Share

Gadis Manis

“Bisakah kau bekerja dengan baik?” tanya seorang wanita yang terlihat berumur cukup tua, pada seorang gadis yang merupakan karyawannya di toko kue miliknya itu.

“Maaf, aku tidak hati-hati.” Gadis itu menundukkan kepalanya, pasrah akan kemarahan bosnya. 

Beberapa jam yang lalu, ketika hendak mengantarkan pesanan pelanggannya, ia tak begitu memperhatikan jalan, hingga motor yang ia kendarai hampir menabrak mobil di depannya. Untung saja ia bisa menghindar, tetapi tetap saja dirinya harus oleng dan akhirnya terjatuh.

Kue milik pelanggan pun menjadi korban atas kecerobohannya. Akhirnya, ia harus kembali ke toko dan mengganti kue itu menggunakan uang miliknya. Namun, pelanggan sudah enggan menerima pesanan karena keterlambatannya.

Aldara—wanita pemilik toko kue— menghela napasnya perlahan. Walau bagaimana pun, gadis itu sudah lama bekerja di tempatnya dan selalu tekun melakukan pekerjaan. Ya, meskipun gadis itu sering ceroboh, tetapi Aldara sendiri sudah menganggapnya sebagai anak.

“Lain kali hati-hatilah. Untung motormu itu tidak rusak. Jika rusak, kau tak akan bisa mengantar pesanan lagi.”

Gadis bernama Melodyna Azzura itu mengangguk senang. Syukurlah untuk ke sekian kalinya ia masih dimaafkan oleh Aldara.

“Antarkan pesanan ini ke Perusahaan Big Zine!” perintah Aldara. Melody dengan antusias mengambil pesanan pelanggan tersebut dari tangan Aldara. 

“Baiklah.”

“Ingat, jangan sampai kau ceroboh lagi. Atau aku akan menjualmu sebagai ganti rugi,” ancam Aldara yang tentu saja hanya candaan.

“Ya, baiklah-baiklah. Tenang saja, aku akan mengantarkan kue ini dengan selamat.” Melody segera beranjak pergi begitu saja. Hubungan antar keduanya sudah cukup dekat, mengingat Melody yang bekerja di toko itu selama dua tahun lebih.

Melody menjalankan motornya, melewati jalan yang ramai untuk sampai ke tempat kue itu akan dikirim. 

Tak membutuhkan waktu lama, sekarang gadis itu sudah berada tepat di perusahaan Big Zine. Dahulu, ia sangat ingin bekerja di perusahaan seperti ini, tetapi sangat disayangkan ia hanya gadis lulusan SMA dan tak mempunyai kemampuan apa pun untuk sebuah perusahaan. Justru ia adalah gadis ceroboh yang sering melakukan kesalahan. Mana mungkin ada perusahaan sebesar ini yang mau menerima dirinya.

Melody hendak masuk ke dalam, tetapi ditahan oleh seorang satpam yang ada di sana.

“Maaf, ada keperluan apa?” tanya sang satpam.

“Oh, aku ingin mengantar pesanan ini untuk ....” Melody membaca nama pemesan di kotak kue tersebut. “Ah, Eric.”

“Eric ... maksud Anda Tuan Eric? Maaf, tapi Tuan Eric tidak lagi bekerja di perusahaan ini.”

“Apa Eric sudah dipecat baru-baru ini? Lalu dia meninggalkan pesanannya, begitu?” tanya Melody dengan nada sedihnya, seolah ikut prihatin atas hilangnya pekerjaan Eric.

“B-bukan, bukan seperti itu. Tuan Eric hanya ....”

“Itu milikku.” Leo datang dan langsung mengambil kotak kue itu dari tangan Melody, tanpa melihat siapa yang sekarang berada di hadapannya.

“Kau Eric?” tanya Melody.

Leo tak menjawab, ia sibuk memperhatikan kue itu, memastikan tak ada cacat sedikit pun.

“Sepertinya kau bukan Eric ....”

Leo yang sedari tadi sibuk dengan kuenya pun mengalihkan pandangannya pada Melody, gadis yang sedari tadi sangat berisik.

Untuk beberapa saat Leo terdiam. Memperhatikan setiap detail wajah dan penampilan gadis di depannya. Wajah berparas cantik dan polos dipadukan dengan rambut pendek dan poninya, membuat gadis itu terlihat begitu manis di mata Leo.

