Sakit hati setelah memergoki Vano berselingkuh, Siella punya dendam besar untuk membuat Vano dan Selingkuhannya terpuruk sampai tanah. Sialnya, Siella harus bekerjasama dengan orang yang dia benci karena ia membutuhkan koneksi besar untuk memberantas dua hama itu. Rasanya naik turun Siella berusaha membalas sembari mematikan rasa cintanya pada Vano. Namun, mengingat makin lancangnya dua orang itu membuat Siella makin bertekad besar. Mata dibalas mata. Apa yang sudah dirinya bantu pada Vano akan ia tarik sampai ke titik terendahnya. Namun, apa mungkin balas dendamnya ini bisa berjalan mulus sesuai keinginannya? Atau malah menjadi pisau bermata dua yang akan melukai Siella
View More“Haha, kamu pintar sekali, mengirimnya untuk urusan bisnis selama seminggu, sampai kita berdua bisa berduaan begini.”
Kaki Siella yang melangkah hendak ke kamar setelah perjalanan jauh langsung berhenti seketika. Telinganya mendengar dengan jelas, bahwa barusan ia mendengar seorang wanita berbicara dari dalam kamarnya.
Meski tubuhnya terguncang setelah mendengarnya, perlahan Siella melangkah dan hendak melihat, siapa orang yang ada di dalam sana. Ia ingin tahu, meski ia juga tahu bahwa pasti sakitnya akan berkali-kali lipat.
Pintu yang kelihatan terbuka tersebut memberikannya celah mengintip. Kamarnya yang luas dan lampu yang menyala membuat Siella bisa melihat jelas, bahwa Vano sedang bersama wanita lain di dalam kamar mereka berdua.
Ia melangkah mundur, napasnya terasa sesak dan bahkan Siella nyaris merasa tidak bisa mengendalikan dirinya. Seluruh akal sehatnya seperti berhenti memikirkan apa yang sedang terjadi.
Air matanya langsung berlinang, tidak percaya atas apa yang sudah ia lihat dengan kedua matanya tersebut. PRYANGGG. Tak sengaja Siella menyenggol vas bunga yang ada di sebelahnya tersebut.
“Siapa di sana?” Suara Vano terdengar jelas setelah tawa mereka menghilang.
Dengan panik, Siella berlari dan langsung menuju pintu keluar tanpa mengeluarkan suara sama sekali. Ia benar-benar tidak mampu berkata. Ia sampai di luar rumahnya. Kakinya masih lemas, mengetahui bahwa sang suami berselingkuh.
“AKHHHHHH,” Siella berteriak setelah ia sadar bahwa rumahnya sudah jauh di belakang sana.
Tangisannya pecah dan bahkan ia mengumpat sebanyak yang ia bisa, sampai-sampai orang di sekitar sana melihatnya dengan tatapan keheranan dan terkejut.
“Dasar Vano brengsek! Aku sudah melakukan semua yang dia minta! Aku bahkan menerima upah lebih rendah dari pekerja lain! Dan ini balasannya?! SIALANNNN!!!!!” Teriak Siella dengan penuh emosi.
Ia yang sedang berjongkok tersebut dan sedang terisak menangis tersebut, mengambil ponselnya. Dengan tangan yang masih gemetar ia menelepon satu-satunya orang yang bisa mendatanginya saat ini.
(“Halo? Ada apa La?”)
Tak bisa membendung air matanya lagi, Siella menangis makin terisak, “Hua….., Hani……,” Tangisannya tiada hentinya sama sekali.
(“La? Ada apa? Kenapa kamu menangis? Kamu dimana sekarang?”) Sang sahabat terdengar panik setelah mendengar tangisan dari Siella.
Siella menyebutkan dimana posisinya. Dan langsung saja Hani mendatangi Siella yang menangis tidak karuan. Selama di mobil Hani, Siella lebih banyak menangis dan tidak menceritakan apa yang barusan dialami. Bahkan Hani tidak berani bertanya dulu.
Sampai di kediaman Hani, Siella diajak duduk di kamar tamu supaya dirinya bisa lebih tenang dan bisa memberitahukan apa yang sebenarnya terjadi.
“Ada apa, La? Bukannya kamu bilang baru pulang lusa? Kok sekarang sudah datang?” Hani menanyakan.
Bak bom yang sudah daritadi berusaha menahan diri, Siella mengungkapkan apa yang ia rasa secara mainstream sampai-sampai membuat Hani yang biasanya melihat Siella tenang, jadi panik seketika.
