Home / Rumah Tangga / Memikat Hati Istri ke-dua papa mertuaku / Bab 2 Sandiwara di depan Ningrum

Share

Bab 2 Sandiwara di depan Ningrum

Author: Jackie Boyz
last update Huling Na-update: 2025-05-27 19:36:08

Vira masih terpaku dalam pemikirannya sendiri. Dia pun sampai tidak mendengar suara langkah kaki memasuki kamar Adinda.

"Bagaimana les privatnya? Lancar?" Tanya Bram sambil berdiri tepat di belakang kursi antara Adinda dan Vira.

Tangan kiri Bram menyentuh kepala Adinda sementara tangan kanannya meremas sisi kanan buah dada Vira dari belakang.

"Lancar, Pa!" Sahut Adinda dengan penuh semangat. Gadis yang kini duduk di bangku SMA tersebut terlihat senang sekali.

"Gimana Vir? Kamu ada kesulitan ngajar Adinda?" Tanya Bram dengan sengaja sambil menatap bibir ranum Vira di sampingnya. Bibir Vira bergetar, kedua mata Vira mengerjap lambat, bibir ranumnya tampak sedang menahan suara desahan lantaran sentuhan jemari tangan Bram yang kini sibuk memilih puting Vira dengan sembunyi-sembunyi dari belakang.

Vira yang tadinya melamun buru-buru membungkuk untuk menyembunyikan tangan Bram yang sedang meremas buah dadanya ke dalam kedua lengannya yang kini ditumpukan di atas meja belajar Adinda. Vira cemas tindakan Bram tersebut ketahuan oleh Adinda.

"Vir?" Tegur Bram lagi.

Vira segera mengangguk cepat dengan gugup.

"Nggak sulit, Om. Adinda cepat mengerti, dia juga rajin dan bisa mengerjakan tugas dengan mudah," jawab Vira gugup dengan wajah menunduk. Vira merasakan pelintiran Bram semakin kuat, dan menurut Vira ini adalah hal gila! Terlalu gila untuk dilakukannya terlebih lagi ada Adinda di sana.

Ini pertama kalinya Vira disentuh pria, dalam hatinya tetap saja ada sebersit rasa penyesalan karena tidak mengira akan disentuh oleh pria beristri. Sebelum-sebelumnya Vira tidak berpacaran karena ingin fokus bekerja. Meniti karir baginya lebih penting. Dan sekarang dia malah terjebak oleh suami dari Ningrum yang merupakan kakak sepupu Vira sendiri.

Bram melihat Vira menggigit bibir bawahnya seolah-olah sengaja menahan diri untuk tidak ditunjukkan pada Bram.

Bram merasa Vira akan menolaknya, dan mungkin sentuhan pagi ini adalah sentuhan pertama dan terakhirnya! Bram merasa tidak rela. Apalagi suatu hari melihat Vira memilki pasangan lain.

"Bisa aku bicara empat mata sama kamu sebentar?" Tanya Bram pada Vira, dia dengan sengaja berkata demikian di depan Adinda untuk meminta waktu Vira.

Vira terlihat enggan menjawabnya.

Sementara Adinda hanya menaikkan kedua alisnya.

"Ini tentang biaya les, aku ingin membayarnya, Ningrum sudah berpesan sama aku sebelum pergi ke arisan!" Tegas Bram sambil menyentuh sisi pinggang kanan Vira lalu jemarinya kembali naik ke atas.

Vira tiba-tiba saja merasa risi dan langsung menepis tangan Bram dengan kasar.

Bram kaget sekali, dia tidak mengira Vira akan terang-terangan menolaknya. Bram sangat kesal tapi dia tidak bisa menunjukkan ekspresi marah tersebut di depan Adinda putrinya.

Adinda sejak tadi melihat Bram, melihat Vira cemberut lalu menatap ke arah papanya dan sepertinya papanya masih menunggu jawaban Vira. Adinda merasa sebentar lagi Bram akan memarahinya.

"Mbak, bicara saja dulu sama Papa, aku bisa lanjutin kerjain tugas soal yang selanjutnya," ujar Adinda.

"Ayo!" Seru Bram seraya mendahuluinya keluar dari kamar Adinda.

Vira terpaksa menganggukkan kepalanya lalu berdiri dari kursinya.

Begitu Vira keluar dari kamar Adinda, Bram langsung menutup pintu kamar Adinda dan menarik lengan Vira ke ruang tengah. Sampai di sana Bram memaksa Vira duduk di kursi.

"Om, lepaskan tanganku!" Perintahnya sambil berusaha menolak genggaman tangan Bram dari lengannya.

