengingat aku akan segera menjauh dari Jacky, membuatku semakin bersemangat.Baru saja turun dari Whoosh...Aku sudah menerima telepon dari Jacky.Begitu menekan tombol terima panggilan, suara Jacky yang tidak sopan itu langsung terdengar."Vivi, di mana kamu?"Suasana langsung berubah tidak enak."Ada apa?"Suara Jacky semakin dingin, “Orang tuaku sudah kembali, mereka menyuruhmu datang makan malam.”Saat sampai di kediaman Keluarga Halim, hari sudah sangat s

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status