“Aku pulang dan melihat Vano sedang tidur dengan wanita lain! DIA MEMAKAI KAMAR KAMI! APA KAMU PIKIR DIA PUNYA AKAL SEHAT?! BAHKAN AKU YAKIN DIA TIDAK PUNYA HATI SAMA SEKALI!”
Jelas Hani terkejut mendengarnya. Isakan tangis yang makin keras, bahkan Siella sampai berteriak karena sudah tidak bisa menahan emosinya.
“AKU BAHKAN MENERIMA BAYARAN LEBIH KECIL KARENA AKU BEKERJA DI BAWAHNYA! AKU YANG MEMBUAT PERUSAHAANNYA MAJU DENGAN MENGENALKAN INVESTOR TERNAMA SUPAYA DIA PUNYA DANA! TAPI APA YANG AKU DAPAT. ARGHHHHHH.”
Siella mengamuk. Ia bahkan melempar gelas air yang ada di atas meja sampai pecah di dalam rumah Hani. Ia meraung mengutarakan perasaannya. Tidak terima atas apa yang sudah dilakukan suami bejatnya tersebut kepadanya.
Ia memegang rambutnya yang sudah acak-acakan, pikirannya benar-benar seperti sedang dalam mode darurat yang Siella sendiri tak bisa atur.
“Apa salahku? Apa kurangku? Aku tidak pernah melakukan hal buruk! Aku selalu menurut saat dia perintah. Tapi kenapa dia berselingkuh!”
Berkali-kali Siella memukul kepalanya, bahkan ia menjambak rambutnya sampai banyak helai yang patah. Hani yang tidak bisa melihat sahabatnya dalam kondisi tersebut, berusaha menenangkan dengan segera mendekat ke arahnya.
“Sudah, tenang Siella.”
Hani berusaha meraih tangan Siella supaya tidak menjambak rambutnya lagi, dan berhenti untuk memukuli kepalanya sendiri. Meski sempat melawan, Siella merasa lemas. Ia hanya bisa menangis terisak dengan dadanya yang sesak.
“Huaaaaa, huaaa…. Hiks…..,” Tangisannya makin menjadi setelah Hani memeluk dan berusaha menenangkannya.
Bayangan akan dimana dia melihat sang suami berselingkuh tersebut membuatnya tidak mampu berkata-kata. Semuanya benar-benar menjadi gila. Bahkan Siella jadi gila juga.
Butuh waktu lama untuk dirinya bisa menenangkan diri. Sampai wajahnya yang sudah acak adul tersebut benar-benar kelihatan menyeramkan. Siellan lebih banyak melamun. Apa yang harus dirinya lakukan? Apa dia masih bisa bertemu dengan Vano setelah semua ini?
Diliriknya sang sahabat yang sedang memijati tangannya tersebut. Dia pun merasa sedih juga, air mata Hani juga sempat mengalir meski dengan segera diusap oleh dirinya tersebut.
“Kamu jangan ikut menangis, kan aku yang diselingkuhi,” Suara lemah Siella mencoba membuat Hani sadar.
“Ah,” Hani spontan melihat Siella yang kelihatan berantakan tersebut, “bagaimana aku bisa tidak ikut menangis? Pria brengsek itu seharusnya memperlakukanmu dengan baik! Kalau bukan karena kamu, dia hanya pengusaha yang punya bisnis di lantai bawah tanah saja! Dasar pria brengsek!” umpatnya.
Entah kenapa, melihat Hani yang ikut marah tersebut, membuat Siella tertawa. Perasaannya terasa sedikit lega dan seperti baru saja melepaskan bebannya. Tapi hanya sesaat saja. Ia terus mengingat fakta bahwa suaminya tersebut sekarang ini berselingkuh.
Hani kemudian memperbaiki posisi duduk, dan melihat dengan tegas ke arah Siella dengan tatapan yang begitu serius dan tidak bisa terima akan apa yang menimpa Siella.
“Sekarang apa yang akan kamu lakukan setelah tahu Vano begini?” pertanyaan yang dilontarkan dengan sangat tegas sekali.
Cukup lama Siella diam berpikir akan jawaban yang bisa ia berikan kepada sahabatnya tersebut. Ia sendiri tidak tahu harus berkata apa lagi setelah apa yang dirinya alami saat ini.