"Mana nomor rekening mu?!" Tanya Bram sambil mengeluarkan kertas dari saku bajunya lalu meletakkan bolpoin di atasnya agar Vira segera menulisnya di sana.

"Apa ini? Mbak Ningrum sudah membayar biaya les setiap bulan, Om. Jadi Om nggak perlu bayar lagi," jawab Vira.

Bram menarik kursi dan ikut duduk tepat di sebelah Vira. Bram menyangga sisi kepalanya dengan telapak tangan kanannya dengan siku di meja. Bram menatap Vira, bibirnya menyunggingkan senyuman penuh ejekan sambil mengetuk kertas di meja dengan jari telunjuknya sebagai isyarat agar Vira menuliskan nomor rekeningnya di sana. Melihat senyuman di bibir Bram, senyuman dengan tatapan mata merendahkan itu spontan membuat jemari tangan Vira mengepal erat. Bram tidak hanya mengambil kesuciannya tapi juga meremehkan dirinya.

"Ayo tulis, jangan cemas aku tidak akan memberikan nominal yang mengecewakan," lanjut Bram semakin membuat hati Vira hancur berkeping-keping.

Melihat Vira menatapnya dengan kedua mata berkaca-kaca, Bram langsung mengukir senyum lebar. Kali ini senyuman itu terlihat begitu menawan dan serasi dengan sosoknya yang selalu hangat dan lembut sebagai suami Ningrum.

Bram menghela napas panjang kemudian beralih,

Bram mengambil bolpoin, dia mencoret di atas kertas yang tadinya dia tujukan untuk digunakan Vira menulis nomor bank. Setelah selesai mencoretnya Bram langsung menyodorkan kertas tersebut kembali ke depan Vira. Bram bisa melihat butiran bening menetes pada kedua pipi bersih milik Vira yang jelita.

"Ini nomor ponselku, kamu kirim saja nomor rekening mu ke nomor ini!" Perintahnya sambil menaikkan kedua alisnya seolah-olah peristiwa pagi ini sama sekali tidak membekas dalam ingatannya. Bram tersenyum sambil menyangga sisi kanan kepalanya.

Vira pikir Bram ingin membayar atas kerugian yang baru saja dia alami. Vira pikir Bram ingin membungkam mulut Vira dengan sejumlah uang tunai yang akan dikirimkan ke dalam rekeningnya.

Vira hanya bisa menahan rasa sesak dan kesakitan di dalam hatinya. Vira menggelengkan kepalanya.

"Om nggak perlu kirim uang, Om juga nggak perlu cemas atau khawatir aku bakalan ngadu ke Mbak Ningrum. Aku nggak butuh uang tutup mulut! Dan semua kejadian antara kita berdua pagi ini aku harap Om nggak lagi membahasnya denganku." Jawabnya seraya berdiri dari kursinya dan bersiap pergi.

Tiba-tiba Bram langsung menarik lengannya hingga Vira terjengkang dan duduk di atas pangkuan Bram. Bram menahan belakang pinggang Vira dengan lengannya.

"Gila kamu! Ngomong apa tadi?" Tanya Bram sambil menatap lekat-lekat menatap wajah cantik Vira yang kini menunduk, Vira duduk di atas pangkuannya sambil memegangi kedua bahu Bram.

"Aku serius, Om," lanjut Vira dengan suara tersendat. Hatinya terasa sangat sakit sekali. Vira merasa dianggap rendah dan diremehkan oleh Bram.

"Aku bukan kasih uang untuk ganti rugi," bisik Bram.

"Aku tahu, Om takut aku hamil, atau mungkin Om takut aku ngadu-ngadu ke Mbak Ningrum, aku-aku akan membeli obat, aku nggak akan hamil. Masalah Mbak Ningrum Om nggak perlu khawatir, jadi lepaskan aku!" Ujar Vira dengan gugup dan cemas.

"Kenapa? Kamu ingin membuang bayinya kalau kamu hamil?"

"Aku juga nggak mungkin membiarkan diriku hamil! Apalagi Om adalah suami Mbak Ningrum!"

"Oh, jadi misalnya aku pria lain di luar sana, kamu bersedia melakukanya? Dengan suka rela?"

Kali ini Vira sungguh tidak bisa bersabar, Bram sudah menginjak-injak harga dirinya.

"Apa maksud dari perkataan Om! Aku nggak pernah punya pacar, apalagi melakukan hubungan badan!" Geram Vira sambil berusaha meronta dan berdiri dari atas pangkuan Bram.

Bram sangat puas dengan jawaban Vira. Ada perasaan senang dalam hati Bram.

