Share

Memoar Rasa
Memoar Rasa
Penulis: Daffa Praditya

Rentang Kenangan dan Angan

Jam besar itu kembali berdentang, diiringi oleh derasnya hujan yang turun membasahi bumi. Kali ini, aku merasakan hal lain. Ah sial, aku merasa kesepian lagi. Kemarin aku baik-baik saja saat bertemu dengannya, namun kenapa kali ini perasaanku berbeda. Lagian kami kan cuma teman, bahkan disebut dekat saja aku rasanya tidak mampu. Dentangan jam serta derasnya hujan membuat suasana menjadi sangat syahdu. 

Aku memutar piringan hitam warisan ayahku yang aku bawa. Aku memutar lagu favorit ayahku! Judulnya "Imagine-John Lenon". Memang ayahku ini sangat mengidolakan artis berkacamata bulat ini. Bahkan, pada saat masih muda, ayah dulu memasang poster artis favoritnya  itu, sampai-sampai kamarnya penuh dengan poster bergambar "John Lenon". 

Entah apa alasan pasti mengapa ayahku sangat menyukainya. Namun satu waktu, ia memberitahuku 

"Nak, saat kamu besar nanti, jangan pernah sungkan untuk berangan, ini adalah kehidupan, dan kamu tidak bisa ber-angan dua kali."

Awalnya aku sangat bingung dengan perkataan ayahku itu, karena masih kecil dan belum mengerti apa-apa.

Namun sepertinya kali ini aku sadar bahwa hidup tidak sesederhana itu. Di luar sana, ada banyak manusia yang berusaha mendapatkan segalanya dengan cara apapun. Bahkan cara kotor pun ditempuh untuk mendapatkan apa yang nafsu katakan. Terdengar jahat, namun itulah kenyataannya. Tidak dapat dipungkiri, cara-cara itu mungkin kotor, namun itulah cara mereka mendapatkan kebahagiaan dalam hidup. 

Namun, aku berpikir, apa itu yang namanya kebahagiaan dan apa itu yang artinya hidup? Sampai saat ini, aku belum bisa menemukan jawaban yang pasti, karena terlalu banyak klise dan jawaban yang belum pasti benar dan tepat. Aku masih mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam benak ku ini. Ah sudahlah, aku memang suka begitu, kadang aku pikir, aku sudah jadi orang gila karena terlalu banyak berpikir dan merenung. Entah apa yang otak ku pikirkan saat ini, terlalu naif dan klise sehingga temanku saja menganggapku gila.

Tapi satu hal yang aku yakini, bahwa manusia akan terus mencari jawaban-jawaban atas pertanyaan yang terbenam di pikiran. Apa aku sudah terlihat seperti filsuf? Hahaha. Aku tidak ingin berhenti sampai ini. Semua orang memang punya tujuannya masing-masing, namun tidak semua orang punya yang namanya terminal untuk dapat mencapai tujuan itu. Aku memang bukan seorang filsuf, namun aku menyukai karya-karya besar para filsuf, baik itu filsuf barat maupun filsuf Islam.

Mereka memberikan pelajaran yang tak ternilai sama sekali dalam hidupku. Perlu waktu sewindu untuk aku dapat seperti ini. Sejak kapan memangnya? Mungkin sejak masih SD. Aku memang terkadang berpikir bahwa apa yang aku lakukan sekarang, itu pasti akan ada balasannya, entah esok, lusa, ataupun tak disangka. Sejak SD, aku memang bukan juara kelas, namun aku selalu unggul dalam teori pemecahan masalah. 

Apapun masalahnya, pasti bisa aku selesaikan. Bahkan saat guruku meminta ku untuk menyelesaikan masalah sekolah, yang mungkin harusnya pekerjaan ini dilakukan oleh orang yang sudah bergelar sarjana. Namun itulah aku, selalu diminta untuk dapat memecahkan permasalahan, bahkan yang rumit sekalipun.

Terbesit lagi pikiranku yang satu ini, kelihatan sombong memang, namun aku bangga! Yah, setidaknya aku punya kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang lain. Oh iya! Aku hampir lupa, aku belum memperkenalkan diriku sejak tadi. Oke, aku akan memperkenalkan diriku terlebih dahulu agar kalian bisa membaca ini dengan sedikit bumbu fantasi dan juga otak kalian akan dipenuhi dengan diksi-diksi yang mengguncang hati dan pikiran. 

