BERSAMBUNG
“Permisi Om…sedekahnya Om, belum makan sejak tadi malam hingga saat ini, juga buat bibi cantik yang kurus dan agak terganggu otaknya!”Raymond yang sedang melamun kaget, saat seorang anak kecil perempuan seumuran anaknya Mamon sodorkan tangan padanya.Raymond menatap gadis kecil yang wajahnya kotor kena debu ini, bajunya juga ada yang sobek di bagian baju dan ujungnya, sendal-nya juga kotor dan menghitam.Bak bumi dan langit saja penampilannya saat ini di bandingkan dengan Raymond. Tapi pria yang sedang gabut ini malah penasaran dengan kata-kata si pengemis kecil ini.“Siapa bibi cantik kamu yang terganggu otaknya?” tanya Raymond sambil lepas kacamatanya dan menatap tajam wajahnya.“Om mau lihat, sini dyeeh ikutan Mona, tapi belikan dulu makanan, laper banget Om,” sahut si gadis kecil ini.“Boleh, ayo kita cari rumah makan, kamu boleh makan sepuasnya,” Raymond yang tadi jongkok kini berdiri lagi.Mona si gadis kecil ini dengan langkah riang langsung tunjuk sebuah restoran cepat saji,
“Indri, punya kamu kok selalu rapet, pakai ilmu apa sih?” pancing Raymond, sambil gulingkan tubuhnya ke sisi ‘kekasih gelapnya’ ini.Setelah lahar panasnya membanjir apem wangi dan mampu sedot singkong keras dan guede miliknya, hingga Raymond makin mabuk kepayang.“Hmm…sebenarnya, aku dapat jamu dari seseorang di Kalimantan Selatan, tapi ada efeknya,” sahut Indri sambil ngelap ke wanitaannya dengn tissue, lalu dengan nakalnya sodorkan ke mulut Raymond sambil terkekeh.Raymond tertawa saja dengan ulah nakal iparnya ini, tapi Indri kaget dan sesaa terpejam, saat buah melon-nya yang ujung berwarna pink kembali kena sedot vacum cleaner (mulut) Raymond.“Apa sih efeknya?” Raymond penasaran juga sambil peluk tubuh harum dan denok ini.“Selama aku konsumsi jamu itu, aku tak bisa hamil. So…kalau aku pingin punya anak dari kamu, aku harus steril dulu dari jamu khusus itu selama setahun dan nggak boleh ML….dueeeh setahun mana tahan sayang,” sahut Indri blak-blakan.“Jangan dulu dyeh hamil, aku
Raymond menunda pulang ke Kalteng, pagi-pagi tanpa membangunkan Rahma, dia berangkat ke kantor pusat Razak Group, pukul 7.30 pagi dia sudah berada di ruangan kerjanya.Baginya ke hilangan duit hingga 500 miliaran, awalnya tak masalah, karena Rahma istrinya. Tapi yang bikin dia curiga, kenapa Rahma tak ngomong sekaligus bikin dia makin penasaran, buat apa uang segitu banyak? Robert Ginting dan Manajer Keuangan langsung dia panggil, juga Desi sekretarisnya.Sang Dirut serta manejer keuangan ini ikutan kaget, saat tahu ada pengeluaran jumbo hingga 500 miliaran tanpa mereka ketahui, yang di lakukan sang istri CEO ini.“Hmm…mulai hari ini kita rubah, semua pengeluaran uang tak bisa di tarik, kalau tidak ada tanda tangan dariku, kalau kelak Rahma protes, bilang ini semua keputusan aku!” cetus Raymond, ketiga anak buahnya mengangguk dan bilang siap.Walaupun dalam hati bertanya – tanya, ada apa sampai sang CEO ini terlihat tak suka ‘istri sendiri’ menarik dana jumbo tersebut."Aneh...kayakn
“Ssstt...kamu diam-diam saja, segera siap-siap berangkat dengan Mamon ke Bandung, nanti akan di antar Mang Amir sopir keluarga kita dan di kawal Iman, pengawal pribadi Abang. Serahkan persoalan ini ke Abang, Insya Allah semua kelak akan terjawab misteri ini,” sahut Raymond, hingga adiknya tak mau menunda – nunda lagi.Dia juga ikut susun baju Mamon dan si keci ini iya—iya saja akan di ajak ‘liburan’ ke Bandung, dia masih terlalu kecil untuk paham dunia orang dewasa, beda dengan Gracia yang kini sudah 14 tahun usianya.Raymond kini mulai tenang, apalagi setelah dia menelpon ibunya dan minta adiknya dan Mamon d iawasi terus.Lilis dan suami keduanya dan juga adik-adik tirinya sudah Raymond belikan rumah mewah, yang berdampingan dengan rumah yang di tempati Gracia di Bandung.“Iya kamu juga hati-hati, ibu lupa bilang, kalau selama hidup, banyak yang iri dan dengki dengan kakek, nenek dan ayahmu itu. Agaknya setelah warisan itu menurun ke kamu, mereka kembali bikin ulah.”“Iya bun, aku ak
“Saat ibumu sakit keras itu, aku yang sudah berusia 20 tahunan sempat menjenguknya, dan dia bilang…pelakunya adalah mantan calon suaminya dan dua istri kakekmu. Mereka semua marah dan iri dengan nenekmu, kalau mantan calon suami nenekmu merasa di tipu, dan kedua istri kakekmu takut warisan di ambil nenek kamu itu, lalu jatuh ke kamu sebagai cucu satu-satunya kakekmu tersebut!”“Untung saja kakek saat sakit agaknya tahu itu semua, kemudian menjual semua aset perusahaan, lalu menyimpannya dalam bentuk bilyet giro..!” batin Raymond lagi menebak - nebak.Nenek Dayang Sumbi kini terlihat sedih, teringat saat-saat terakhir mendampingi bibinya tersebut, yang juga nenek Raymond.Lalu tanpa ragu Nenek Dayang Sumbi sebut dua nama yang bikin Raymond tidak kaget lagi, yakni Paman Balak dan Kakek Bulay.“Dua sahabat kakekmu itu sempat datang dan mengobati ibumu, namun usaha itu gagal! Pengirim santet itu sangat hebat dan akhirnya ibumu meninggal dunia dan pesan agar si Mante di nasehatin untuk tob
“Ray, kakekmu yang bernama Ali Akbar Razak aslinya keturunan Arab di Samudera Pasai, kakekmu itu seorang turunan ulama dan juga punya trah dengan kerajaan di Aceh sono.“Waduhhh…ulama, buyutnya malah kelakuan kayak setan, suka maksiat,” batin Raymond kontan malu hati.Nenek Iyang lanjutkan kisahnya…Saat remaja Ali Akbar suka merantau dan berdagang, akhirnya menetap di Bandung lalu kenal dengan pejabat-pejabat penting di republik ini di jaman itu, itulah yang jadi cikal bakal Ali Akbar Razak bikin sebuah perusahaan perminyakan.Makin berkibar lagi setelah kenal dengan bos plat merah bernama Ibnu Sutowo, yang memang sedang jaya-jayanya di jaman tersebut, setelah booming minyak dan gas, hingga bikin negeri penghasil minyak kaya raya, macam kerajaan di Timteng sono.Namun sukses di usaha, tak di imbangi dengan keluarga, 2X menikah, ke dua istrinya tersebut tak juga peroleh keturunan seperti yang diinginkan Ali Akbar Razak.Hingga suatu hari Ali Akbar meninjau sebuah SPBU miliknya dan saat