Tak lama kemudian terdengar suara pintu di ruangan utama di buka dari luar disusul dengan suara langkah kaki.

Ningrum sudah tiba, dia tadi melihat mobil suaminya di halaman depan dan saat dia masuk ke dalam ruang tengah Ningrum melihat Bram sedang duduk sambil memainkan ponselnya.

Sementara Vira sudah berada di depan pintu kamar Adinda, jemari tangan Vira mengepal. Air matanya yang mengalir sulit berhenti. Kertas yang tadi diberikan Bram kini berada di dalam genggaman tangannya berupa bola kertas lusuh tak berbentuk.

Sayup-sayup dia mendengar suara Ningrum bersama Bram sedang mengobrol di ruang tengah.

"Loh aku pikir Mas sudah di kantor? Ternyata masih belum berangkat?" Tanya Ningrum.

"Oh, itu tadi pas di jalan aku ingat ada beberapa barang yang tertinggal jadi aku balik lagi ke rumah," jawabnya pada Ningrum.

Bram mendengar suara pintu kamar Adinda baru menutup artinya Vira baru saja masuk ke dalam sana setelah menguping obrolan antara dirinya dengan Ningrum.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Memikat Hati Istri ke-dua papa mertuaku    Bab 7 Mulai larut

    Pada keesokan harinya, Vira mengisi kelas pagi. Vira masih di rumah dan menikmati sarapan bersama Guntoro dan Murni."Bu, aku berangkat dulu," pamitnya sambil mencium tangan ibu dan juga bapaknya. "Masih pagi, kenapa buru-buru?" Tanya Murni. Biasanya Vira tidak akan berangkat pagi-pagi seperti sekarang. "Nggak papa Bu, Vira pengen lebih santai kemudikan motor," jawabnya seraya menenteng tasnya keluar dari kediaman. Vira segera mengenakan helmnya, dia mengemudikan motornya dengan santai. Hari ini Vira merasa sangat lega karena tidak ada jadwal mengisi les di kediaman Bram. Sembari mengemudikan motornya Vira terus bergumam."Untungnya hari ini nggak ada jadwal ngisi les ke rumah Dinda, huuuuft! Lega juga nggak ketemu sama Om sinting!" Vira menyunggingkan senyum senang. Wajahnya terlihat cerah dan semakin cantik. Vira mengemudikan motornya dengan kecepatan sedang, sekolahan tempatnya mengajar masih jauh. Hari ini Vira berangkat pagi jadi tidak perlu terburu-buru. Tak lama kemudian ad

  • Memikat Hati Istri ke-dua papa mertuaku    Bab 6 Hanya pemuas nafsu

    Vira langsung membuang muka, hatinya tidak hanya terluka, perasan marah yang ingin dia luapkan terpaksa harus dia tahan di dalam hati.Bram tersenyum melihat Vira mengusap kedua pipinya dengan wajah menunduk."Seharusnya kamu merasa bahagia karena aku bersedia menaruh perhatian padamu." Vira menggertakkan giginya."Puas Om menertawakan ku? Puas Om menyaksikan masa depanku hancur seperti ini?! Puas Om melihatku tidak memiliki harapan?!" Bentak Vira sambil meremas baju yang membalut tubuhnya. Vira merasa kesal dan benci. Terlebih lagi Bram sengaja mengoloknya seperti sekarang, hati Vira semakin hancur berkeping-keping."Heh? Kamu ngomong apa? Nggak punya impian? Nggak punya harapan? Coba katakan padaku apa yang kamu harapkan? Apa yang kamu impikan?" Tanya Bram sambil menatap Vira di sampingnya. Bram menyentuh bahu Vira, dia menunggu Vira bicara sambil menatap wajah sembab gadis yang masa depannya sudah dia hancurkan.Lagi-lagi Vira menepis tangan Bram. Bram tidak menunjukkan kemarahan

  • Memikat Hati Istri ke-dua papa mertuaku    Bab 5 Balas dendam

    "Ummmmhhh, ummmmhh, ummh!" Vira meronta dan memukuli dada Bram hingga kemeja rapi Bram berubah menjadi kusut. Bram menarik pinggang Vira hingga merapat ke dalam pelukannya lalu menekan tubuh Vira hingga terlentang di sofa ruangan utama. Pintu depan juga sudah ditutup, Bram sama sekali tidak takut kalau tindakannya itu bakalan ketahuan. Sudah lama dia tahu bahwa Vira lebih sering tinggal seorang diri di kediaman besar itu. "Om, mau ngapain lagi!" Bentak Vira. "Kamu suka main kasar? Apa kamu kira aku bakalan menerima penolakanmu? Hah?" Tanya Bram sambil menahan kedua tangan Vira di kedua sisi kepala Vira. Kenapa harus Om Bram? Kenapa harus suami dari Mbak Ningrum? Kenapa bukan pria lajang saja? Keluh Vira dalam hatinya. Bram terus menciuminya tanpa henti, ketika penolakan Vira berubah menjadi kepasrahan Bram segera melepaskan tahanan genggaman tangannya dari pergelangan tangan Vira. "Om, oh, jangan, tadi pagi masih sakit," "Kamu harus ingat momen ini baik-baik, tubuhmu