Namaku Pranadipta Anggara. Sekarang ini aku sedang menempuh studi di salah satu negara yang terkenal akan jam besar dan juga elizabeth-nya! Kalian tahu kan negara itu? Yup, Inggris. Salah satu negara favoritku, karena aku pikir banyak sekali pengetahuan dan juga peradaban manusia yang ditulis disini. Bahkan jika diurutkan, perpustakaan disini memiliki jutaan koleksi buku yang menulis sejarah sejak abad 1 Masehi sampai abad modern. 

Bahkan sejarah tentang peradaban manusia sebelum masehi juga tersimpan rapi disini. Sebagai salah satu negara tujuan pelajar dunia, pastinya ada banyak sekali mahasiswa asing disini. Tak terkecuali aku, yang berasal dari negeri tercinta nan ripah loh jinawi, Indonesia! Aku disini berstatus sebagai pelajar, aku belajar di salah satu kampus bergengsi, bukan Oxford, namun pesaing utamanya yaitu Cambridge University. Yah begitulah kata mahasiswa disini, kampusku dan oxford selalu bersaing dalam banyak hal. Hal ini dikarenakan sejarah kedua kampus besar ini. Yups, di Inggris terdapat sebutan "The Ancient Universities" atau bisa dibilang 7 universitas besar serta yang paling awal di dirikan di Inggris Raya ini. Salah satunya adalah Oxford dan kampusku juga.

Di sini aku mengambil 2 studi yaitu Philosophy Science dan Political ScienceDouble degree? Yah, bisa dibilang begitu. Namun pada awalnya, jurusanku adalah Philosophy, namun karena aku mendapat tawaran untuk mengambil double degree, aku ambil saja, sayang juga jika dilewatkan begitu saja. Disini aku tidak sendiri, aku ditemani oleh seorang teman yang bernama Kusumadewa Chandra Negoro. Nama yang menyiratkan bahwa ia seorang ningrat kan? Jika itu yang kalian pikirkan, maka kalian benar. Karena memang temanku yang satu ini adalah salah satu keponakan dari Sultan Hamengkubuwono XII. 

Ia mengambil studi yang berbeda denganku. Disini temanku mengambil studi International Law. Entah apa yang dipikirkannya sampai-sampai ia mengambil jurusan itu. Namun, mungkin memang itu adalah minatnya. Yah kita dukung saja sebagai bentuk apresiasi. Bagaimana denganku? Apa aku seorang keturunan ningrat juga? Jawabannya bukan. Aku bukan keturunan raden dari kerajaan manapun. Ayahku adalah seorang karyawan swasta dan ibuku berprofesi sebagai Ibu Rumah Tangga. Jika kalian bertanya kenapa aku bisa sampai disini, tentu jawabannya tidak lain dan tidak bukan adalah karena beasiswa. 

Yah, aku adalah salah satu orang yang beruntung. Karena dulu, pesaingku adalah orang-orang hebat. Rata-rata mereka mempunyai prestasi di tingkat nasional dan internasional, selain itu mereka juga kebanyakan melampirkan lebih dari 3 sertifikat prestasi! Bayangkan! Sedangkan aku hanya melampirkan sertifikat olimpiade tingkat nasional yang dimana disitu aku hanya mendapatkan juara 2 saja. Agaknya mustahil untuk lolos. Namun inilah kenyataannya, aku lolos dan bisa berkuliah disini! Memang, tidak ada seorangpun yang tahu tentang takdir.  Menurutku, takdir adalah untaian misteri yang hanya bisa dijawab oleh waktu.

Bahkan para pakar ahli yang sudah mendapatkan gelar profesor pun tidak mengerti cara kerja dan bagaimana takdir itu akan hadir dalam kehidupan manusia. Pokoknya jangan terlalu dipikirkan. Ikuti saja bagaimana alurnya, sekeras apapun kamu berusaha, jika takdir berkata lain, yasudah, kalian tidak akan pernah mendapatkan itu. 

