Share

Meratapi Diri

Author: Dek ita
last update Last Updated: 2024-05-29 12:24:20

Siella yang sudah dibuang di tepi jalan tersebut hanya bisa merenung selama beberapa saat. Ia sama sekali tidak tahu harus berkata apa, dan harus melakukan apa lagi.

Sadar akan tindakannya yang setengah-setengah, jelas membuat Siella merasa malu kepada Devan yang mau membantunya.

Padahal mereka tidak sepaham dan sejalan, tetapi karena Devan punya dendam tersendiri dengan Vano, membuatnya mau membantu Siella yang merupakan orang yang tidak ia senangi.

Tapi mau bagaimana lagi? Melawan perasaan adalah perlawanan paling berat dan sulit untuk Siella lakukan. Move on itu perlu proses yang tidak singkat, dan tidak bisa terjadi hanya dalam waktu semalam.

‘Sekarang aku harus apa?’ batinnya yang bertanya-tanya.

Ia melangkah perlahan ke depan dengan kepala menunduk. Segala isi pikirannya yang buruk dan juga kosong benar-benar membuat Siella tidak bisa berpikir jernih.

TINNNNNNN. Bunyi klakson mobil dari arah kanan yang mendatanginya dengan kecepatan yang tidak bisa dikendalikan.

Siella yang menoleh dan melihat bagaimana laju mobil tersebut yang sedang berusaha menghentikan diri tersebut langsung terbelalak. Ia tahu bahwa kata celaka datang kepada dirinya. Spontan Siella mencoba menghindarinya dengan melemparkan diri.

BRUGHHHH. Siella terhantam dengan aspal di sisi lain tempat ia melemparkan badannya. sementara mobil itu berhasil berhenti setelah beberapa meter dari tempatnya dengan bekas ban yang berusaha di rem dengan cepat.

Jantung Siella serasa tidak mau diam, napasnya tersengal dan bahkan kedua matanya gemetar.

‘A- Aku bisa mati….’ Batinnya yang tidak terucap di bibirnya.

Dalam posisi duduknya, Siella tidak berani mengangkat kepalanya. Yang ia barusan hadapi bukan lagi perihal kecil, melainkan sebuah petaka yang tidak akan menguntungkannya sama sekali.

“Astaga! Nak, kamu tidak apa?!” Seorang bapak-bapak berumur yang baru saja keluar dari mobil, menghampirinya.

Entah kenapa jalanan kala itu cukup sepi, seperti sengaja tidak membiarkan ada yang tahu Siella ada di sana. Orang tersebut mendatangi Siella dengan wajah panik, dan bahkan tidak tenang sama sekali.

“Nak, kamu tidak apa? Apa ada yang terluka?” Si bapak paruh baya tersebut bertanya sambil menyentuh pundak Siella dan melihat ke titik dimana sekiranya Siella mengalami luka.

Siella segera menggelengkan kepala menjawab pertanyaan orang tersebut. Dia masih sedikit syok, namun sudah bisa sedikit mengendalikan diri setelah menenangkan selama beberapa saat. Ia benar-benar mencoba untuk tidak terlalu ambil hati.

“Tidak apa…, ma- maaf…, aku melamun dan malah hampir mencelakakan anda,” ucap dari Siella yang merasa tidak enak.

“Tidak, tidak. Ini salahku. Lain kali akan mengemudi lebih hati-hati. Mau aku antarkan ke rumah sakit? Atau hubungi walimu supaya bisa menjemputmu,” Si bapak tampak benar-benar panik sampai ia kelihatan berkeringat selama berbicara dengan Siella.

Lagi dan lagi, Siella memilih menggelengkan kepalanya. Dia tidak mau merepotkan orang lain yang hampir kenapa-kenapa karena dirinya tersebut. Ia juga dengan pelan menepis tangan dari si bapak yang berada di pundaknya.

“Aku baik-baik saja, Pak. Mungkin aku sedang banyak pikiran, jadi agak tidak fokus ke jalanan,” ungkap dari Siella.

Mendengarnya jelas membuat orang tersebut sedikitnya khawatir dengan jawaban yang diberikan oleh Siella. Namun, Siella yang berusaha tersenyum dan kelihatan benar-benar tidak apa-apa, jelas saja tidak bisa membuat orang itu memaksa.

“Baiklah, lain kali hati-hati, ya.”

