Cemburu? Tidak. Raya tidak cemburu. Dia hanya berat di posisi ini. Andai saja bukan karena permintaan terakhir ayahnya, dia enggan menikah dengan Kai. Seorang pria, anak tunggal Pak Hartawan Prabaswara, seorang menteri yang kepadanyalah ayah Raya mengabdi selama puluhan tahun lamanya, bahkan sebelum pria itu terjun di dunia politik.
Raya dan Kai sudah saling mengenal sejak kecil. Bahkan saat SD mereka terbilang akrab karena sering bertemu di sekolah. Ketika lulus SD, Kai pindah ke Singapura bersama ayah dan ibunya karena urusan bisnis di sana. Ayah Raya yang menjabat sebagai asisten pribadi Pak Hartawan tentu saja ikut bosnya dan meninggalkan anak dan istrinya di Indonesia dan hanya dikunjungi tiga kali dalam satu tahun. Setelah itu Raya dan Kai pernah beberapa kali bertemu saat Pak Hartawan dan keluarganya pulang ke Indonesia, namun tidak seakrab dulu tentunya. Hingga akhirnya delapan tahun yang lalu, mertuanya itu pulang ke negara ini karena mendapat panggilan dari presiden untuk diangkat menjadi menteri di kabinetnya. Pak Hartawan orang yang baik. Kehidupannya nyaris sempurna andai anak tunggalnya, Kai, adalah anak penurut yang bisa membanggakan ke dua orang tuanya. Namun, bukan kehidupan namanya kalau tidak memiliki dua sisi. Nyatanya kehidupan sempurna Pak Hartawan itu diimbangi pula dengan anaknya yang pembangkang. Kai dikuliahkan oleh Pak Hartawan hingga ke Inggris agar bisa melanjutkan bisnis tekstil miliknya. Namun harapannya musnah saat Kai di sana hanya bermain-main saja hingga ia berhenti kuliah dan akhirnya pulang ke Indonesia dan memilih berkarir menjadi seorang aktor dan kebetulan Kai sangat cocok di bidang ini. Namanya cepat populer, entah karena ketampanannya atau memang bakat aktingnya yang luar biasa. Profesi itu memang diinginkan oleh banyak orang karena menghasilkan banyak uang, tetapi tidak dengan Pak Hartawan yang tidak suka dengan bidang entertainment. Menurutnya profesi Kai itu hanya profesi tidak bermartabat dan sangat mempertaruhkan harga diri sendiri dan keluarga. Berkali-kali Pak Hartawan meminta Kai berhenti dari pekerjaannya, namun bukannya memenuhinya Kai makin menjadi-jadi. Beberapa kali ia membuat skandal yang mati-matian berusaha ditutupi ayahnya agar tidak mencuat ke publik. Hingga akhirnya terbersit ide Pak Hartawan untuk mencarikan isteri untuk anaknya yang sekiranya mungkin bisa membuat anaknya berubah menjadi lebih baik. Rayalah gadis pilihannya. Anak perempuan dari asisten pribadinya itu telah ia kenal dari sejak kecil, pribadinya baik, cantik, dan bisa mengimbangi keluarga mereka dari tata krama dan sopan santun. Tidak ada yang lebih pantas dari Raya untuk bisa dijadikannya menantu. Permintaan itu tak kuasa ditolak oleh Pak Aswin, ayahnya Raya. Meski tahu kelakuan buruk anak laki-laki bosnya itu, namun Pak Hartawan menjamin kalau Raya akan diperlakukan dengan baik di keluarganya. Pria itu berkata hanya Rayalah yang mungkin bisa mengubah Kai, hanya anak perempuannyalah yang paling pantas menjadi menantu Pak Hartawan. “Tolong, Aswin. Aku percaya padamu, kesetiaanmu, ketulusanmu, aku tahu semua itu kau turunkan juga pada putrimu. Biarkan Raya jadi menantuku. Aku akan menganggap dia seperti putriku sendiri. Tolong!” begitu kata Pak Hartawan pada