Namun bukan berarti kalian tidak boleh mempunyai mimpi, kalian semua harus mempunyai mimpi, dan jika mimpi itu tidak sesuai dengan takdir yang sudah ditetapkan, yah setidaknya kalian akan jatuh diantara bintang-bintang. Aku mengutip kata-kata favorit dari bapak proklamator kita, Ir. Soekarno. Menurutku, ia adalah sosok yang hebat, walaupun kesalahan yang ia buat fatal di masa lalu, namun ia dapat bergerilya dan berjaya hanya melalui lidahnya saja. Jika lidahnya sudah bicara, maka lawan pun akan tiba-tiba tiada. Sungguh hebat idolaku yang satu ini. Sangat berwibawa dan elegan. 

(Rabu, 13 Mei 2017)

"Eh, dip, mau kemana kamu?" Sahut kusma. 

"Eh kus, aku mau ke perpustakaan nih, biasalah aku nyari buku lagi buat paper aku." Jawabku dengan nada terburu-buru.

"Eh bentar dong, nanti malem, bunga sama akasha mau ngajar dinner nih, do you wanna join?" Tanya kusuma dengan nada meledek.

"Ah tidak usah, aku akan menghabiskan waktu malam ini di kamar sambil membaca buku dan bersantai. Lagian, I wanna save my pocket." Ucapku.

"Ayolah dip, kapan lagi kan dinner sama mereka berdua, tenang aja, masalah itu, its on me. Bukannya kamu punya perasaan ke bunga? Hehehe." Kembali bersahut dengan nada meledek."

" Ah kus, pokoknya aku tetap tidak ingin ikut. I just wanna have a quite night and spent time with my books." Sahutku dengan nada kesal.

"Hmm, okelah, kalau begitu biar aku saja yang dinner dengan mereka berdua, lumayan kan, setidaknya aku bisa mendapatkan akasha hehehe." 

"Ah kus, pikiranmu hanya akasha saja dari dulu, tidak berubah."

Setelah itu, aku pun langsung pergi meninggalkan kusuma sendirian, memang agaknya aku terlalu kejam, namun aku tidak bisa menyia-nyiakan waktuku lagi untuk tidak membaca buku. Karena memang sudah sejak seminggu lalu, aku mencari buku ini, dan sekaranglah saat yang tepat untuk mencarinya. Akhirnya aku sampai di perpustaakan. Ini adalah perpustakaan kampusku. Sangat besar tentunya dan mempunyai banyak koleksi buku. Mulai dari sastra, hukum, politik, filsafat, seni, sejarah, dan juga sains. Ada beberapa lorong dalam perpustakaan ini, namun aku langsung tertuju pada rak buku yang bertuliskan "Philosophy". 

Agaknya, semua yang aku cari ada pada rak buku ini. Tak butuh waktu lama, aku pun langsung mencari buku aku cari selama ini. Selang tak lama kemudian, akupun menemukannya dan itu berada tepat di pojok tengah sebelah kanan dari rak buku tersebut. Aku langsung mengambilnya dan membawanya ke meja penjaga buku untuk meminjamnya. 

"Excuse me mom, I wanna borrow this one, Could I?" Ucapku dengan pelan. 

"Oh, sure, lemme check for a minute." Sahutnya.

"Oh sure mam, thank's."

Tak lama, aku pun dapat meminjam buku tersebut, setelah mendapatkan izin, aku pun langsung bergegas pulang ke asrama untuk membaca buku yang telah aku pinjam.

Setelah sampai di asrama, aku langsung melepas sepatu dan melepaskan jaket serta menaruh tas ku. Lalu aku mengeluarkan buku itu dan langsung membacanya. Suasana saat itu cukup tenang. Tidak ada bising yang biasa kudengar setiap hari dari sebuah kota yang penuh hiruk pikuk serta di penuhi oleh orang-orang kikuk nan monoton yang setiap hari berjalan dengan tempo moderato, allegro hingga presto. Mungkin karena ini akhir pekan, dan ditambah lagi udara dingin sedang menyelimuti kota ini. Suhu dibawah 0 mungkin memaksa orang untuk tetap di dalam rumah sambil menyeruput secangkir teh dan bercengkerama dengan keluarga.