“Mungkin…., aku akan bercerai,” ungkapnya.
“Jangan!” Hani melarangnya.
Dengan tatapan yang bingung dan jelas kaget, Siella melihat Hani yang tampak begitu bertekad menyahuti jawaban Siella barusan.
“Kenapa? Kamu senang melihatku terpuruk?” Siella sambil menunjuk dirinya sendiri, bertanya.
“Kamu jangan biarkan mereka bisa hidup bebas setelah menyakitimu begini. Mata harus dibalas dengan mata!” Hani benar-benar berkobar.
“Maksudnya?” Siella tidak mengerti.
Hani mendekat, kemudian dengan tatapan yang serius mengajak Siella berbicara ke arah obrolan yang lebih serius daripada sekarang ini.
“Dia sudah menghancurkan kepercayaanmu. Sekarang, kamu harus hancurkan apa yang juga berharga bagi Vano. Jangan biarkan dia hidup enak setelah kamu membantunya! Buat dia sengasara, dan menyesal selamanya!”
Saran dari Hani benar-benar masuk akal. Siella sudah dibuat jatuh, lalu kenapa dia harus jatuh sendirian? Dia bisa saja jatuh berdua. Atau lebih tepatnya, hancur bersama.
“Bagaimana caranya?”
Siella setelah mendengar ide brilian tersebut juga merasa terdorong untuk melakukan saran dari Hani. Dia benar-benar berbinar karena merasa antusias. Kobaran api dendamnya makin melebar ke dalam perasaannya.
“Ikut aku besok. Aku akan membuatmu menang melawan mereka!”
Devan yang mendengarnya merasa sangat menggebu sekali. Benar, seharusnya dia tidak membuat Siella berada di titik yang tidak seharusnya. Seharusnya dia adalah orang yang bisa diandalkan bagi Siella, dan juga menjadi orang yang bisa bersamanya setiap saat.Dengan penuh keberanian yang meski sudah terlambat ini, Devan tidak mau menyia-nyiakan kembali apa yang belum bisa ia lakukan. Apa pun hasilnya, ia akan menerima semua keputusan Siella.Devan segera mengendarai mobil dan menuju ke bandara, sesuai dengan apa yang dikatakan Bu Ina, bahwa Siella sebentar lagi akan pergi dari negara ini.Masih belum terlambat selama ia masih mau mencoba. Ia benar-benar berharap bahwa Siella belum pergi dari sana. Ia masih harus menebus hutang pertanggungjawaban kepada Siella.Di bandara, Devan benar-benar tidak tahu harus mencarinya kemana. Ia menelepon Siella berkali-kali, setelah sekian lama ia berusaha menghindari komunikasi dengannya. Ia tidak akan membuang masa lagi.‘Kumohon Siella…, angkat,’ batin
Siella yang mendengarnya langsung mematung tidak bisa berkata selama beberapa saat. Hamil? Dirinya ini hamil? Ia merasakan tangannya gemetar setelah mendengar ucapan dari Dokter barusan.“Aku akan memberikanmu vitamin untuk bayi dalam kandunganmu. Harus rajin diminum untuk calon bayinya ya?” seru dari sang Dokter yang kelihatan sangat senang.Sementara Siella masih belum bisa berkata apa-apa. Dia benar-benar tidak tahu harus merespon bagaimana kabar barusan. Antara tidak percaya, atau mungkin dirinya harus percaya dengan hal barusan.Perlahan ia memegangi perutnya, dan terus berpikir bahwa ini adalah mimpi saja. Ia masih belum bisa mencernanya dengan baik. Jadi, selama ini dirinya sudah hamil? Tapi ia sama sekali tidak sadar?“Apa suamimu ada? Apa yang di depan itu-““Bu- Bukan, na- nanti aku beritahu padanya,” Siella langsung menolak.Ia tidak tahu bagaimana Devan akan meresponnya. Siella hanya pernah berhubungan dengan Devan, jadi ia yakin kalau Devan adalah anak dari dalam kandunga
Siella merasa sepertinya memang masih ada yang mengganjal dari pihak Vano. Tetapi ia menolak bertemu, karena sejatinya, bagi Siella ini sudah berakhir sepenuhnya.Biarlah Vano harus berdamai dengan sendirinya dengan emosi yang juga masa lalu yang tidak ia bisa terima sama sekali. Tugas Siella sekarang ini benar-benar sudah tidak ada lagi. Ia kini sudah tidak boleh ikut campur lebih jauh.“Kamu merasa sedih?” tanya Devan kepadanya.“Entahlah. Padahal penyebab awalnya bukan aku. Tapi kenapa aku seperti dibuat mendapatkan semua karmanya?” Siella merasa tidak adil.Di dalam mobil suasana jadi sangat hening dan tidak ada yang memecah sama sekali. Sepertinya mereka berdua dalam kondisi perasaan yang sama-sama tidak nyaman sama sekali.Tetapi, entah kenapa Devan yang kala itu sedang menyetir tidak mengantarkan Siella pulang sebagai mana seharusnya. Dia malah berbelok ke Danau yang tidak jauh dari sana. Jelas sekali Siella terkejut.“H- Hei! Kita kemana?!” terkejut Siella.
