Share

Membalas Pengkhianatan Mantan Suamiku
Membalas Pengkhianatan Mantan Suamiku
Author: E. K

ISTRI GAK GUNA

Author: E. K
last update Last Updated: 2025-01-18 08:36:40

POV Khansa

“Kamu bisanya apa, sih? Jadi istri enggak guna banget! Boro-boro ada gunanya, nyenengin hati suami aja gak bisa!”

Aku tertunduk sedih saat mendengar perkataan pedas dari suamiku—Mas Adam. Tidak pernah sedikit saja ia mengeluarkan kata-kata baik untukku, yang bisa Mas Adam lakukan hanyalah meninggikan suaranya setiap kali berbicara denganku.

Perubahan drastis Mas Adam terjadi semenjak satu tahun terakhir ini, suamiku tidak lagi perhatian, sering marah-marah bahkan yang lebih parahnya aku tidak pernah dianggap istri lagi olehnya.

Aku tidak pernah tahu apa alasannya padahal, selama ini aku merasa tidak ada yang berubah dari diriku. Aku selalu melayaninya dengan sepenuh hati, menyiapkan kebutuhan kerjanya, menyiapkan kebutuhan perutnya lalu Kenapa ia bisa berubah?

“Kenapa kamu bicara seperti itu, Mas? Bukankah aku selalu melayanimu dengan baik. Kamu menjadi prioritas utamaku bahkan aku sampai melupakan kebutuhanku sendiri.”

“Kamu nanya? Kamu masih nanya, Mas Kenapa? Harusnya kamu mikir! Introspeksi diri apa kesalahanmu bukan malah balik nanya.”

Sungguh aku tidak akan tahu di mana letak kekurangan dan juga kesalahanku. Andai Mas Adam mau mengatakannya, mungkin aku akan berusaha untuk memperbaikinya. Menjadi istri yang diidamkan oleh Mas Adam. Hingga aku bisa menjadi istri yang Mas Adam sayang lagi seperti satu tahu dulu di awal pernikahan kami.

“Aku tidak akan pernah tahu jika Mas Adam tidak memberitahunya.”

“Sudahlah aku capek ngomong sama kamu. Kamu nggak pernah peka! Kamu gak pernah mau introspeksi diri. Wajar, sih. Kamu terlalu sibuk dengan karirmu!” setelah berkata seperti itu Mas Adam langsung pergi meninggalkan aku.

“Mas, Mas Adam tunggu! Katakan apa kesalahanku jangan pergi!”

“Mas! Mas Adam....!”

Mas Adam pergi begitu saja tanpa mau mendengarkan teriakanku yang meminta Mas Adam untuk mengatakan di mana letak kesalahan dan kekuranganku selama ini.

Pertengkaran ini sering terjadi tanpa sebab yang jelas, kadang saat mas Adam baru pulang kerja tiba-tiba dia marah. Ada kalanya saat dia sudah berkumpul dengan teman-temannya maka ketika pulang dia kembali marah-marah. Aku lelah, capek batin dan ragaku namun, meskipun aku sering di perlakukan secara tidak baik, tidak mengubah sedikit pun rasa baktiku kepadanya.

Saat bencana dalam rumah tangga datang aku selalu ingat pesan ibuku. Beliau pernah bilang ujian rumah tangga akan datang silih berganti. Dari mana saja datangnya entah dari suami, entah dari anak, dari mertua, kekurangan ekonomi bahkan dari tetangga pun bisa saja. Kita harus bisa menyikapinya dengan pikiran tenang tidak boleh menyikapinya dengan sebuah amarah.

Karena amarah bukanlah perbuatan terpuji untuk menyelesaikan masalah yang ada malah memperkeruh keadaan. Dan kini Tuhan menguji rumah tanggaku melalui suamiku, sebisanya aku bersabar menghadapi semua ini.

Aku yakin di setiap ujian yang Tuhan berikan kepadaku ada hikmah di baliknya. Aku yakin dari setiap ujiannya Tuhan berikan kepadaku ada sesuatu yang Allah siapkan untukku. Tentunya sesuatu yang indah.