Aswin. Sama dengan ayahnya yang tidak mampu menolak permintaan Pak Hartawan, Raya pun sama tidak mampu menolak permintaan ayahnya kepadanya. “Ayah meminta tolong padamu, meski nanti mungkin kau mendapat kesulitan mendampingi Kai, tapi ayah tahu sebenarnya Kai anak yang baik. Kau pasti bisa membuatnya berubah dan jatuh cinta padamu. Pak Hartawan juga akan menjagamu dan menganggap kamu seperti anak perempuannya sendiri. Ini permintaan terakhir ayah padamu, tidak akan ada lagi permintaan apa pun dari ayahmu ini,” kata Pak Aswin waktu itu. Raya adalah orang yang tegas pada apa yang dia inginkan dan apa yang tidak dia inginkan. Jika dia ingin ya, dia akan berkata ya, dan jika tidak maka dia akan tegas berkata tidak. Tetapi itu tidak berlaku jika orang tuanya yang memintanya. Permintaan itu berat untuk Raya penuhi, tetapi bukan berarti dia tidak bisa meski harus memaksakan diri. Hingga dua tahun lalu terjadilah pernikahan antara dia dan Kai. Bak sebuah firasat, apa yang dikatakan oleh ayahnya, bahwa itu adalah permintaan terakhir sang ayah Raya, tepat satu minggu setelah pernikahan megahnya dengan Kai, Pak Aswin meninggal dunia dalam kecelakaan mobil saat perjalanan pulang dari rumah Pak Hartawan menuju rumahnya. Raya menghela napas dalam saat mengingat semua itu. Hanya itu yang membuat dia bertahan dalam pernikahan ini. Permintaan terakhir sang ayah ini mungkin tak bisa ia penuhi hingga seumur hidupnya, tapi tunggu setidaknya dua tahun lagi hingga masa jabatan Pak Hartawan selesai, Raya akan menyelesaikan pernikahan ini. Dia yakin ayahnya di alam baka sana akan mengerti keputusannya, bahwa dia tidak bisa berlama-lama dalam pernikahan yang menyiksa ini, tapi Raya tahu kalau ayahnya akan sedih jika karir Pak Hartawan hancur hanya karena skandal yang dilakukan oleh putranya sendiri. Itu sebab Raya harus menjaga reputasi suami dan mertuanya itu saat ini. Hanya sementara, sebentar lagi, Ray … Bersabarlah! *** “Itu Kai! Itu Kai! Ayo kita ke sana!” Begitu keluar dari lobby apartemen, beberapa wartawan segera menyongsong kedatangan Raya dan Kai. Nampak Kai yang sedang merangkul istrinya terlihat begitu terkejut didatangi secara bergerombol oleh para wartawan itu. Sepintar itu memang dia berakting. Padahal dia sudah tahu dari Raya kalau banyak wartawan di bawah sedang menunggunya. “Eits!! Ada apa ini? Kenapa ramai-ramai begini, Kawan-kawan? Santai, Bro! Santai!” ucapnya ketika para wartawan itu mulai menjejalinya dengan banyak microphone maupun recorder. “Kai! Apa benar kamu berselingkuh dengan Veronica Castaro, lawan main anda sendiri?” tanya seorang wartawan wanita. “Apa benar gosip yang beredar itu bahwa pernikahanmu dengan Raya Baskara hanya pernikahan terpaksa?” “Istri anda menjemput anda ke sini, apa kemungkinan dia sudah tahu tentang hubungan anda dengan Veronica Castaro? Tolong dijawab Kai!” Kai menatap Raya yang dibalas tatap kembali oleh istrinya itu. "Pernikahan terpaksa?" gumam Kai sembari menyunggingkan sebelah sudut bibirnya. "Ya, banyak gosip beredar yang mengatakan kalau kamu dan Raya Baskara sebenarnya hanya menikah karena terpaksa, apa tanggapan kamu terhadap berita ini, Kai?" tanya salah seorang wartawan itu lagi. Kai manggut-manggut sembari melihat ke arah Raya lagi dengan pandangan