Ah aku teringat masa-masa dimana aku masih sering bercengkerama dengan orang tuaku dulu. Jika mengingat masa-masa itu, aku kadang merasa bahwa yang aku butuhkan adalah kehangatan dari orang-orang tersayang. Namun, jika aku tidak keluar dari zona nyaman, aku tidak akan berkembang dan dapat bertahan sejauh ini. Dan untuk kalian, ingatlah, berada di zona nyaman mungkin menyenangkan, namun jika zona nyaman itu berubah menjadi zona merah, kepada siapa kalian akan bersandar? Kalian boleh berada di zona nyaman, namun tidak lebih lama dari zona merah kalian. Jadikan zona nyaman sebagai sandaran untuk berehat sejenak.

Namun tiba-tiba, di tengah kesunyian yang sedang merekah, ada suara menggelegar yang sampai-sampai tupai yang sedang tidur di pohonnya pun lari terbirit-birit karena mendengar suara yang menggelegar. Suara itu memecah keheningan dan keharmonisan suasana yang sedang aku nikmati. Tak lama kutengok ke arah pintu, aku mendengar kawan sialanku tadi, si kusma. Ah pasti dia ingin menggangguku lagi. Karena pintu terus di gebrak-gebrak, aku pun lantas loncat dari kasurku menuju pintu. Alangkah terkejutnya. Bukan main. Ini adalah hari terbaik serta terburuk yang pernah aku alami. Aku melihat sesosok dua bidadari sudah turun dari kahyangan, menyambut pangeran yang disebut insan kehidupan. 

Ah senang dan sedih rasanya. Karena sayangnya, dua bidadari ini ditemani oleh seorang manusia jelmaan setan. Hahaha. Bukan maksudku untuk menyebutnya demikian, namun itu hanyalah lontaran candaan yang sering aku mainkan bersama kawan dekatku ini, kusuma. Tak lama aku pun mempersilahkan mereka semua masuk.

"Ahhh, akhirnya ya dip, kita bisa dinner juga, ya walaupun bukan di tempat yang sudah direncanakan, tapi selama ada kamu, itu bukan masalah." 

Aku hanya menghela napas panjang mendengar perkataan sahabatku itu. Memang, ia merusak suasan yang telah aku ciptakan tadi, namun disisi lain, ia membawa suasana baru yang aku bisa katakan, aku sangat bersyukur karena telah diganti dengan suasana yang perfeksionis nan humanis.

Tak lama, aku menyiapkan mereka minuman untuk mereka. Yah, aku hanya punya teh yang tersisa, jadi aku hidangkan saja. Saat aku sedang membuat teh, tiba-tiba, salah satu bidadari yang ingin kujadikan dewi dalam kehidupanku menghampiriku dan berkata:

"Mas, mau aku bantuin? Sini aku bantuin, kamu duduk aja disana, teh nya aku yang buatin." 

Ah, rasanya sudah seperti suami saja dipanggil "Mas". Tentunya panggilan ini tidak seperti panggilan mba-mba yang beli sesuatu ke pedagang, namun "Mas" ini adalah bentuk panggilan lain dari kata "Sayang". 

Aku bergumam,"Oh, gapapa kok, aku bisa buat sendiri, kalo kamu mau bantuin, kamu bikin aja teh satu lagi, soalnya aku baru bikin 3 ini."

"Oke mas, kelihatannya baru 2 teh yang mas bikin, yaudah deh aku bikin 2 lagi ya, satu buat aku dan satu lagi buat kamu."

ASTAGA, aku sampai lupa kalau aku baru membuat 2 teh. Mungkin ini salah satu efek dari imajinasi, angan serta ekspetasiku pada dia. Ah sudahlah, lagipula bukan suatu kesalahan yang besar jika aku melakukan hal itu.

Akhirnya akupun selesai membuat teh, begitupun dengan bunga. Aku membawa 2 teh untuk Akasha dan Kusuma sedangkan bunga membawa 2 teh untukku dan juga dirinya. Aku rasa ini waktu yang tepat untuk confess. Namun, cepat-cepat kuhilangkan akal liarku itu. Aku masih harus fokus pada tujuan awalku yaitu menyelesaikan studi dan mendapatkan pekerjaan. Manusia memang bisa menjadi buta sekaligus gila jika dihadapkan dengan cinta. Bahkan, saat tangan terhunus oleh pedang saja, itu tidak ada rasanya jika hati dipenuhi oleh rasa cinta.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
kurniamamang
This is one of the best story I've read so far, but I can't seem to find any social media of you, so I can't show you how much I love your work
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status