Tuhan tidak akan memberikan beban atau ujian yang berat pada setiap hambanya. Akan ada porsinya masing-masing dan Tuhan tentunya akan memberikan porsi ujian sesuai kemampuan dan kesanggupan kita.

**

Hari ini pekerjaan di butik begitu banyak. Baik pesanan baju secara mendadak dan juga pesan jauh jauh hari. Namun, karena aku selalu ingin membuat Customer ku puas, membuat aku sering kerja lembur.

Di tengah tumpukan pesanan customer-ku tiba-tiba ponsel berdering. Tertera nama Bi Rum di layar pipih itu.

“Halo, assalamualaikum. Bi Rum ada apa?” tanyaku dari balik telepon.

[ “Wa’alaikum salam. Eh ... Nyah... itu non Salma...”]

Bi Rum bicara terdengar terbata-bata membuatku tak sabar apa yang sebenarnya ingin Bi Rum sampaikan.

“Kenapa dengan Salma Bi?" Tanyaku dengan tidak sabarsabara.

[“Non Salma demam, Nyonya.”]

“Apa?! Demam? Sejak kapan, Bi? Kenapa baru kasih tahu aku? Terus sudah dikasih obat penurun panas belum?” serentetan pertanyaan aku layangkan kepada Bi Rum. Dan Bi Rum hanya menjawab dengan jawaban yang singkat.

[“Belum, Nyonya.”]

“Ya Allah..., tolong Bi, kasih obat penurun panas dulu. Sekarang aku siap-siap pulang. Titip Salma.”

Mendengar Salma demam aku memutuskan untuk segera pulang daripada terjadi sesuatu hal yang tidak aku inginkan.

[“Non Salma rewel, gak mau minum obat. Cuma Non Salma panggil Nyonya terus.”]

“Ayahnya ada?"

[“Tuan belum pulang.”]

Aku memijat pelipisku yang tiba-tiba terasa pusing, Mas Adam selain sering marah-marah dan tidak pedulikan aku Ia juga sering pulang larut malam. Ini sukses membuat jarak antara aku dan Mas Adam semakin jauh.

“Astagfirullahaladiim, Ya, udah Bi, pokoknya aku titip Salma. Tolong jaga dan kontrol suhu tubuhnya jangan sampai dia kejang.”

“Baik Nyonya.”

Sambungan telepon pun terputus aku mendesah pelan. Kenapa di tengah-tengah kesibukanku, anakku—Salma malah demam. Dengan terpaksa aku tunda pekerjaanku biarlah besok aku lanjutkan lagi. Lagian hari memang sudah semakin larut saja.

Suasana di jalanan begitu gelap oleh hujan yang turun begitu derasnya. Sehingga jarak pandang hanya terlihat beberapa meter saja ditambah mataku yang memang sudah minus membuat jarak pada semakin terbatas.

Mobilku berhenti tepat di lampu merah perasaanku semakin tidak menentu saja. Andai aku bisa berteleportasi ingin rasanya detik ini juga aku sampai di rumah. Aku tidak ingin pulang terlambat, Salma—anakku mempunyai riwayat kejang membuat aku selalu khawatir saat mendengar dia demam. Ditambah di rumah hanya ada anakku dan Bi Rum berdua, sedangkan suamiku seperti biasa dia belum pulang.

Di tengah kecemasan itu secara tidak sengaja aku melihat sesosok bayangan suamiku, eh bukan! Bukan bayangan melainkan orang itu memang suamiku. Di derasnya hujan itu aku bisa melihat jelas suamiku sedang bersama seorang wanita cantik. Wanita itu tengah bergelayutan manja di lengan suamiku. Sesekali aku melihat wanita itu memberikan kecupan singkat di pipi Mas Adam lebih parahnya Mas Adam pun membalas kecupan wanita itu.

Sungguh ini sangat menjijikkan. Rasanya hatiku sakit melihat pemandangan itu, denganku saja Mas Adam tak pernah memperlakukanku dengan sangat manja. Bahkan saking jarang aku lupa kapan terakhir kali kami bermesraan seperti dulu.

