Share

Bab 6

Author: Tansera
Seketika, seolah terdengar suara dengungan yang meledak di kepala Rena. Pikirannya kosong dan tubuhnya menjadi kaku.

Butuh waktu cukup lama sebelum dia mampu menggenggam ponselnya dengan tangan gemetar dan ingin segera menelepon seseorang. Namun begitu membuka daftar kontak, dia mendadak tidak tahu siapa yang harus dihubunginya.

Jeremy?

Laki-laki itu sudah tidak layak dipercaya.

Karena tidak ada penerbangan langsung ke Southville, Rena langsung memesan mobil daring, dilanjutkan dengan naik kereta cepat. Dia melakukan apa pun untuk bisa sampai di kota itu secepat mungkin. Dia tiba sekitar pukul lima sore.

Langit terlihat sangat mendung, seolah menyiratkan firasat buruk yang menggantung di udara. Tanpa berpikir panjang, Rena langsung menuju pemakaman tempat neneknya dimakamkan.

Saat tiba di sana, matanya langsung menangkap pemandangan yang membuat tubuhnya menggigil. Nadia sedang membungkuk di balik batu nisan neneknya dan mengangkat guci abu jenazah dari tempat persemayamannya.

Pikiran Rena kosong. Dia berteriak, "Jangan sentuh nenekku!"

Kemudian, dia berlari secepat mungkin ke arah sana. Nadia menoleh, senyumnya terlihat dingin dan menakutkan. Tepat satu detik sebelum tangan Rena menyentuh guci abu itu, Nadia melepaskannya.

Prang!

Guci abu jatuh menghantam tanah dengan keras dan pecah berkeping-keping. Rena langsung menjatuhkan diri ke tanah, tangannya panik meraup sisa abu yang bertebaran. Namun, angin dingin terus berembus. Abu itu terbang dan tersebar perlahan-lahan dari sela-sela jemarinya.

"Nenek ... Nenek!" Suara Rena pecah, tangisnya parau dan nyaris tak terdengar karena tersendat emosi.

Semua ini salahnya. Salah karena dulu dia begitu bodoh mencintai orang yang salah.

Namun, kenapa ... kenapa yang harus menerima hukuman malah neneknya? Kalau bisa memilih, lebih baik dirinya yang mati. Dirinya yang dikremasi dan dihamburkan ke tanah seperti ini!

Kenapa takdir harus mempertemukannya dengan Jeremy? Kenapa dia harus ikut pria itu ke Southville?

Dengan tubuh bergetar dan mata yang merah padam, Rena berdiri dan menatap Nadia dengan penuh kebencian. Lalu, dia menerjang maju. "Nadia! Kembalikan nenekku!"

Nadia tersentak kaget dan terjatuh ke tanah, tetapi sudut bibirnya tetap membawa senyum mengejek yang tipis. Sebelum tangan Rena sempat menyentuh wajahnya, pergelangan tangannya sudah dicekal kuat oleh seseorang.

Tangan itu menghentikan pukulannya. Pada akhirnya, tamparan itu tidak pernah sampai ke wajah Nadia.

Air mata Nadia mengalir saat dia berkata dengan suara lemah, "Jeremy! Tadi Rena tiba-tiba muncul, aku kaget .... Aku nggak sengaja menjatuhkan guci abunya, maaf ...."

Tanpa berpikir panjang, Jeremy langsung berkata, "Bukan salahmu, Nadia."

Dalam sekejap, dunia Rena runtuh. Rasa sakit yang terasa mengiris jiwa, seketika lenyap begitu saja. Dia menoleh menatap pria yang dulu sangat dia cintai dengan tatapan putus asa. "Lepaskan."

Jeremy menahan amarahnya dan berkata, "Rena, Nadia itu nggak sengaja ...."

