Share

Bab 22 Karma dan Rasa

Aku menyuapi Amanda dengan bubur nasi. Semoga dia benar-benar ingin tinggal denganku, bukan karena emosi sesaatnya.

"Nanti sore kita pulang ke rumah," ucapku, menyodorkan segelas air putih dengan sedotan.

Amanda menggangguk. "Bubur buatan Mama enak," puji Amanda.

"Obatmu mana?" Aku meraih tas ransel ukuran sedang milik Amanda.

"Aku lupa tidak bawa, karena buru-buru," jawab Amanda.

Aku bangkit dari kursi meja makan. Menaruh mangkuk dan gelas di wastafel dapur. Amanda harus minum pereda nyeri yang diresepkan dokter.

"Mama akan mengambil obatmu. Kamu sama Lenni, dia baik seperti Bude Niken."

"Ya, aku mirip bidadari dari khayangan." Lenni yang sedang menekuri ponsel menyahut. "Sudah sana ambil obatnya, biar Manda bersamaku. Eh, Hasna, kalah perlu bawa sambal buat jaga-jaga."

"Hahahaha, tidak perlu Lenni."

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status