Lampu merah kini sudah berubah hijau itu artinya mobilku harus segera laju jika tidak mobil yang ada di belakangku pasti akan marah-marah karena mobilku menghalangi jalannya. Andai saat ini anakku senang tidak sakit akan aku pasti mengikuti ke mana perginya suamiku dengan wanita cantik itu. Jadi, apakah ini alasan suamiku berubah? Karena memiliki Wanita idaman lain? Sungguh sakit!

Sepanjang perjalanan pulang pikiranku terus saja pada suamiku, begitu banyak pertanyaan di benak ini. Sejak kapan dan dengan siapa suamiku melakukan perbuatan menjijikan ini? Namun sekilas aku seperti mengenali sosok wanita yang bersama Suamiku itu namun, aku lupa pernah bertemu di mana dengan wanita itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Membalas Pengkhianatan Mantan Suamiku    Hari Pernikahan

    Senang rasanya dia mau menerimaku sebagai suaminya. Meskipun belum ada cinta di hatinya tapi dia sudah mau menerimaku saja suatu kemajuan yang luar biasa. Aku berjanji akan selalu membuat dia bahagia. Aku akan mengutamakan dia dan anaknya. Saat aku hendak membeli cincin nikah, hal yang tidak terduga malah terjadi. Tiba-tiba Adam datang dan memaksa Khansa untuk ikut bersamanya. Aku sebagai calon suaminya tentu tidak rela hingga terjadi adu mulut. Sebagai seorang pria merasa malu atas sikap Adam. Dulu dia tanpa perasaan membuang Khansa, sekarang setelah hubungan mereka pisah terus mengganggu' bahkan kekeh ingin rujuk kembali. Khansa pasti pusing jika harus dihadapkan dengan pria semacam Adam. Oleh karena itu, Khansa memberikan satu kesempatan Adam untuk bicara dengannya. Aku tidak tahu apa yang ingin mereka bahas. Aku duduk sedikit menjauh, aku hanya bisa memperhatikan mereka tanpa tahu apa yang mereka bicarakan. Gatal! rasanya gatal ingin menghajarnya. Semakin lama, aku jus

  • Membalas Pengkhianatan Mantan Suamiku    MENIKAHLAH DENGANKU (2)

    Setelah Adam pergi, aku langsung teringat pada Khansa dan Salma. Mereka pasti ketakutan. Begitu pikirku. Lalu aku langsung mengetuk kaca mobil Khansa, aku mengintip dari balik kaca mobil yang hitam itu, aku bisa melihatnya walaupun tidak jelas. Khansa tertunduk, seraya memeluk Khansa. Aku kembali menggedor kaca mobil meminta ia untuk keluar. Khansa menengok ke arah kaca mobil, lalu ia langsung membuka pintu mobil. Dia terdiam seraya matanya memerah. Ia lalu keluar dari dalam mobilnya. "Kenapa kamu di sini? Kenapa kamu selalu ada untukku?" ujarnya, aku tahu dia sedih dan ketakutan. "Aku sudah bilang, akan selalu ada untukmu. Apa pun yang terjadi, akulah orang pertama yang akan hadir membantu," jawabku. Ia lalu terdiam. "Ayo keluar! Kita pulang naik mobilku," ujarku lagi, aku tidak mau di menyetir sendiri dalam keadaan ketakutan seperti ini "Aku bisa pulang sendiri. Terima kasih atas bantuannya. Dan tolong jangan terlalu baik padaku," katanya membuat aku mengerutkan kening,

