Home / Romansa / Melihat Daisy / Bab 3: Perjalanan yang penuh makna

Share

Bab 3: Perjalanan yang penuh makna

last update Last Updated: 2025-09-21 21:59:59

Daisy memberi tahu Arya bahwa dia memiliki cuti pada minggu berikutnya. Mereka pun mulai merencanakan perjalanan mereka. Mereka memutuskan untuk ikut open trip, sehingga mereka tidak perlu mengurus semua persiapan sendiri dan juga akan lebih aman.

Arya dan Daisy setuju untuk bertemu di stasiun kereta. Arya datang lebih awal, memastikan semuanya berjalan lancar. Ia mengenakan jaket outdoor favoritnya, dan di dalam tasnya, ia membawa beberapa makanan ringan dan minuman ekstra. Ia tidak ingin Daisy merasa lelah atau kekurangan.

Saat Daisy datang, Arya langsung tersenyum. Daisy memakai hoodie berwarna abu-abu yang terlihat nyaman, tapi tetap terlihat menawan di mata Arya.

Meskipun mereka ikut dalam rombongan open trip, mereka berhasil mendapatkan tempat duduk bersebelahan di dalam gerbong kereta.

Perjalanan itu terasa sangat berbeda dari perjalanan Arya sebelumnya. Kali ini, ia tidak lagi sendirian. Di dalam gerbong yang ramai, mereka mengobrol santai. Mereka membicarakan tentang pekerjaan Daisy, dan Arya mendengarkan dengan sabar. Dia tidak lagi merasa kecewa atau terganggu oleh kesibukan Daisy. Sebaliknya, ia merasa bangga pada sosok Daisy yang gigih.

Ketika malam tiba, Daisy terlihat lelah dan ia pun tertidur. Ia bersandar di pundak Arya. Arya terdiam, jantungnya berdebar kencang. Momen ini adalah momen yang paling berharga baginya. Ia tidak ingin menggerakkan bahunya, takut membangunkan Daisy.

Kereta tiba di stasiun berikutnya. Perlahan, mata Daisy terbuka. Ia mengerjap, menyadari di mana ia berada. Ia mengangkat kepalanya dari pundak Arya, dan Arya merasakan kehangatan yang tadi ada perlahan menghilang. Daisy bersikap seolah-olah tidak ada yang terjadi. Ia tidak meminta maaf atau menunjukkan rasa malu.

"Sudah sampai mana kita?" tanya Daisy, suaranya serak.

Arya merasa sedikit kecewa, tapi ia mencoba menyembunyikan perasaannya. "Sebentar lagi sampai," jawabnya dengan senyum. "Kamu tidur nyenyak?"

Daisy mengangguk, lalu tersenyum. "Iya. Capek banget."

Seolah tidak ada yang terjadi, mereka kembali berbincang tentang pekerjaan dan keseharian. Arya berusaha menggali lebih dalam, tapi Daisy hanya menjawab dengan singkat. Arya menyadari bahwa mungkin Daisy hanya menganggapnya sebagai teman, tidak lebih. Meskipun begitu, ia tidak menyerah.

Setelah pendakian yang melelahkan namun penuh kebersamaan, mereka akhirnya tiba di area perkemahan. Kabut tipis dan udara dingin langsung menyambut. Rombongan open trip dengan cepat mulai mencari tempat yang ideal untuk mendirikan tenda. Arya dan Daisy terpaksa berpisah sejenak, karena tenda yang sudah ditentukan untuk mereka tidak bersebelahan. Arya berbagi tenda dengan beberapa pendaki laki-laki lain, sementara Daisy berada di tenda perempuan.

Meskipun jarak di antara mereka hanya beberapa meter, Arya merasa ada kekosongan. Momen kebersamaan yang intens selama perjalanan di kereta dan pendakian seolah terputus. Arya dengan cepat menyelesaikan tugasnya mendirikan tenda, dan matanya terus mencari-cari Daisy di antara kerumunan. Ia tidak ingin melewatkan satu detik pun.

Setelah tendanya berdiri kokoh, Arya merasa gelisah. Ia tidak bisa hanya duduk diam menunggu. Ia harus menemukan cara untuk menghabiskan waktu bersama Daisy lagi.

Ia tidak bisa menunggu. Setelah tendanya berdiri, ia langsung berjalan menuju tenda Daisy. Ia melihat Daisy sedang mengobrol dengan beberapa teman barunya, tapi begitu melihat Arya, senyumnya mengembang. Arya merasa lega.

"Daisy, mau ikut aku sebentar?" bisik Arya, agar tidak terdengar oleh rombongan yang lain. "Aku mau ajak kamu ke suatu tempat."

Daisy mengangguk. Tanpa banyak bicara, ia mengikuti Arya, menjauh dari keramaian tenda dan menuju ke suatu tempat yang agak tersembunyi. Mereka berjalan dalam diam, hanya suara napas yang teratur dan langkah kaki mereka yang memecah kesunyian.