Namun, Rena merasa muak. Dia tidak ingin lagi ada kontak sedikit pun dengannya. Dia mencoba melepaskan pergelangan tangannya dengan sekuat tenaga, tetapi genggaman Jeremy terlalu kuat. Rasanya seperti tulangnya akan patah.

Lalu, tanpa ragu, Rena menoleh dan menggigit lengan Jeremy dengan keras.

Jeremy tidak melawan, tetapi raut wajahnya berubah muram. "Rena, aku tahu kamu sangat sedih. Tapi Nadia juga nggak sengaja. Dia sudah minta maaf. Kamu mau bagaimana lagi?"

Gigitannya semakin dalam.

Tanpa sadar, air mata yang dikiranya telah kering, kembali mengalir di wajahnya.

Sementara itu, Jeremy terus memperhatikan Nadia dengan perhatian dan mencoba menenangkan Rena, "Aku sudah pesan makam baru untuk Nenek. Lokasinya lebih besar, lebih mewah. Rena, tolong jangan begini. Ayo, kita kumpulkan abu yang tersisa dan kuburkan kembali dengan layak, ya?"

Rena menatap Jeremy dalam-dalam selama beberapa detik. Kemudian, dia melepaskan gigitannya dan mundur selangkah besar, lalu berbalik untuk mengumpulkan sisa abu neneknya di tanah.

Saat Jeremy hendak membantu, dia mendorong tubuh pria itu dengan keras. "Aku nggak butuh bantuanmu!"

Seumur hidupnya, bahkan di kehidupan berikutnya, Rena tidak ingin melihat Jeremy lagi.

Jeremy mengernyit. "Rena, kamu ...."

Tiba-tiba, Nadia menoleh dan memuntahkan darah, wajahnya penuh ketakutan. "Jeremy ... aku ... apa aku akan mati sekarang?"

Jeremy segera berkata sambil terburu-buru, "Rena, aku antar Nadia ke rumah sakit dulu. Nanti aku balik lagi cari kamu!"

Tanpa menunggu jawaban, dia langsung berlari dan mengangkat Nadia, lalu cepat-cepat meninggalkan pemakaman.

Rena tidak memperhatikan mereka sedikit pun. Dia tetap berada di tempat, perlahan-lahan mengumpulkan sisa abu neneknya seorang diri. Bahkan batu nisan pun dia peluk dan bawa bersamanya.

Malam itu juga, dia membawa abu jenazah neneknya pulang ke kampung untuk dimakamkan kembali di tanah kelahiran sang nenek.

Dengan mata sembap dan wajah lelah, dia berlutut di depan makam yang baru selesai dibuat. "Nenek, tenang saja ya .... Aku akan benar-benar melupakan Jeremy dan menjalani hidupku dengan baik mulai sekarang."

Setelah itu, dia berdiri. Hari belum terang saat dia kembali berangkat menuju Southville.

Rena langsung menuju kediaman gurunya. Setelah Claude turun dari rumah, mereka naik mobil bersama menuju bandara.

Ponselnya bergetar di pangkuannya. Rena menunduk dan melihat layarnya. Pesan dari Jeremy.

[ Rena, malam ini aku bisa pulang. Semua hal yang terjadi akhir-akhir ini, itu salahku. Tapi aku punya alasan dan nanti malam aku akan jelaskan semuanya langsung padamu. Aku janji, aku akan berubah. Aku nggak akan mengulanginya lagi. ]

[ Aku sudah siapkan kejutan buat kamu. Kamu pasti senang begitu lihatnya. Tunggu aku di rumah, ya? ]

Claude melirik ke arahnya dan bertanya, "Rena, siapa yang kirim pesan?"

Rena tersenyum kecil, "Cuma pesan penipuan."

Dia lalu menghapus semua kontak Jeremy, memblokir semua akses komunikasi, dan mematikan ponsel.

