PoV Della
Aku menyerahkan berkas semua yang di butuhkan oleh Marsha, untuk mengurus perceraianku. Aku juga menceritakan semua hal yang ku temui kemarin padanya."Kenapa aku bisa sebodoh ini," ucapku di hadapan Marsha."Berhenti merutuki dirimu seperti itu Della, mereka itu pandai bersandiwara dan mencari waktu yang tepat. Udah lupain semua kejadian kemarin, sekarang fokus dengan sidang perceraian yang akan kamu hadapi dan menata hidup kedepannya lebih baik," tukas Marsha.Dia benar, untuk apa aku merutuki diri seperti ini. Toh mereka memang licik pasti ada saja cara mereka untuk mencari celah. **Setelah menemui Marsha aku pulang kerumah, rasanya aku lelah dalam segala hal. Namun disaat ingin masuk, Virza berdiri di depan gerbang. Sepertinya dia sengaja menunggu kepulanganku. "Della...!" Virza menggedor kaca mobilku. Aku menurunkan kaca mobil. "Ada apa lagi kamu datang kesini!" "Izinkan aku masuk untuk mengambil barangku, karena masih ada barang yang tertinggal belum aku bawa," ujarnya memohon. "Baiklah, tapi ambil barang itu dengan cepat!" "Tunggu saja di sini, aku yang akan mengambilkan barangmu," "Biar aku saja yang mengambilnya," "Memang barang apa yang tertinggal itu?" tanyaku pada Virza. "Bukan barang berharga, hanya saja itu pemberian ibuku," ujarnya terbata. "Yasudah, tapi aku mengikutimu," jawabku.Virza mulai berjalan menuju kamar, aku yakin dia pasti akan mengambil barang di laci itu. Untung saja aku sudah mengambilnya terlebih dulu.Virza membuka laci itu dengan raut wajah yang gusar, dia seperti mencari sesuatu namun gagal menemukannya. "Sudah ketemu? Cepatlah!" tukasku. "Kenapa barangku tidak ada di sini," ucapnya lirih. "Barang seperti apa yang kamu cari itu!" aku mulai kesal, dia pikir aku tidak tahu apa yang tengah dia cari di laci itu. Virza tampak bingung menjawab pertanyaanku, lalu aku mengambil barang yang kemarin ku temukan yang kusimpan didalam lemari. "Apa ini yang kau cari?" tanyaku dan memperlihatkan jam mahal itu padanya."Kembalikan padaku Della," Virza ingin menjangkau jam yang berada di tanganku."Eitttss...! Kamu tak bisa mengambil ini dariku!" "Jam itu punyaku Dell, kembalikan!" pinta Virza dan memohon agar aku segera memberikan padanya. "Apakah kamu sudah semiskin itu? Kamu pasti ingin menjual jam ini kan!" "Serahkan padaku! Tidak penting kamu tahu aku gunakan untuk apa," Virza terus memaksa ku untuk menyerahkan jam itu."Aku tidak akan menyerahkan nya padamu, makanya sadar diri jadi lelaki kere pakai belagu selingkuh!" tukasku. "Dell, tutup mulutmu! Jangan pernah menghinaku. Apa kamu sadar aku selingkuh juga karena dirimu yang hanya sibuk dengan pekerjaan, kapan kita mempunyai anak jika kamu jarang di rumah. Sedangkan Sumi selalu ada untukku, tidak sibuk sepertimu!" "Aku sibuk untuk bekerja, kamu pikir kekayaan ini datang sendiri tanpa bekerja! Kamu lelaki yang picik! Ya sudah silahkan kamu kembali pada Sumi yang selalu ada untukmu dan nikmati kemiskinanmu, apa yang bisa Sumi berikan hahh...!" aku tersenyum meledek kearah Virza, dasar lelaki licik. "Apakah Sumi bisa memberimu jabatan sebagai direktur, atau memberimu mobil, memberimu hunian mewah, bisakah juga dia memberimu fasilitas mewah? Jangan pernah bandingkan aku dengan Sumi, levelku beda dengan nya bagaikan berlian dan batu gosok!" teriakku pada Virza, aku tak sanggup lagi untuk memakinya. "Dasar wanita angkuh! Inilah yang membuatku tak bisa setia padamu," Virza mulai membalasku."Tak bisa setia karena dia mantan pacarmu bukan atau kalian memang sengaja menjalin hubungan sejak kita menikah, kamu sengaja bukan memberi Sumi pekerjaan agar kalian lebih dekat. Kau pikir aku tak mengetahuinya lelaki br*ngs*k!" aku membuka laptop dan memutar rekaman cctv dimana Virza dan Sumi asik berselingkuh dirumahku. Virza gelagapan, mungkin dia tak menyangka aku bisa tahu sejauh ini. "Aku, aku....," Virza seketika tergagap."Pergu kau dari sini...! Aku tak sudi melihatmu lagi. Jangan harap kau akan mendapatkan apapun dariku, jadilah gembel diluar sana!" aku berteriak dan mengusirnya. "Hans...!" aku