Akhirnya, mereka sampai. Arya menyalakan senter, dan di bawah sinarnya, Daisy melihat ribuan bunga daisy putih yang tumbuh subur, bersinar di bawah cahaya rembulan. Pemandangan itu begitu indah, dan Daisy langsung tersenyum lebar.

"Ini dia," kata Arya. "Kebun bunga daisy di ketinggian. Aku mau ajak kamu ke sini."

Mata Daisy berbinar, bukan hanya karena keindahan bunga-bunga itu, tetapi juga karena kejutan yang Arya berikan. Ia berjongkok, mengamati bunga-bunga daisy yang bersinar lembut di bawah cahaya bulan. Senyumnya begitu lebar, begitu tulus, hingga membuat Arya merasa semua perjalanan dan penantiannya sebanding.

"Ini indah sekali," bisik Daisy, suaranya dipenuhi rasa takjub. "Aku tidak menyangka ada tempat seperti ini."

"Aku tahu," jawab Arya, matanya tak lepas dari Daisy. "Aku sengaja cari tahu di mana bunga-bunga ini tumbuh."

Saking bahagianya, Daisy memutar badannya dan berkata, "Boleh aku petik satu?"Arya terdiam sejenak. Ia tersenyum, lalu menggelengkan kepalanya. "Jangan," katanya. "Makanya aku bawa kamu ke sini. Kita tidak perlu memetiknya, cukup lihat saja. Bunga daisy itu lebih indah jika tetap di tempatnya."

Kata-kata Arya itu membuat Daisy terdiam. Ia menatap Arya dengan pandangan yang dalam, seolah baru pertama kali melihat sosoknya. Di tengah kebun bunga daisy itu, mereka duduk berdua. Keheningan menyelimuti mereka, tapi bukan keheningan yang canggung, melainkan keheningan yang penuh makna.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Melihat Daisy    Bab 11: Akhir dari sebuah kisah cinta

    Pagi itu, Daisy bangun dengan perasaan ringan. Ia mengingat kembali pertemuan manisnya dengan Arya semalam, dan senyumnya merekah. Ia mengambil ponselnya, yang sudah ia isi dayanya, untuk menghubungi Arya. Namun, sebelum ia sempat mengetik pesan, sebuah panggilan masuk. Nomor yang tidak dikenal."Halo?" ucap Daisy."Daisy... ini aku, Intan," jawab suara di seberang, terdengar serak."Intan? Ada apa? Kamu terdengar tidak baik-baik saja," tanya Daisy, nadanya cemas."Arya... dia... dia mengalami kecelakaan," ucap Intan, suaranya bergetar.Dunia Daisy terasa berputar. "Apa? Kecelakaan apa? Di mana dia sekarang?""Dia ditabrak mobil. Sekarang dia di rumah sakit. Lukanya serius... dia kritis," isak Intan.Ponsel Daisy jatuh dari tangannya. Kata-kata "kecelakaan" dan "kritis" bergaung di kepalanya. Ia tidak bisa bergerak. Ia tidak bisa bernapas.Sesaat yang lalu, ia masih memeluk Arya. Sesaat yang lalu, mereka masih tertawa. Dan sekarang...Tanpa membuang waktu lagi, Daisy mengenakan jaketn

  • Melihat Daisy    Bab 10: Kejadian di Tengah hari

    Rian tidak bisa tidur. Malam itu, bayangan Daisy yang tersenyum di atas motor Arya terus menghantuinya. Ia memutar-mutar ponselnya, melihat foto-foto Daisy di media sosial. Ia begitu terobsesi, hingga tidak bisa menerima kenyataan bahwa ada orang lain yang bisa membuat Daisy bahagia.Keesokan harinya, Rian memutuskan ia harus bertindak. Ia tidak bisa hanya duduk diam dan melihat kebahagiaan itu. Ia merasa Daisy adalah miliknya, dan ia berhak atas perhatian Daisy."Aku akan memberimu pelajaran," gumam Rian, menatap layar ponselnya.Ia mengambil kunci mobilnya dan pergi ke kantor maskapai. Ia tahu ada cara untuk mendapatkan informasi penerbangan Daisy.Ia menemukan bahwa Daisy akan pulang dari penerbangan subuh. Rian memutuskan untuk menunggunya di depan mes pramugari. dan ia akan memastikan bahwa Daisy tahu siapa yang benar-benar peduli padanya.Setelah berbicara dengan Intan, Arya merasa senang. Ia berjalan menyusuri jalan setapak, langkahnya ringan. Ia masih memikirkan Daisy, memimpi