Devan sebenarnya setengah senang hati mendengar ucapan dari Siella yang memilih mengajaknya. Tetapi, tahu bahwa dia akan diajak menemui Vano, jelas membuat Devan merasa agak sedikit jengkel.Mereka kemudian pergi setelah berpamitan dengan Rifia. Sudah usai perasaan terpendam dan juga masalah internal yang jelas membuat mereka jadi seperti ini. sekarang semua sudah baik-baik saja di antara mereka berdua.Mereka pergi ke tempat Vano dengan mengendarai mobil. Rasanya sedikit gugup memikirkan bahwa dirinya akan menemui orang itu lagi. Padahal dia sudah bertekad yang waktu ini akan menjadi yang terakhir bagi dirinya itu.“Kamu takut dia akan melakukan hal buruk?” tanya Vano kepadanya.“Ah, tidak, hanya saja, aku kepikiran apa yang mungkin dia lakukan kalau melihatku lagi,” balas Siella.Devan yang melihat ke depan dengan tatapan kosong itu selama beberapa saat sempat tidak memberikan jawaban yang pasti. Perasaan jengkelnya lebih besar ketimbang perasaan khawatirnya.Ketika mereka sudah sam
Siella membawakan buah tangan untuk Rifia, dan juga sedikitnya susu ketika ia hendak mengunjungi Rifia. Bukan tanpa alasan. Anggap saja ini sebagai formalitas karena dirinya akan menengoki orang sakit. Jadi dia tidak mungkin datang dengan tangan kosong, kan?“Kamu sungguh tak apa mendatangi Rifia?” tanya Devan yang khawatir.Siella menganggukkan kepala, ia jelas tidak merasa masalah kalau memang begitu perlunya dirinya untuk saat ini. Ia sudah memantapkan diri untuk bertemu dengan Rifia, jadi tidak seharusnya ia membatalkannya.Ruangan Rifia benar-benar dijaga dengan sangat ketat. Mungkin karena dia sempat bersekutu dengan Vano, jadi dia juga mendapatkan label berbahaya dari pihak keamanan yang ada.Masuk ke dalam sana, Siella terus mengatur napas untuk bisa menenangkan dirinya. Ia akan menahan segala emosi yang ada, baik atau buruk pun akan dia coba bendung di dalam dirinya.Di dalam sana, ia melihar Rifia berbaring dengan perban di kepalanya. Entah apa yang dilakukan oleh Vano sampa
Siella menikmati bagaiman Devan mengajaknya berkeliling, dan juga sesekali melihat berbagai binatang kecil yang tersedia di dekat sana. Devan tidak pernah melepas kamera di tangannya, dan selalu siaga untuk mengambil gambar untuk Siella.“Kamu tak mau aku foto juga?” Siella menawarkan diri.Devan yang sedang mencoba membidik gambar tersebut menurunkan kamera, dan melihat ke arah Siella. Dia tampak lebih bahagia daripada sebelum-sebelumnya.“Tidak apa. Aku tidak terlalu suka foto,” tolaknya dengan lembut sekali.Siella merasa agak terpukau mendengar jawabannya, rasanya seperti melihat orang yang berbeda, padahal baru kemari Devan sangat menyebalkan sekali. Tetapi, sekarang jauh berbeda, dia seperti menjadi orang lain yang belum pernah Siella lihat sebelumnya. Sungguh mengagetkan sekali.“Jarang-jarang kita bisa keluar begini, kamu serius tidak mau?” ucap Siella, lagi.Devan sekali lagi menolak sambil menggelengkan kepala dan tersenyum cukup tipis kepada dirinya ini. “Tenang, aku akan m
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments