Share

Bab 3 Penolakan

Author: Jackie Boyz
last update Last Updated: 2025-05-27 19:38:47

Ketika mengambil tasnya dan bersiap meninggalkan kediaman, Bram berniat memeriksa kamar Adinda. Dan dia menemuka kertas yang tadi dia berikan pada Vira di tempat sampah dalam kamar Adinda.

"Sungguh keras kepala!" Gerutunya sambil mendengus kesal.

***

Vira dan Adinda sudah berangkat ke sekolah bersama. Vira bekerja di sekolah Adinda sebagai seorang guru honorer. Dan hari ini Vira mengisi kelas siang, sementara Adinda juga masuk kelas siang.

"Mbak makasih ya sudah dibolehin nebeng!" Seru Adinda sambil memeluk pinggang Vira yang kini memboncengnya di atas motor.

"Iya, biasa saja Din, lagian kita juga menuju ke sekolah yang sama," jawabnya.

Saat motor Vira tiba di halaman sekolah, Vira segera berhenti lantaran Adinda akan turun di sana.

"Nanti sore aku dijemput Papa, Mbak nggak perlu antar aku pulang," ujar Dinda pada Vira. Usai berkata demikian Adinda langsung melambaikan tangannya sambil berlalu pergi menuju ke gedung.

Vira hanya mengangguk sambil tersenyum lalu membawa motornya menuju ke area parkiran.

***

Adinda sudah tiba di kelasnya. Dua gadis segera pergi menghampiri Adinda.

"Din, aku dengar kamu sudah bertunangan? Memangnya pertunangan jaman nenek moyang masih berlaku di era modern ini?" Tanya Nurul teman sekelas Adinda.

Adinda hanya mengukir senyum lalu membawa tasnya ke bangku. Nurul dan Rika mengekor Adinda untuk mendengar jawaban dari teman sekelasnya tersebut.

"Masih, aku contohnya!" Jawab Adinda sambil meringis menunjuk wajahnya sendiri dengan tatapan penuh canda tawa, tak lama kemudian disusul pecahnya tawa tiga gadis jelita tersebut.

"Ganteng nggak? Katanya cowok asal Surabaya?" Tanya Rika sambil membungkuk memeluk bahu Dinda.

Dinda menggelengkan kepalanya.

"Nggak tahu, belum pernah ketemu sama Mas Renal, iya katanya Mama dia asal Surabaya. Pemilik perusahaan apa gitu, aku sendiri kurang tahu."

Ketiga gadis itu larut dalam obrolan hingga seorang guru masuk ke dalam kelas untuk memberikan materi.

***

Di sisi lain, Vira tengah mengajar di dalam kelas. Vira terlihat serius dalam memberikan ulasan di depan para murid SMA tersebut.

Kebanyakan dari seluruh murid di kelasnya, hanya para murid laki-laki yang tidak bisa berhenti untuk terus menatap sosok wanita berparas ayu tersebut. Selain memberikan les privat untuk Adinda, sebenarnya Vira juga memberikan les pada beberapa murid lainnya. Dari Adinda ada sepuluh murid lainnya. Tiga dari mereka minta les pribadi dan diberikan di rumah masing-masing para murid tujuh murid sisanya, meminta diberikan les di rumah Vira.

Tiga murid itu adalah Mia, Andi, dan, Agus.

Malam nanti Vira juga memilki jadwal untuk pergi memberikan les.

Usai memberikan tugas untuk dikerjakan Vira merasakan ponsel di dalam saku bajunya bergetar. Vira segera duduk di kursi guru, lalu mengeluarkan ponsel tersebut.

"Nomor baru? Siapa?" Gumam Vira dengan kening mengernyit dan dia langsung meletakkan ponselnya di meja tanpa ada niat untuk menerima panggilan atau sekedar mencari tahu siapa yang tengah menghubunginya.

Vira berdiri dari kursinya lalu berjalan menuju ke arah bangku para murid untuk melihat apakah murid-murid di dalam kelasnya bisa mengerjakan soal-soal yang dia berikan dengan baik.

Semua murid terlihat antusias menunggu Vira pergi menghampiri meja mereka. Selama ini Vira termasuk guru idola di sekolahan tersebut. Tidak hanya masih muda dan cantik, Vira juga berhasil membuat siswa-siswi di kelasnya untuk bersemangat dalam mengikuti pelajarannya.