  • Membalas Pengkhianatan Mantan Suamiku    MENIKAHLAH DENGANKU

    Hubungan kami semakin dekat, meski belum ada tanda-tanda jika Khansa sudah menerimaku . Tapi setidaknya ada kemajuan dalam interaksi kami. Kami jadi tidak kaku lagi. Bahkan kami sudah seperti saling mengenal sejak lama. Wajar sih, kami akrab baru dua hari ini. Tidak mudah pasti bagi Khansa untuk kembali membuka hati apalagi dia menjadi korban keegoisan suaminya. Hari ini entah kenapa ingin rasanya menemui Khansa dan anaknya Salma. Apa rindu? Bisa jadi. Sebelum ke rumah Khansa aku memutuskan untuk membeli sesuatu, semisal makanan? Barang? Atau apa? Aku malah bertanya-tanya sendiri pada diriku. Aku belum pernah berpengalaman dekat dengan wanita, jadi tidak tahu apa yang sekiranya cocok dibawa ketika berkunjung ke rumah crush. Pusing memikirkannya, akhirnya aku tidak membawa apapun. Aku hanya membawa keberanian semata. Ketika sampai di rumah Khansa, aku begitu terkejut. Melihat Khansa yang tengah khawatir. Dan ternyata penyebabnya adalah Salma demam. Aku berusaha untuk membantu

  • Membalas Pengkhianatan Mantan Suamiku    BERI AKU KESEMPATAN

    Orang tua Khansa menelponku, beliau bilang aku harus ke Surabaya karena beliau sudah membuat janji dengan Khansa. Janji untuk mempertemukan kami. Karena kejadian itu pula, kejadian di mana Khansa akan dilecehkan oleh mantan suami yang menyebabkan Khansa memutuskan untuk secepatnya pindah ke Surabaya. Mendengar berita mendadak ini tentu membuat aku terkejut. Kenapa orang tua Khansa tidak memberikan aku waktu untuk bersiap diri? Setidaknya aku bisa mengumpulkan kekuatan untuk bertemu dan bertatap muka dengan Khansa. "aku belum siap

  • Membalas Pengkhianatan Mantan Suamiku    APAKAH WAKTUNYA SUDAH TIBA?

    Sepertinya, Tuhan benar-benar akan segera menjawab keinginanku. Apa mungkin Tuhan benar-benar tahu jika perasaan cinta untuk Khansa itu tulus? Perasaan cinta yang kumiliki bukan sekadar perasaan cinta, tapi ini jauh melebihi kisah cinta Laila majnun. Aku akan melakukan apapun untuk wanita yang aku cintai termasuk menunggunya, sampai Tuhan berkata "Waktu kalian untuk bersama sudah tiba" Dan tepat hari ini, aku mendengar berita perceraian Khansa. Sungguh ini berita paling bahagia bagiku, setidaknya satu penghalang untuk mendapatkan Khansa tidak ada. Singkat cerita, aku belum punya keberanian untuk bertindak. Masih ragu dan bingung bagaimana cara memulai untuk mendekatinya. Jika aku mendekatinya secara langsung tidak mungkin kan? Atau mungkin berpura-pura saling bertabrakan lalu saling minta maaf lalu selanjutnya hubungan semakin dekat? Ah tidak! Aku tidak mau cara itu. Terlalu dramatis. Lalu tiba-tiba aku dengar berita dari ibu, akan ada jamuan makan malam untuk semua kolega b

  • Membalas Pengkhianatan Mantan Suamiku    AKU TIDAK BISA!

    Hari-hari yang aku lihat tentang kehidupan Khansa hanyalah kesedihan semata. Oh Tuhan! Kenapa di dunia ini ada wanita sesabar ini? Kenapa ada wanita yang rela bertahan hidup dengan pria yang jelas-jelas membuat dirinya menderita? Aku rasanya ingin membawa kabur Khansa. Tapi ibunya tetap bilang tunggu sampai Khansa menyerah sendiri. Jika sampai detik ini Khansa masih bertahan itu artinya Khansa masih sanggup menjalani problematik rumah tangga. Yang bisa aku lakukan sekarang hanyalah membantunya sebisaku, jangan sampai Khansa merasa kesulitan. Karena Adam sama sekali tidak pernah ada membantu dikala Khansa kesulitan. Khansa benar-benar melakukan seorang diri. Tepat dua tahun pernikahan mereka, dan selama itu pula aku masih setia menunggu Khansa dan masih setia mengawasi Khansa, melindunginya tanpa dia ketahui. orang tua Khansa sudah berulangkali memintaku untuk menyerah, untuk melupakan Khansa. Tapi, aku tidak bisa. Apalagi tahu bagaimana dia diperlakukan oleh suaminya. "Nak,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status