Bapak tersebut pergi setelah memberikan nomor ponselnya. Katanya kalau Siella kenapa-kenapa setelah kejadian ini, nomor itu bisa dihubungi.

Kemudian Siella minggir dari jalanan yang sepi tersebut, menuju ke tempat yang lebih aman sembari memegang lengannya yang sakit tersebut.

Ia kembali berjalan, namun kali ini berada di jalan tempatnya para pejalan kaki. Ia terus melamun memikirkan mengenai keputusannya yang belum bulat sempurna itu.

‘Kalau semisal aku menunggu Vano, apa dia mau berubah dan meninggalkan wanita itu? aku jauh lebih menguntungkan daripada dia, lalu kenapa aku takut kalau aku dibuang?’

‘Vano pasti melakukan ini bukan karena keinginannya…., aku yakin, dia pasti begini karena adanya paksaan! Kan! Selama ini Vano selalu baik padaku! Tidak mungkin dia mengkhianatiku!

Batin dari Siella terus bergejolak meyakinkan diri bahwa Vano tidak sedemikian rupa. Hati kecilnya terus mengingatkan bagaimana baik dan lembutnya Vano selama bersama dirinya. Bahkan bagaimana cara Vano memperlakukannya saja bagi Siella adalah sebuah hal yang sangat luar biasa.

Hanya dengan membayangkan saja, Siella merasakan kebahagiaan yang tidak terduga sama sekali. Senyumannya memang tipis, namun terasa begitu menyegarkan bagi dirinya.

Berjalan terus sambil memikirkan bantahan atas sikap Vano, membuat Siella seperti kehilangan rasa curiga dan meyakinkan diri bahwa ini bukan keinginan dari Vano.

“Senyum saja terus. Pikirkan pria yang akan membuangmu setelah ini karena sudah sampai di puncak. Sampai kamu tahu kalau pikiranmu itu salah!”

Suara Devan mendadak muncul. Menoleh seketika Siella ke arah samping tepat dimana ada pohon-pohon rindang sedang meneduhinya. Ia mengerutkan dahi melihat pria tersebut malah ada di sana berdiri sambil menyilangkan tangan.

Menoleh lagi ke arah lain, Siella mendapati kalau mobil Devan terparkir di seberang jalan di depan taman yang menyediakan parkiran mobil.

Dengan kedua tangan masih menyilang, Devan mendekat ke arah Siella dan menatap Siella dengan tatapan yang sediktnya cukup tajam dan juga sangat kasar sekali.

“Aku tahu isi pikiranmu. Wanita yang hanya memakai hati itu otaknya bodoh!” Devan menunjuk ke arah kepala Siella, “mereka akan menyangkal seberapa buruk perbuatan pasangannya, atas nama hatinya yang sudah pernah hancur!”

Tamparan fakta tersebut jelas membuat Siella yang mendengarnya merasa sedikit tersentak. Rasanya Devan benar-benar seperti cenayang yang bisa mengetahui segala isi pikiran dari Siella seperti yang dikatakannya barusan.

“Ta- Tapi bisa saja benar kan! Aku yang selama ini menemaninya dari dia kesulitan mencari uang! Dan aku adalah satu-satunya yang mau bersamanya di kala itu!” tegas dari Siella.

Devan yang keheranan tersebut langsung menoyor kepala Siella yang ekspresinya sangat bersikukuh sekali setelah mengatakan hal barusan kepadanya. Dia benar-benar menunjukkan bagaimana perasaannya pada kala itu.

“Tantangan pria ber-uang adalah Harta, Tahta, Wanita. Saat dia memiliki 2 hal pertama, yang terakhir adalah salah satu senjata yang paling berbahaya. Antara dia akan bertahan dengan yang selama ini menemaninya, atau dia akan mencari yang lebih baik karena dia merasa memiliki segalanya,” jelas dari Devan.

Padahal baru saja Siella menyembuhkan perasaannya setelah memikirkan semua perilaku Vano kepadanya, ucapan Devan seolah langsung merobohkan semuanya tanpa membiarkan adanya puing-puing yang mengambang di atasnya.

Remuk hati Siella setelah mendengarnya. Rasanya seperti susunan hati yang daritadi ia bangun diobrak-abrik dengan sangat mudah olehnya.