Tahun ini Vira sudah mendaftar untuk menjadi pegawai tetap dia akan mengikuti ujian negara untuk seleksi tiga bulan lagi.

Harapan Vira ke depan, Vira bisa memiliki pekerjaan tetap dan gaji tetap sehingga kedua orangtuanya merasa bangga pada putri mereka satu-satunya.

Vira tidak pernah berpikir akan terlibat dan tersandung dalam hubungan rumit dengan seorang pria manapun. Tapi sepertinya harapan hanyalah tinggal harapan, nyatanya Bram sudah berhasil menikmati tubuhnya dan merenggut kegadisannya tanpa usaha keras.

Hubungan badan tanpa perasaan, hubungan badan tanpa cinta atau tanpa keinginan, dan Vira berharap dia hanya sekali saja terperosok ke dalam jalan berlubang yang seharusnya tidak dia tempuh hingga dia tidak akan terpuruk di akhir tujuan!

Lalu bagaimana dengan Bram? Benarkah Bram hanya ingin bermain-main belaka dengan Vira? Apakah Bram tidak pernah ada keinginan untuk menanggung akibat dari perbuatannya dan tujuannya menodai Vira hanya demi melabuhkan hasratnya semata? Vira sama sekali tidak tahu perasaan yang tersimpan di dalam hati seseorang. Vira hanya berpikir Bram pasti akan melupakan kejadian itu seiring berjalannya waktu.

Hari ini Vira hanya mengajar selama satu jam. Memang hanya satu kelas yang harus dia isi hari ini di sekolahan tersebut.

Karena pekerjaannya sudah selesai, Vira ingin langsung pulang ke rumah. Selangkangannya juga masih sakit karena ulah Bram pagi tadi. Kesucian yang seharusnya dia berikan pada pria yang meminangnya suatu hari nanti sudah hilang direnggut suami kakak sepupunya sendiri. Ketika teringat tentang hal itu Vira masa hatinya telah patah dan enggan membina hubungan serius dengan pria manapun. Vira tidak ingin mengecewakan pria yang tulus mencintainya. Jika awalnya Vira memilih membujang karena ingin terus berkarir kini keinginannya untuk tetap sendiri menjadi lebih kuat lagi lantaran kesuciannya yang telah hilang!

Siang itu Vira berniat pergi ke area parkiran untuk mengambil motornya. Vira tidak mengira Bram akan datang ke sekolah lebih awal untuk menjemput Adinda.

Dari posisinya berdiri saat ini Vira bisa melihat sosok Bram dengan baju rapi sedang merokok sambil berjalan menuju ke arahnya.

Vira menelan ludahnya sendiri, dia takut jika dirinya bakalan jadi bahan gunjingan oleh semua orang. Apalagi pilihannya menjomblo bakalan disangkutpautkan dengan kedatangan Bram. Bisa-bisa semua orang berpikir Bram lah alasan kenapa Vira masih menjomblo hingga sekarang!

"Om! Ngapain ke sini?!" Tanya Vira dengan tatapan tidak senang.

Melihat Bram berjalan mendekatinya Vira buru-buru berjalan ke area parkiran di mana motornya berada.

Bram mengukir senyum nakal dan jahil. Jelas sekali pria itu berniat menggoda dan mengganggunya.

Bram mengekornya dan langsung mencekal pergelangan tangan Vira tepat ketika Vira hendak mengenakan helmnya.

"Om, lepas! Ini sekolahan!"

"Aku juga tahu ini sekolahan bukan mall, atau .... Hotel!" Jawabnya dengan begitu santai.

Bram membungkuk lalu mendekatkan wajahnya berhenti tepat di depan wajah Vira. Bram menatap kedua mata Vira lekat-lekat lalu bertanya tanpa melepas genggaman tangannya pada pergelangan tangan Vira.

"Kenapa tidak menerima teleponku?"

Vira membelalakkan matanya, dia tidak tahu apa maksud pertanyaan Bram barusan.

"Apa maksudnya?" Tanya Vira dengan kening mengernyit heran. Karena tidak ingin menjadi pusat perhatian di sekolah Adinda, Bram segera melepaskan genggaman tangannya dari pergelangan tangan Vira lalu mengeluarkan ponselnya dan menunjukkannya pada Vira.

"Periksa sendiri!" Perintah Bram sambil meletakkannya di atas telapak tangan Vira.

Bram mengambil sebatang rokok lalu menyulutnya kembali sambil menunggu Vira. Tapi saat dia melirik ke arah Vira, sejak tadi Vira hanya menggenggam ponsel milik Bram tanpa berniat untuk memeriksanya.