Sambil menopang lengan gurunya, dia melangkah perlahan ke arah pintu masuk pemeriksaan bandara, tanpa menoleh ke belakang sedikit pun.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Melepas Cintaku Demi Cintamu   Bab 14

    "Aku boleh datang menemuimu? Kita bicara langsung bertatap muka," tanya Jeremy.Namun, Rena menolak, "Nggak perlu. Di mana pun tempatnya, jawabanku tetap sama."Jeremy belum menyerah. "Kalau begitu ... aku tunggu kamu pulang ke negara kita. Nanti aku akan mengejarmu lagi dari awal. Kali ini aku akan melakukannya dengan benar. Aku akan membuat seluruh kota ... nggak, seluruh negeri ini, bahkan seluruh dunia tahu kalau aku mencintaimu. Aku ingin ...."Rena menyela, "Maaf, Jeremy Hardez. Sekarang aku telah menemukan terlalu banyak hal bermakna dalam hidupku. Untuk sementara, aku nggak tertarik menjalin hubungan. Kita nggak perlu berhubungan lagi ke depannya."Begitu selesai mengucapkan kalimat itu, Rena langsung memutus sambungan telepon.Tanpa peduli Jeremy yang masih terus memanggil namanya di seberang sana. Di telinganya hanya tersisa suara tut ... tut ....Jeremy terdiam lama.Lalu tiba-tiba, dia memegangi dadanya dan akhirnya mengeluarkan jeritan pilu yang penuh derita. Rasa sakit it

  • Melepas Cintaku Demi Cintamu   Bab 13

    Meski perjalanan belajar ke luar negeri itu diprakarsai oleh sang guru, Claude sama sekali tidak menetapkan jadwal maupun rute tertentu. Ketika Claude menerima telepon darurat dari dalam negeri dan harus segera pulang, Rena masih ingin melanjutkan perjalanannya.Claude tidak menahannya, bahkan mendukung sepenuhnya.Sejak dulu, dia memang percaya bahwa seorang dokter harus banyak menemui pasien agar kemampuan medisnya semakin matang.Akhirnya, Rena pun tetap tinggal di luar negeri bersama dua rekan dokter lainnya yang juga memiliki bakat luar biasa. Mereka terus bepergian, mengobati lebih banyak pasien, sambil menikmati keindahan dunia yang luas dan beragam.Setelah menyaksikan luas dan agungnya alam semesta, serta betapa kecil dan berharganya kehidupan manusia, hati mereka perlahan menjadi semakin damai.Saat baru pergi ke luar negeri, meski sesekali memaksakan diri untuk tersenyum, ekspresi Rena tetap terlihat seperti sedang menangis. Sebagian besar waktu, dia hanya diam membisu.Namu

  • Melepas Cintaku Demi Cintamu   Bab 12

    Jeremy bekerja tanpa henti sepanjang hari, tidak makan ataupun tidur untuk menyelesaikan semua urusan pekerjaannya lalu segera menaiki pesawat.Namun setelah melewati berbagai rintangan dan akhirnya tiba di rumah sakit tempat Rena berada, dia malah tidak menemukan Rena.Bagai disambar petir, Jeremy menggeleng dengan kuat. "Nggak mungkin .... Rena nggak mungkin sudah meninggal! Nggak mungkin!" Dia mencengkeram orang di hadapannya dengan kekuatan yang luar biasa. "Ke mana dia?!"Orang itu menjelaskan, "Dokter Rena memang sedari awal hanya datang untuk membantu. Dia bukan bagian dari organisasi Dokter Lintas Batas. Dia pergi bersama gurunya, Pak Claude. Mereka bilang ingin lanjut ke tempat lain untuk mengobati pasien."Mendengar hal itu, Jeremy sempat menghela napas lega, tapi justru merasa semakin tegang. "Kamu tahu ke mana mereka pergi?"Orang itu menggeleng. Tidak tahu. Namun yang penting, Rena tidak mengalami kecelakaan. Dia masih hidup.Selama dia masih hidup, Jeremy tidak takut apa