  • Memikat Hati Istri ke-dua papa mertuaku    Bab 4 Bertamu di kediaman Guntoro

    Bram berdiri menghalangi jalan, dia pikir Vira seorang gadis penurut tidak disangkanya Vira adalah wanita yang berpendirian dan sangat keras kepala. Vira menatapnya dengan sinis sambil menarik gas dalam genggaman tangan kanannya! Suara motor yang menderu-deru membuat Bram panik. Nyatanya mereka kini benar-benar menjadi pusat perhatian di area parkiran sekolah."Aku cuma mau jelasin!" Ujar Bram dengan nada emosi."Aku nggak butuh! Satu lagi, Om jangan pernah gangguin aku! Aku nggak mau semua orang berpikir kalau aku sudah merusak rumah tangga orang lain!" Tegas Vira sambil menarik gas pada setirnya. Vira juga membalas tatapan Bram dengan penuh kemarahan. Mau tidak mau Bram segera menyingkir, motor Vira meluncur pergi dari halaman sekolah tersebut.Bram membuang rokok dari bibirnya ke lantai lalu menginjaknya hingga hancur."Ohh, rupanya mau main kabur-kaburan? Lihat saja! Aku bakalan membuat kamu merintih lebih keras di atas ranjangku! Lihat dan tunggu saja Vira Astanti! Aku akan membu

  • Memikat Hati Istri ke-dua papa mertuaku    Bab 3 Penolakan

    Ketika mengambil tasnya dan bersiap meninggalkan kediaman, Bram berniat memeriksa kamar Adinda. Dan dia menemuka kertas yang tadi dia berikan pada Vira di tempat sampah dalam kamar Adinda."Sungguh keras kepala!" Gerutunya sambil mendengus kesal.***Vira dan Adinda sudah berangkat ke sekolah bersama. Vira bekerja di sekolah Adinda sebagai seorang guru honorer. Dan hari ini Vira mengisi kelas siang, sementara Adinda juga masuk kelas siang. "Mbak makasih ya sudah dibolehin nebeng!" Seru Adinda sambil memeluk pinggang Vira yang kini memboncengnya di atas motor."Iya, biasa saja Din, lagian kita juga menuju ke sekolah yang sama," jawabnya.Saat motor Vira tiba di halaman sekolah, Vira segera berhenti lantaran Adinda akan turun di sana."Nanti sore aku dijemput Papa, Mbak nggak perlu antar aku pulang," ujar Dinda pada Vira. Usai berkata demikian Adinda langsung melambaikan tangannya sambil berlalu pergi menuju ke gedung.Vira hanya mengangguk sambil tersenyum lalu membawa motornya menuju

  • Memikat Hati Istri ke-dua papa mertuaku    Bab 2 Sandiwara di depan Ningrum

    Vira masih terpaku dalam pemikirannya sendiri. Dia pun sampai tidak mendengar suara langkah kaki memasuki kamar Adinda."Bagaimana les privatnya? Lancar?" Tanya Bram sambil berdiri tepat di belakang kursi antara Adinda dan Vira.Tangan kiri Bram menyentuh kepala Adinda sementara tangan kanannya meremas sisi kanan buah dada Vira dari belakang."Lancar, Pa!" Sahut Adinda dengan penuh semangat. Gadis yang kini duduk di bangku SMA tersebut terlihat senang sekali."Gimana Vir? Kamu ada kesulitan ngajar Adinda?" Tanya Bram dengan sengaja sambil menatap bibir ranum Vira di sampingnya. Bibir Vira bergetar, kedua mata Vira mengerjap lambat, bibir ranumnya tampak sedang menahan suara desahan lantaran sentuhan jemari tangan Bram yang kini sibuk memilih puting Vira dengan sembunyi-sembunyi dari belakang.Vira yang tadinya melamun buru-buru membungkuk untuk menyembunyikan tangan Bram yang sedang meremas buah dadanya ke dalam kedua lengannya yang kini ditumpukan di atas meja belajar Adinda. Vira ce

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status