menelisik. "Ya, itu benar," jawab Kai singkat. "Haaa?!!" Seketika semua orang yang ada di sana menganga dan tak menyangka akan mendapat jawaban itu dari Kai. "Benarkah? Kai? Jadi gosip tentang pernikahan kalian yang didasari keterpaksaan itu benar?" tanya wartawan lainnya lagi masih tak percaya setelah sempat beberapa detik terlihat shock mendengar jawaban Kai. "Siapa di antara kalian yang merasa terpaksa menjalani pernikahan ini?" Kini semakin banyak wartawan yang menyodorkan alat perekam mereka ke arah Kai dan Raya. *** Bersambung...“Aku nggak setuju kamu pergi. Kalaupun memang kamu harus pergi, aku harus ikut!” tuntut Vero lagi.Kai geleng-geleng kepala sambil menatap Vero tak habis pikir. Semakin lama Veronica semakin keras kepala berbeda dengan sifat yang dia tunjukkan di awal-awal mereka pacaran dulu.“Ver, semakin lama semakin nggak ngerti sama kamu. Kamu tahu sendiri kita itu terlibat dalam skandal. Dan Pak Abhi sudah menyuruh kita untuk saling menjauh dulu selama beberapa waktu ke depan. Dan lagi bagaimana ceritanya kamu mau ikut sementara ada mama sama papaku di situ. Kamu mikir donk!” tandas Kai.“Pokoknya aku nggak mau tahu, Kai. Kamu nggak boleh pergi! Kalau memang kamu capek karena syuting ya liburan aja di rumah nggak perlu ada acara ke luar kota segala kan?” Kai menghela nafas panjang. “Dengar, Ver. Kami ke Bali sekalian menghadiri undangan nikahan anak pak wakil presiden. Gimana ceritanya nggak datang? Dan kamu nggak usah mikir yang aneh-aneh ya! Aku dan Raya nggak bakal melakukan sesuatu sepert
Raya sengaja baru keluar dari kamarnya agak siangan, walaupun dia telah bangun dari sejak subuh tadi. Wanita itu enggan keluar kamar karena malas jika harus bertemu dengan Kai. Raya baru keluar setelah ia memastikan Kai sudah keluar dari rumah. Entah itu untuk syuting atau bertemu dengan Vero Raya sama sekali tidak peduli. Dia jenuh selalu terlibat konflik dengan Kai. Saat hendak turun ke bawah untuk sarapan, ponselnya berdering. Raya memutuskan untuk membawa ponsel itu turun sekalian mengangkat panggilan telepon yang rupanya berasal dari Daniel itu.“[Baru bangun?]” tanya Daniel yang bisa mendengar dengan jelas suara parau Raya. “Umm, iya,” jawab Raya berdusta.Raya tidak ingin Daniel tahu suara parau yang didengar oleh sahabatnya itu berasal dari sisa ia menangis tadi malam. Ya, dia memang sempat menangis dan meratapi nasibnya yang selalu diperlakukan oleh Kai semena-mena. Namun rupanya Daniel tidak begitu saja percaya. Dia curiga sepeninggalannya pergi tadi malam, pasangan su
“Kai!!” protes Raya tak terima kan sikap Kai yang dia pikir tidak sopan itu.“Kenapa, Sayang? Apa yang aku bilang benar kan? Ini sudah jam 10.00 malam dan kamu baru pulang? Kamu bahkan nggak pamit ke aku mau pergi ke mana. Tau nggak, dari tadi aku nungguin kamu pulang?!” balas Kai tak kalah sengit. “Yang nyuruh kamu nungguin aku siapa? Terus apa katamu? Pamit? Nggak sal …”“Ray, sudah!” sela Daniel menengahi pertengkaran pasutri yang ada di depan nya itu. Raya mendengus kesal. Hampir saja dia menunjukkan di depan Daniel bagaimana hubungannya yang sebenarnya dengan Kai. “Aku nggak apa-apa, kok. Benar Apa kata Kai, harusnya kita sudah sedari tadi pulang. Kai, maaf. Aku harusnya minta izin ke kamu dulu sebelum membawa Raya pergi ke acara pernikahan guru SMA kami,” ucap Daniel memohon maaf pada Kai.“Bagus kalau kamu ngerti,” jawab Kai sinis.Daniel mengangguk. Ia merasa masih perlu memberikan sedikit penjelasan lagi alasan keterlambatan mereka pulang hingga malam seperti ini.“Sebena