“Harta masih bisa dicari berlebih, Tahta bisa didapatkan dengan kemampuan, tapi, Wanita adalah salah satu pilihan yang bisa terganti. Tergantung orangnya, dia Setia? Atau akan mencari yang lebih untuk memenuhi ekspetasinya,” sambung dari Devan.

Meski kata-kata dari penjelasan Devan menyakiti perasaan Siella. Tetapi tidak ada yang salah dengan apa yang dikatakan olehnya. Semuanya benar dan tidak sedikit pun ada yang meleset. Rasanya benar-benar seperti mendapatkan hantaman yang begitu kuat sekali.

Devan kembali memandangi Siella dengan tatapan dinginnya yang menusuk tersebut, kali ini ia mengucapkan kalimat yang membuat Siella goyah tidak tahu harus memilih yang mana lagi.

“Jadi, sekarang kamu masih ingin balas dendam, atau kembali ke Vano yang sudah merusak kepercayaanmu itu? aku tidak akan memaksa setelah ini. Pilihanmu adalah tetap tetap maju, aku akan bantu. Atau pergi, dan jangan datang lagi.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
siela keledai
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Melawan Suamiku dan Selingkuhannya   We Can Do It!

    Devan yang mendengarnya merasa sangat menggebu sekali. Benar, seharusnya dia tidak membuat Siella berada di titik yang tidak seharusnya. Seharusnya dia adalah orang yang bisa diandalkan bagi Siella, dan juga menjadi orang yang bisa bersamanya setiap saat.Dengan penuh keberanian yang meski sudah terlambat ini, Devan tidak mau menyia-nyiakan kembali apa yang belum bisa ia lakukan. Apa pun hasilnya, ia akan menerima semua keputusan Siella.Devan segera mengendarai mobil dan menuju ke bandara, sesuai dengan apa yang dikatakan Bu Ina, bahwa Siella sebentar lagi akan pergi dari negara ini.Masih belum terlambat selama ia masih mau mencoba. Ia benar-benar berharap bahwa Siella belum pergi dari sana. Ia masih harus menebus hutang pertanggungjawaban kepada Siella.Di bandara, Devan benar-benar tidak tahu harus mencarinya kemana. Ia menelepon Siella berkali-kali, setelah sekian lama ia berusaha menghindari komunikasi dengannya. Ia tidak akan membuang masa lagi.‘Kumohon Siella…, angkat,’ batin

  • Melawan Suamiku dan Selingkuhannya   Hamil

    Siella yang mendengarnya langsung mematung tidak bisa berkata selama beberapa saat. Hamil? Dirinya ini hamil? Ia merasakan tangannya gemetar setelah mendengar ucapan dari Dokter barusan.“Aku akan memberikanmu vitamin untuk bayi dalam kandunganmu. Harus rajin diminum untuk calon bayinya ya?” seru dari sang Dokter yang kelihatan sangat senang.Sementara Siella masih belum bisa berkata apa-apa. Dia benar-benar tidak tahu harus merespon bagaimana kabar barusan. Antara tidak percaya, atau mungkin dirinya harus percaya dengan hal barusan.Perlahan ia memegangi perutnya, dan terus berpikir bahwa ini adalah mimpi saja. Ia masih belum bisa mencernanya dengan baik. Jadi, selama ini dirinya sudah hamil? Tapi ia sama sekali tidak sadar?“Apa suamimu ada? Apa yang di depan itu-““Bu- Bukan, na- nanti aku beritahu padanya,” Siella langsung menolak.Ia tidak tahu bagaimana Devan akan meresponnya. Siella hanya pernah berhubungan dengan Devan, jadi ia yakin kalau Devan adalah anak dari dalam kandunga

  • Melawan Suamiku dan Selingkuhannya   Im Done

    Siella merasa sepertinya memang masih ada yang mengganjal dari pihak Vano. Tetapi ia menolak bertemu, karena sejatinya, bagi Siella ini sudah berakhir sepenuhnya.Biarlah Vano harus berdamai dengan sendirinya dengan emosi yang juga masa lalu yang tidak ia bisa terima sama sekali. Tugas Siella sekarang ini benar-benar sudah tidak ada lagi. Ia kini sudah tidak boleh ikut campur lebih jauh.“Kamu merasa sedih?” tanya Devan kepadanya.“Entahlah. Padahal penyebab awalnya bukan aku. Tapi kenapa aku seperti dibuat mendapatkan semua karmanya?” Siella merasa tidak adil.Di dalam mobil suasana jadi sangat hening dan tidak ada yang memecah sama sekali. Sepertinya mereka berdua dalam kondisi perasaan yang sama-sama tidak nyaman sama sekali.Tetapi, entah kenapa Devan yang kala itu sedang menyetir tidak mengantarkan Siella pulang sebagai mana seharusnya. Dia malah berbelok ke Danau yang tidak jauh dari sana. Jelas sekali Siella terkejut.“H- Hei! Kita kemana?!” terkejut Siella.