"Kenapa? Kamu masih tidak mengerti apa yang aku katakan?" Tanya Bram.

"Om, cukup omong kosongnya, aku sibuk!" Sahut Vira cuek seraya mengambil tangan Bram dan meletakkan ponsel Bram kembali pada pria tersebut.

Bram mengangkat kedua alisnya. Dia menerima ponselnya kembali, tapi dia tidak berniat melepaskan Vira sebelum Vira mengerti apa yang dia katakan.

"Kamu mau ke mana? Jangan kira aku mau membiarkan kamu pergi begitu saja!" Ujarnya sambil mencekal lengan Vira kembali.

Vira sudah memakai helmnya dan bersiap meluncur pergi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Memikat Hati Istri ke-dua papa mertuaku    Bab 7 Mulai larut

    Pada keesokan harinya, Vira mengisi kelas pagi. Vira masih di rumah dan menikmati sarapan bersama Guntoro dan Murni."Bu, aku berangkat dulu," pamitnya sambil mencium tangan ibu dan juga bapaknya. "Masih pagi, kenapa buru-buru?" Tanya Murni. Biasanya Vira tidak akan berangkat pagi-pagi seperti sekarang. "Nggak papa Bu, Vira pengen lebih santai kemudikan motor," jawabnya seraya menenteng tasnya keluar dari kediaman. Vira segera mengenakan helmnya, dia mengemudikan motornya dengan santai. Hari ini Vira merasa sangat lega karena tidak ada jadwal mengisi les di kediaman Bram. Sembari mengemudikan motornya Vira terus bergumam."Untungnya hari ini nggak ada jadwal ngisi les ke rumah Dinda, huuuuft! Lega juga nggak ketemu sama Om sinting!" Vira menyunggingkan senyum senang. Wajahnya terlihat cerah dan semakin cantik. Vira mengemudikan motornya dengan kecepatan sedang, sekolahan tempatnya mengajar masih jauh. Hari ini Vira berangkat pagi jadi tidak perlu terburu-buru. Tak lama kemudian ad

  • Memikat Hati Istri ke-dua papa mertuaku    Bab 6 Hanya pemuas nafsu

    Vira langsung membuang muka, hatinya tidak hanya terluka, perasan marah yang ingin dia luapkan terpaksa harus dia tahan di dalam hati.Bram tersenyum melihat Vira mengusap kedua pipinya dengan wajah menunduk."Seharusnya kamu merasa bahagia karena aku bersedia menaruh perhatian padamu." Vira menggertakkan giginya."Puas Om menertawakan ku? Puas Om menyaksikan masa depanku hancur seperti ini?! Puas Om melihatku tidak memiliki harapan?!" Bentak Vira sambil meremas baju yang membalut tubuhnya. Vira merasa kesal dan benci. Terlebih lagi Bram sengaja mengoloknya seperti sekarang, hati Vira semakin hancur berkeping-keping."Heh? Kamu ngomong apa? Nggak punya impian? Nggak punya harapan? Coba katakan padaku apa yang kamu harapkan? Apa yang kamu impikan?" Tanya Bram sambil menatap Vira di sampingnya. Bram menyentuh bahu Vira, dia menunggu Vira bicara sambil menatap wajah sembab gadis yang masa depannya sudah dia hancurkan.Lagi-lagi Vira menepis tangan Bram. Bram tidak menunjukkan kemarahan

  • Memikat Hati Istri ke-dua papa mertuaku    Bab 5 Balas dendam

    "Ummmmhhh, ummmmhh, ummh!" Vira meronta dan memukuli dada Bram hingga kemeja rapi Bram berubah menjadi kusut. Bram menarik pinggang Vira hingga merapat ke dalam pelukannya lalu menekan tubuh Vira hingga terlentang di sofa ruangan utama. Pintu depan juga sudah ditutup, Bram sama sekali tidak takut kalau tindakannya itu bakalan ketahuan. Sudah lama dia tahu bahwa Vira lebih sering tinggal seorang diri di kediaman besar itu. "Om, mau ngapain lagi!" Bentak Vira. "Kamu suka main kasar? Apa kamu kira aku bakalan menerima penolakanmu? Hah?" Tanya Bram sambil menahan kedua tangan Vira di kedua sisi kepala Vira. Kenapa harus Om Bram? Kenapa harus suami dari Mbak Ningrum? Kenapa bukan pria lajang saja? Keluh Vira dalam hatinya. Bram terus menciuminya tanpa henti, ketika penolakan Vira berubah menjadi kepasrahan Bram segera melepaskan tahanan genggaman tangannya dari pergelangan tangan Vira. "Om, oh, jangan, tadi pagi masih sakit," "Kamu harus ingat momen ini baik-baik, tubuhmu