Tubuh mungil nan indah milik Melody juga mampu membuatnya terpana. Jujur saja, baru kali ini Leo bisa merasakan rasanya jatuh cinta pada pandangan pertama.

Pesona gadis di depannya itu sungguh kuat. Bagaimana bisa ia membuat seorang Leo Kin jatuh cinta secepat ini.

“Tunjukkan KTP-mu,” pinta Melody yang membuat Leo sadar dari lamunannya.

“Aku bukan Eric.”

“Kalau begitu ini bukan milikmu.” Melody menarik kue itu dari tangan Leo.

Leo tersenyum tipis, tatapannya tak lepas dari mata Melody. Sepertinya gadis itu berbeda, ia sama sekali tak menunjukkan ketertarikan pada wajah tampan milik Leo.

“Kalau begitu aku akan memberikannya pada Eric,” ucap Leo.

“Tidak perlu. Bisa saja kau malah mencuri kue ini. Jadi biarkan aku saja yang mengantarnya.”

“Lebih baik Anda berikan saja kue itu,” tutur satpam tadi pada Melody. Ia tahu betul bahwa kue itu memang milik Leo. Sedari dulu Leo selalu memesan apa pun menggunakan nama Eric, entah apa yang ada di pikiran pemimpinnya itu.

“Kau dengar? Sudah kubilang, itu milikku.”

“Ck, baiklah.” Melody memberikan kue itu pada Leo. Namun, pria itu tak kunjung mengambilnya, ia justru malah terus menatap Melody. Jika Leo mengambil kue itu sekarang, maka gadis manis di depannya akan langsung pergi, dan ia tak bisa mendapat informasi apa pun tentangnya.

“Ikut denganku.” Leo masuk ke dalam, diikuti oleh Melody. Melody berpikir mungkin saja pria itu ingin mengajaknya bertemu Eric, si pemesan kue.

Kedua insan itu sampai di ruangan Leo. Melody sekarang tidak mengerti mengapa ia harus di bawa ke ruangan itu, di sana bahkan tak ada siapa-siapa.

“Di mana Eric?” tanya Melody.

“Berhenti mengucapkan namanya. Aku bosan mendengar itu dari mulutmu.” Leo duduk di kursi kebanggaannya.

“Duduklah!” perintah Leo.

Melody menolak, ia tak bisa berlama-lama di sini. Ia harus mengambil pesanan lain di toko dan mengantarnya pada pelanggan.

“Berikan saja pesanan ini pada Eric. Aku sibuk.” Melody hendak melangkah keluar. Namun, Leo dengan cepat menahan lengan milik gadis itu. 

Sebelumnya Leo tak pernah seperti ini, ia tak pernah membiarkan dirinya mengejar seorang gadis. Justru para gadislah yang mengejarnya. Akan tetapi, entah mengapa pesona Melody yang manis mampu membuatnya jatuh.

“Katakan siapa namamu.”

Melody melepaskan genggaman tangan Leo pada lengannya.

“Untuk apa. Apa yang akan aku dapatkan jika memberitahumu?” 

“Apa yang kau inginkan, hm?”

“Aku ingin pulang.”

Melody pergi meninggalkan Leo di ruangannya begitu saja. 

Tertarik pada pria atau jatuh cinta adalah hal yang belum pernah Melody rasakan. Selama ini ia hanya sibuk bekerja untuk ibunya yang harus terus meminum obat, dan kadang pergi ke rumah sakit untuk memeriksa. Melody tak punya waktu untuk jatuh cinta. Itu hanya akan membuat hidupnya semakin rumit.

Pria bersurai hitam itu tersenyum tipis.

“Menarik,” tutur Leo. 

Leo kembali duduk di kursinya, dengan senyuman yang belum juga luntur. Sebelumnya Leo memang sudah beberapa kali menjalin hubungan.

Bahkan, bisa dikatakan jika ia sudah pro dalam bermain soal cinta. Namun, selama ini gadis-gadislah yang selalu mengungkapkan perasaan mereka lebih dulu. Kali ini sepertinya berbeda, Leo lah yang akan berjuang.

Pria itu meraih ponselnya, menghubungi salah satu orang di kontaknya.

“Cari informasi mengenai gadis pengantar kue dari toko Aldara Cake,” perintah Leo ketika seseorang di seberang sana mengangkat panggilan Leo.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status