  • Melawan Suamiku dan Selingkuhannya   Menegaskan pada Vano

    Devan sebenarnya setengah senang hati mendengar ucapan dari Siella yang memilih mengajaknya. Tetapi, tahu bahwa dia akan diajak menemui Vano, jelas membuat Devan merasa agak sedikit jengkel.Mereka kemudian pergi setelah berpamitan dengan Rifia. Sudah usai perasaan terpendam dan juga masalah internal yang jelas membuat mereka jadi seperti ini. sekarang semua sudah baik-baik saja di antara mereka berdua.Mereka pergi ke tempat Vano dengan mengendarai mobil. Rasanya sedikit gugup memikirkan bahwa dirinya akan menemui orang itu lagi. Padahal dia sudah bertekad yang waktu ini akan menjadi yang terakhir bagi dirinya itu.“Kamu takut dia akan melakukan hal buruk?” tanya Vano kepadanya.“Ah, tidak, hanya saja, aku kepikiran apa yang mungkin dia lakukan kalau melihatku lagi,” balas Siella.Devan yang melihat ke depan dengan tatapan kosong itu selama beberapa saat sempat tidak memberikan jawaban yang pasti. Perasaan jengkelnya lebih besar ketimbang perasaan khawatirnya.Ketika mereka sudah sam

  • Melawan Suamiku dan Selingkuhannya   Pengakuan Rifia

    Siella membawakan buah tangan untuk Rifia, dan juga sedikitnya susu ketika ia hendak mengunjungi Rifia. Bukan tanpa alasan. Anggap saja ini sebagai formalitas karena dirinya akan menengoki orang sakit. Jadi dia tidak mungkin datang dengan tangan kosong, kan?“Kamu sungguh tak apa mendatangi Rifia?” tanya Devan yang khawatir.Siella menganggukkan kepala, ia jelas tidak merasa masalah kalau memang begitu perlunya dirinya untuk saat ini. Ia sudah memantapkan diri untuk bertemu dengan Rifia, jadi tidak seharusnya ia membatalkannya.Ruangan Rifia benar-benar dijaga dengan sangat ketat. Mungkin karena dia sempat bersekutu dengan Vano, jadi dia juga mendapatkan label berbahaya dari pihak keamanan yang ada.Masuk ke dalam sana, Siella terus mengatur napas untuk bisa menenangkan dirinya. Ia akan menahan segala emosi yang ada, baik atau buruk pun akan dia coba bendung di dalam dirinya.Di dalam sana, ia melihar Rifia berbaring dengan perban di kepalanya. Entah apa yang dilakukan oleh Vano sampa

  • Melawan Suamiku dan Selingkuhannya   Menjaga Hubungan?

    Siella menikmati bagaiman Devan mengajaknya berkeliling, dan juga sesekali melihat berbagai binatang kecil yang tersedia di dekat sana. Devan tidak pernah melepas kamera di tangannya, dan selalu siaga untuk mengambil gambar untuk Siella.“Kamu tak mau aku foto juga?” Siella menawarkan diri.Devan yang sedang mencoba membidik gambar tersebut menurunkan kamera, dan melihat ke arah Siella. Dia tampak lebih bahagia daripada sebelum-sebelumnya.“Tidak apa. Aku tidak terlalu suka foto,” tolaknya dengan lembut sekali.Siella merasa agak terpukau mendengar jawabannya, rasanya seperti melihat orang yang berbeda, padahal baru kemari Devan sangat menyebalkan sekali. Tetapi, sekarang jauh berbeda, dia seperti menjadi orang lain yang belum pernah Siella lihat sebelumnya. Sungguh mengagetkan sekali.“Jarang-jarang kita bisa keluar begini, kamu serius tidak mau?” ucap Siella, lagi.Devan sekali lagi menolak sambil menggelengkan kepala dan tersenyum cukup tipis kepada dirinya ini. “Tenang, aku akan m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status