Share

Bab 4-Batal Memecat

Aku dan Mas Adam bersamaan memandang ke arah Nira yang saat ini menunduk. Tampaknya ia tidak berani mengangkat kepalanya untuk menatap kami.

"Mbak Nira ngga boleh pergi dari sini. Cleo sayang Mbak Nira," ucap Cleo yang tiba-tiba datang dari arah dapur. Sepertinya putera bungsu kami itu pun juga mendengar perdebatan yang sempat terjadi antara aku dan Mas Adam.

Cleo memeluk Nira. Wajah anakku itu terlihat sedih melepas kepergian Babysitter barunya yang belum ada 24 jam bekerja disini.

Tapi mau bagaimana lagi, aku tetap tidak menyukainya. Sangat pantang bagiku jika orang asing memasuki kamarku.

"Cleo," panggilku dengan lembut. Aku berjongkok dan membentangkan kedua tanganku ke arah Cleo, untuk memanggilnya dalam pelukanku. Namun, si bungsuku itu tetap memeluk Nira.

"Mbak Nira mau ambil cuti," kataku kepada Cleo. Sengaja ku perhalus, agar anak-anak tidak mengetahui problem yang sebenarnya.

Cleo menggeleng dengan kuat. "Nggak boleh. Mbak Nira baru nemenin Cleo kemarin. Masa mau ambil cuti aja." Bibirnya mengerucut kedepan. Sudah pasti si bungsuku itu sedang merajuk.

Aku menatap Mas Adam. Mencoba mencari jawaban lewat tatapan matanya ke arahku. Mas Adam membalasnya, namun dengan wajah yang datar. "Terserah kamu. Kan kamu yang mau jadi kepala keluarga dirumah ini. Buatlah keputusan sesukamu!" Begitu ucap Mas Adam kepadaku. Setelah itu, suamiku itu melangkahkan kaki keluar rumah untuk mengantar Xabi ke sekolahnya.

Aku berdiri dan menghembuskan napas sembari memijat-mijat keningku. Berusaha untuk mencari jalan keluarnya. Keinginanku tentu tidak ingin gadis belia bernama Nira itu bekerja disini. Namun, tampaknya si bungsuku sudah menyukainya. Sehingga Cleo terus menahannya dan tidak akan mau melepas Nira begitu saja. Aku sungguh sangat mengenal bagaimana putraku itu. Keinginannya memang harus selalu dituruti. Jika tidak, ia bisa demam berhari-hari. Terlebih lagi, Cleo adalah tipe anak yang sulit beradaptasi dengan Babysitternya. Sudah banyak yang mengundurkan diri sendiri karena susah membujuk Cleo. Berbeda dengan Nira, belum ada 24 jam ia sudah disukai Cleo.

"Mama, Mbak Nira tetep disini ya jagain Cleo," kata Cleo dengan mimik muka sedih.

Aku sungguh tak bisa berkata-kata lagi selain mengangguk dan tersenyum ke arahnya.

"Bantu Cleo untuk persiapan les pianonya nanti, Nira. Setelah itu kamu temui saya dimeja makan," kataku pada Nira.

"M-mmaf, Bu. Hari ini Cleo nggak ada jadwal les pianoy. Tapi les renang." Nira membenarkan ucapanku.

"Iya, Ma. Adek les renang sama miss Tere." Cleo menambahi.

Astaga, aku sampai tidak tahu jadwal kegiatan anakku sendiri. Padahal aku ibunya. Sedangkan Nira yang belum lama disini saja sudah hapal.

Aku menjawab dengan sedikit gagap. "O-oh. Ya sudah bantu Cleo untuk persiapan les pianonya."

Kemudian aku berjalan ke arah dapur untuk melanjutkan sarapanku.

Saat ini aku merasakan dilema. Antara ingin memecat Nira atau mempertahankannya. Sebenarnya aku was-was dan takut setelah kejadian ia memasuki kamarku dengan lancang. Takutnya suamiku akan tergoda dengan kemolekan tubuhnya. Aku akui, Nira gadis muda yang cantik. Tapi sepertinya karena dia berasal dari latar belakang keluarga yang tidak mampu secara ekonomi, hal itu yang menjadi faktor Mas Adam kasihan padanya dan menerimanya bekerja sebagai Babysitter Cleo. Aku tahu mas Adam adalah tipe orang yang mudah luluh ketika melihat keluarga yang ekonominya lemah.

"M-maaf, Bu. Saya sudah siap membantu Cleo untuk bersiap-siap les renang hari ini." Suara Nira menyadarkanku dari lamunan.

Aku menoleh ke belakang. Ia sudah berdiri disana masih dengan kepala yang menunduk.

Aku mempersilahkannya duduk didepanku. "Duduk disitu."

Saat ini kami duduk berhadapan.

"Saya belum tahu tentang kamu lebih detail. Boleh perkenalkan diri dulu ke saya?" pintaku.

Nira mengangguk. "Tentu boleh, Bu."

Ia sejenak terdiam. Berdehem terlebih dulu sebelum memperkenalkan dirinya.

"Nama saya Livia Danira. Biasa disapa Nira, Bu. Saya anak pertama dari empat bersaudara. Saya tinggal hanya dengan ibu saya yang sudah lama mengidap penyakit lumpuh. Saya sebagai tulang punggung keluarga membiayainya dan juga ketiga adik saya yang masih bersekolah," ucapnya memperkenalkan diri kepadaku.

Ia kembali bersuara. "Bapak sudah lama meninggal. Sekitar 3 tahun yang lalu. Sejak itu, Ibu pun jatuh sakit dan saya yang mengambil alih untuk mencari pundi-pundi rupiah demi bertahan hidup."

Aku tetap diam. Membiarkan gadis yang tengah duduk dihadapanku ini menyelesaikan kalimatnya.

"Saya sudah memiliki beragam pengalaman bekerja, Bu. Mulai dari menjadi pembantu rumah tangga, tukang sapu jalanan, cleaning sevice, dan kerja serabutan lainnya," imbuh Nira.

"Terus, kenapa kamu milih kerja menjadi Babysitter? Kamu masih muda. Kamu cantik juga. Kenapa nggak coba pekerjaan yang mudah dengan gaji tinggi? Seperti karyawan kantoran gitu," kataku dengan masih memandangnya. Baru kusadari ternyata wajah Nira masih terlihat polos dan lugu. Bisa ku tebak usianya masih sangat belia. Mungkin sekitar 17 atau 20 tahun.

"Saya sudah mencoba untuk melamar pekerjaan karyawan dikantoran, Bu. Tapi ijazah saya hanya lulusan SMP. Nggak memenuhi persyaratan," jawabnya dengan sopan.

Aku melipatkan kedua tanganku diatas dada. Latar belakang keluarganya cukup membuat hatiku tersentuh. Karena aku juga bukan berasal dari keluarga kaya. Sewaktu aku masih muda, aku juga mencoba pekerjaan apapun sama seperti Nira. Pertimbanganku untuk memecatnya bekerjapun luntur. Ditambah lagi dukungan Cleo, si bungsuku yang sudah menyukainya.

"Oke. Kamu nggak jadi saya pecat," ucapku. Ku lihat ia mengangkat wajahnya dengan sumringah.

"Tapi..." tambahku ingin memberikan beberapa persyaratan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status