  • Melepas Cintaku Demi Cintamu   Bab 11

    Setelah menghabiskan banyak uang dan melewati berbagai rintangan, akhirnya Jeremy berhasil mendapatkan kembali foto Rena.Dalam foto itu, Rena berada di sebuah rumah sakit dengan fasilitas seadanya. Dia mengenakan jas dokter berwarna putih, rambut panjangnya sudah dipotong menjadi sebahu. Penampilannya tampak bersih dan rapi, dengan sorot mata yang jernih dan tenang.Jeremy menatap wajah yang selalu dia rindukan itu dengan penuh kerinduan.Sejak kepergian Rena, hampir setiap malam dia bermimpi tentang wanita itu.Namun, mimpi itu selalu berulang pada hari di tempat pemakaman. Abu jenazah nenek Rena dihempaskan ke tanah oleh Nadia, dan dia malah memilih untuk berpihak pada Nadia.Tatapan mata Rena saat itu ....Tatapan itu terus menghantui Jeremy, membuatnya terbangun dari mimpi dengan jantung berdegup kencang. Karena dalam tatapan mata Rena saat itu, begitu jelas tergambar bahwa Rena sudah sepenuhnya kehilangan harapan terhadap dirinya.Setiap kali dia terbangun dari mimpi buruk itu, h

  • Melepas Cintaku Demi Cintamu   Bab 10

    Jeremy tahu, jika saat ini dia bisa segera memperbaiki semua kesalahannya, menggunakan ketulusan hati untuk menebus luka yang dia berikan pada Rena, membuat gadis itu melihat kesungguhan dan niat baiknya, maka masih ada kemungkinan Rena akan kembali padanya.Namun, jika anak yang dikandung Nadia sampai lahir ... kesempatannya akan hilang selamanya.Jeremy pun menyatakan sikapnya pada kedua orang tuanya, "Aku nggak menginginkan anak dari Nadia. Aku masih muda. Kalau ingin punya anak, kapan saja bisa."Namun, orang tuanya tidak semudah itu diyakinkan. "Kamu ingin Rena kembali, 'kan? Kamu hanya mau anak yang lahir dari dia. Tapi, gimana kalau hubungan kalian sudah nggak mungkin diperbaiki? Kalau dia nggak pernah kembali padamu, lalu bagaimana? Keluarga Hardez akan kehilangan penerus?"Ucapan "Rena tidak akan pernah kembali" itu seperti menghantam dada Jeremy dengan keras. Wajahnya langsung menunjukkan rasa sakit yang mendalam.Dia terdiam cukup lama. Lantaran tidak ingin lagi menutupi apa

  • Melepas Cintaku Demi Cintamu   Bab 9

    Di sisi lain, Rena bergabung dengan organisasi Dokter Lintas Batas bersama dosennya dan langsung menuju negara yang sedang dilanda perang. Di sana, peperangan terjadi di mana-mana dan korban luka berserakan di setiap sudut.Rumah sakit setempat sangat sederhana. Kekurangan tenaga medis dan obat-obatan sudah menjadi hal yang biasa.Ketika mereka tiba di rumah sakit, kebetulan baru saja terjadi kecelakaan beruntun akibat serangan bom. Ambulans terus berdatangan, membawa para korban yang harus segera diselamatkan. Karena jumlah ambulans tidak mencukupi, warga setempat bahkan menggotong korban di atas tandu seadanya menuju rumah sakit.Rena tidak sempat berpikir panjang. Dia langsung ikut bergabung dalam tim medis untuk menangani para pasien.Satu per satu nyawa mereka selamatkan. Ketika Rena akhirnya keluar dari ruang operasi dalam kondisi nyaris ambruk, sudah lebih dari sepuluh jam berlalu sejak kedatangannya.Kakinya terasa lemas dan nyaris gemetar. Lengannya begitu pegal hingga seperti

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status