  • Memikat Hati Istri ke-dua papa mertuaku    Bab 4 Bertamu di kediaman Guntoro

    Bram berdiri menghalangi jalan, dia pikir Vira seorang gadis penurut tidak disangkanya Vira adalah wanita yang berpendirian dan sangat keras kepala. Vira menatapnya dengan sinis sambil menarik gas dalam genggaman tangan kanannya! Suara motor yang menderu-deru membuat Bram panik. Nyatanya mereka kini benar-benar menjadi pusat perhatian di area parkiran sekolah."Aku cuma mau jelasin!" Ujar Bram dengan nada emosi."Aku nggak butuh! Satu lagi, Om jangan pernah gangguin aku! Aku nggak mau semua orang berpikir kalau aku sudah merusak rumah tangga orang lain!" Tegas Vira sambil menarik gas pada setirnya. Vira juga membalas tatapan Bram dengan penuh kemarahan. Mau tidak mau Bram segera menyingkir, motor Vira meluncur pergi dari halaman sekolah tersebut.Bram membuang rokok dari bibirnya ke lantai lalu menginjaknya hingga hancur."Ohh, rupanya mau main kabur-kaburan? Lihat saja! Aku bakalan membuat kamu merintih lebih keras di atas ranjangku! Lihat dan tunggu saja Vira Astanti! Aku akan membu

  • Memikat Hati Istri ke-dua papa mertuaku    Bab 3 Penolakan

    Ketika mengambil tasnya dan bersiap meninggalkan kediaman, Bram berniat memeriksa kamar Adinda. Dan dia menemuka kertas yang tadi dia berikan pada Vira di tempat sampah dalam kamar Adinda."Sungguh keras kepala!" Gerutunya sambil mendengus kesal.***Vira dan Adinda sudah berangkat ke sekolah bersama. Vira bekerja di sekolah Adinda sebagai seorang guru honorer. Dan hari ini Vira mengisi kelas siang, sementara Adinda juga masuk kelas siang. "Mbak makasih ya sudah dibolehin nebeng!" Seru Adinda sambil memeluk pinggang Vira yang kini memboncengnya di atas motor."Iya, biasa saja Din, lagian kita juga menuju ke sekolah yang sama," jawabnya.Saat motor Vira tiba di halaman sekolah, Vira segera berhenti lantaran Adinda akan turun di sana."Nanti sore aku dijemput Papa, Mbak nggak perlu antar aku pulang," ujar Dinda pada Vira. Usai berkata demikian Adinda langsung melambaikan tangannya sambil berlalu pergi menuju ke gedung.Vira hanya mengangguk sambil tersenyum lalu membawa motornya menuju

  • Memikat Hati Istri ke-dua papa mertuaku    Bab 2 Sandiwara di depan Ningrum

    Vira masih terpaku dalam pemikirannya sendiri. Dia pun sampai tidak mendengar suara langkah kaki memasuki kamar Adinda."Bagaimana les privatnya? Lancar?" Tanya Bram sambil berdiri tepat di belakang kursi antara Adinda dan Vira.Tangan kiri Bram menyentuh kepala Adinda sementara tangan kanannya meremas sisi kanan buah dada Vira dari belakang."Lancar, Pa!" Sahut Adinda dengan penuh semangat. Gadis yang kini duduk di bangku SMA tersebut terlihat senang sekali."Gimana Vir? Kamu ada kesulitan ngajar Adinda?" Tanya Bram dengan sengaja sambil menatap bibir ranum Vira di sampingnya. Bibir Vira bergetar, kedua mata Vira mengerjap lambat, bibir ranumnya tampak sedang menahan suara desahan lantaran sentuhan jemari tangan Bram yang kini sibuk memilih puting Vira dengan sembunyi-sembunyi dari belakang.Vira yang tadinya melamun buru-buru membungkuk untuk menyembunyikan tangan Bram yang sedang meremas buah dadanya ke dalam kedua lengannya yang kini ditumpukan di atas meja belajar Adinda. Vira ce

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status