  • Melihat Daisy    Bab 9: Ketegangan dimalam hari

    Arya berdiri terpaku di depan gerbang mes pramugari. Di depan mata Arya, yang ada hanya lorong sepi dengan beberapa mobil yang terparkir rapi. Ia merasa kecil, dipenuhi ketakutan. Ia menatap gedung tinggi itu, berharap, namun juga takut.Tiba-tiba, sebuah suara yang ia kenal memanggil namanya."Arya?"Arya menoleh. Jantungnya terasa seperti berhenti berdetak. Di belakangnya, berdiri Daisy, mengenakan pakaian kasual. Rambutnya diikat, wajahnya terlihat sedikit lelah, namun ia ada di sana, di hadapannya, utuh dan hidup.Arya tidak bisa berkata apa-apa. Air matanya langsung mengalir. Tanpa ragu, ia berlari ke arah Daisy dan memeluknya dengan erat. Ia mencium aroma tubuh Daisy, dan ia tahu ini bukan mimpi."Daisy... kamu... kamu baik-baik saja," bisik Arya, suaranya tercekat. "Aku melihat berita kecelakaan pesawat. Nomor ponselmu tidak aktif. Aku... aku takut."Daisy membalas pelukan Arya. "Aku baik-baik saja, Arya. Penerbanganku ditunda karena ada masalah teknis. Aku baru saja sampai di

  • Melihat Daisy    Bab 8: Kabar buruk yang menakutkan

    Setelah Arya menceritakan semuanya, Intan mencoba memberikan senyum terbaiknya. Ia mendengarkan Arya dengan saksama, mengangguk, dan bahkan sesekali tertawa saat Arya menceritakan kenangan manisnya dengan Daisy di minimarket. Namun, di dalam hatinya, sebuah badai sedang mengamuk."Aku senang kamu akhirnya bisa sebahagia ini, Arya," ucap Intan. "Kamu pantas mendapatkannya. Kamu sudah menunggu begitu lama."Arya menatapnya dengan penuh rasa terima kasih. "Terima kasih, Intan. Kamu satu-satunya orang yang mengerti perasaanku."Hati Intan terasa sakit mendengar kata-kata itu. Ia memang mengerti, bahkan lebih dari yang Arya tahu. Ia mengerti betapa besarnya cinta Arya pada Daisy, karena ia merasakan cinta yang sama besar pada Arya."Apa yang akan kamu lakukan sekarang?" tanya Intan, mencoba mengalihkan pembicaraan dari perasaannya."Aku akan menunggu Daisy menghubungiku lagi. Aku ingin kami bertemu lagi. Aku tidak akan membiarkan dia menghilang lagi," jawab Arya, tekadnya kuat."Bagus," ka

  • Melihat Daisy    Bab 7: Ancaman Baru

    Kembali ke Jakarta, kehidupan Arya kembali seperti semula. Namun, kini ia memiliki harapan. Arya memeriksa Instagram Daisy, dan benar saja, akunnya kembali aktif. Ia segera mengirim pesan, "Daisy, ini aku Arya." Setelah beberapa jam, Daisy membalas, meminta maaf karena baru melihat pesan. Sejak itu, komunikasi mereka semakin intens. Mereka saling bertukar cerita tentang kehidupan sehari-hari.Pada suatu hari, Arya memberanikan diri untuk mengajak Daisy bertemu. "Ada waktu luang untuk jalan atau makan?" tanyanya."Lusa aku ada waktu luang," jawab Daisy.Arya menjemput Daisy di mess pramugari di Tangerang. Namun, tanpa mereka sadari, ada seorang pria bernama Rian yang terobsesi pada Daisy, melihat mereka pergi berdua. Rian sangat cemburu, dan kecemburuannya memuncak. Ia adalah pria yang nekat dan gila, yang rela melakukan apapun untuk mendapatkan Daisy.Ketika Arya tiba di mess pramugari di Tangerang, Daisy sudah menunggunya di gerbang. Dia terlihat sangat cantik dengan pakaian kasual,

  • Melihat Daisy    Bab 6: Pertanyaan yang Berarti

    Arya berdiri di samping meja Daisy. Intan melihat dari kejauhan dengan cemas. Percakapan mereka tidak bisa tersembunyi dari telinga-telinga lain, tetapi hal itu tidak lagi penting bagi mereka. Dunia serasa lenyap, hanya menyisakan mereka berdua."Ke mana aja, Daisy? Kenapa tiba-tiba menghilang?" tanya Arya, suaranya bergetar. Kerinduan yang selama ini ia pendam kini bercampur dengan rasa sakit dan kelegaanDaisy menunduk, matanya memancarkan kesedihan yang mendalam, namun tidak ada air mata yang jatuh. "Maaf, Ar. Aku pergi karena harus rawat ibu yang sakit. Selama ini, aku nggak bisa kasih kabar ke kamu karena... aku fokus sama ibu."Arya terdiam, mencerna setiap kata. Selama ini, ia berpikir Daisy meninggalkannya begitu saja, tanpa alasan. Namun, kenyataan ini jauh lebih menyakitkan dan memilukan. "Aku... aku ngerti," ucapnya, suaranya kini lebih lembut.Daisy mengangkat wajahnya. Matanya penuh dengan kesedihan. "Ibu sekarang sudah enggak ada, Ar. Aku harus kerja buat adikku di kampu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status