“Udah ya, Ver. Aku sebenarnya lagi buru-buru nih. Tadi Mama suruh aku Jangan lama-lama karena harus mampir di apotik ini juga untuk beli obatnya Papa,” kata Kai beralasan.“Ah, itu mah alasan kamu aja itu. Kok aku merasa akhir-akhir ini kamu suka menghindar dari aku ya? Kamu nggak sedang ada perempuan lain di hati kamu kan?” tuduh Vero.“Duh, Ver. Kamu jangan suka mengada-ngada. Perempuan lain apa sih? Siapa?”“Raya misalnya?” Vero semakin memicingkan matanya. Kai geleng-geleng kepala. Sebenarnya sudah sejak lama Kai merasa kurang nyaman dengan sikap posesif Vero yang satu ini. Dan dia selalu kewalahan untuk memberi pengertian kepada kekasihnya itu.“Satu-satunya perempuan di hati aku cuma aku. Sudahlah, jangan drama! Kalau kamu merasa akhir-akhir ini aku agak sedikit menjauh, ya karena memang aku agak menjaga jarak saja dengan kamu. Itu untuk kebaikan kita berdua, kebaikan semua pihak. Aku rindu situasi kondusif tanpa banyak konflik, Ver. Tolong kamu bersabar. Ini nggak akan lama,”
Selama hampir setengah jam Kai berada di ruangan Abhi Seta, untuk membicarakan rencana perjalanan bulan madu Kai Raya yang akan disponsori sutradara itu.“Jadi gitu ya, Kai. Nanti di Bali, akan ada tim yang akan memotret kemesraan antara kamu dan Raya. Pokoknya kita ambil foto seromantis mungkin. Jika memungkinkan kita setting tempat di tempat-tempat yang intim seperti ranjang atau kolam renang dengan kamu dan Raya beradegan yang sedikit hotlah … paham-paham aja ya kan? Selain itu ya terserah kamu sama Raya akan menghabiskan waktu di Bali seperti apa,” kata Abhi.“Siip …siip! Pahamlah, masa nggak? Jadi gitu aja ya, Pak? Soalnya saya masih harus pulang ke rumah ini. Ada bini yang nungguin di rumah ini,” kata Kai sekalian berpamitan.“Wah, buru-buru amat. Tumbeen … Jadi curiga saya ini soalnya kamu hari ini tampak beda Kai, berenergi. Apa ada kabar baik?” tanya Abhi kepo.“Ah, perasaan bapak saja. Sudah ah, saya pergi Pak. Yuuuk …”Kai setelah berjabat tangan dan bertos-ria dengan Abhi
“Kai, bukannya hari ini lo nggak ada jadwal syuting?” “Mau ketemu, Pak Abhi gue,” jawab Kai enteng.Vero yang sedang take video, mengikuti. Kai dengan ekor matanya. Bisa-bisanya sekarang Kai muncul di lokasi syuting padahal ketika ia datang ke rumah kekasihnya itu, Kai sama sekali tidak mau keluar menemui. Tunggu saja sampai ia selesai dengan scene ini, Vero akan menginterogasi pria itu. “Vero, kamu yang konsentrasi biar kita cepat istirahat!” seru Abhi Seta sambil oleh ke arah lirikan mata Kai.“Ma-maaf, Pak. Aku akan lebih serius lagi,” ucap Vero.“Kai kelihatannya ceria banget hari ini. Kelihatan segar banget, Kai. Dapat jatah double di rumah ya?” goda salah satu kru padanya.Kai hanya cengengesan mendengar godaan kru itu padanya.“Ya, donk! Masa nggak. Hehehe,” kekehnya.Spontan Vero langsung menoleh dengan tatapan mata memicing penuh amarah. Di saat yang sama, Kai pun melihat ke arah Vero nggak pandang mata mereka bertemu. Kai langsung menjauhkan pandangannya ke arah lain dan i