memanggil ajudanku yang baru ku pekerjakan untuk meningkatkan keamanan dirumah ini.Tak berselang lama Hans datang. "Siap Nyonya muda," "Usir dia!" "Della, kembalikan jam itu padaku. Kamu benar-benar angkuh, wanita sombong!" Hans dengan sigap memaksa Virza untuk keluar dari rumahku. **Pagi ini aku bersiap untuk berangkat ke kantor. Karena mulai sekarang aku yang akan mengelola perusahaan itu, aku menggunakan makeup yang simple. Sudah siap dengan penampilan aku bergegas sarapan sebelum berangkat. Saat aku memasuki kantor, semua pegawai menyapaku dan tersenyum ramah, Aku membalas sapaan mereka. Aku sengaja tak memberitahu Dani akan keputusan ku ini. "Della, kamu ngapain disini?" Dani seperti kaget saat melihat kehadiranku. Memang sebelumnya Dani yang menghandle setelah Virza hengkang dari perusahaan ini."Kenapa kamu bertanya seperti itu. Mulai hari ini dan seterusnya aku akan memimpin di perusahaan ini, karena aku CEO nya," "Aku hanya senang jika kamu yang akan memimpin perusahaan ini, aku bahagia kamu sudah bangkit dari kejadian kemarin," sahut Dani. Diruang Meeting Dani memperkenalkan ku pada semua pegawai, mereka memberi ucapan selamat pada diriku. **Aku mencuci tangan di wastafel toilet, saat hendak keluar aku mendengar pembicaraan beberapa wanita yang sedang membenahi makeup-nya dia depan kaca. Aku terhenti saat salah satu dari mereka membicarakan diriku."Semoga Bu Della jadi Boss yang baik ya, gak seperti mantan suaminya dan si Dani," ujar wanita yang mengenakan blazer abu-abu. "Nampaknya sih Bu Della ramah, lihat aja saat dia memperkenalkan diri tadi," sahut temannya sambil mentouch up lipstick di bibirnya. Memangnya apa yang di lakukan Dani, aku akan selidiki.PoV Della"Della apa kabar?," sapa Pak Antony saat aku dan Marsha sedang di restoran, dia rekan bisnis mendiang Papa. "Baik, Om sendiri bagaimana kabarnya?" tanyaku. Aku dan Marsha, mempersilahkan Om Antony duduk bergabung bersama kami."Kabar Om juga baik, kamu sekarang pindah rumah ya. Sudah tidak menempati rumah Papa mu lagi?" "Tidak Om, Della masih dirumah yang dulu dan tak akan pindah kemana pun. Ada apa Om bertanya seperti itu?" tanyaku penasaran."Sekarang Virza bekerja di perusahaan Om, dan dia meminjam uang untuk menDepe rumah di kawasan elit. Dia bilang itu permintaanmu agar tak bergantung pada harta mendiang Papamu," "Benarkah Virza berkata seperti itu dan mengataskan namaku?" tanyaku memastikan."Menurut penuturannya seperti itu, dia sudah bekerja 4 hari ini di perusahaan Om. Dia bilang kamu ingin dia mandiri tanpa bergantung pada hartamu, karena Om teman baik mendiang Papamu. Tentu Om terima dia," jelas Om Antony. Aku menggeleng tak percaya, dia berani menggunakan
PoV SumiSudah 5 tahun lamanya aku dan Mas Virza menjalin hubungan, sedari awal hubungan kita baik-baik saja. Akan tetapi semua berubah semenjak Mas Virza bekerja pada perusahaan di kota, dia berjanji akan menikahi ku setelah bekerja disana. Aku menanti kedatangan mas Virza untuk datang melamar tapi dia tak kunjung datang. 2 tahun pertama dia masih sering mengabari ku, hingga dia berubah setelah 2 tahun itu. mas Virza bahkan tak ada kabar saat itu, dia memblokir semua sosial media dan nomor telfonku. Itulah yang membuat aku nekat menemuinya di kota. Mas Virza sempat memberiku alamat kosnya, bermodal alamat itu aku mencari keberadaan kekasihku. **(Flashback 7 bulan yang lalu)Aku tiba pada alamat kosan itu, aku celingak celinguk karena memang bingung ingin bertanya pada siapa. "Mbak cari siapa?" pria dengan perawakan yang tinggi dan tampan menepuk bahuku. "Cari pacar saya Mas, dia bilang ngekos disini," jawabku, mana tahu pria ini bisa membantuku atau mengenal Mas Virza. "Nam
PoV SumiSudah 5 tahun lamanya aku dan Mas Virza menjalin hubungan, sedari awal hubungan kita baik-baik saja. Akan tetapi semua berubah semenjak Mas Virza bekerja pada perusahaan di kota, dia berjanji akan menikahi ku setelah bekerja disana. Aku menanti kedatangan mas Virza untuk datang melamar tapi dia tak kunjung datang. 2 tahun pertama dia masih sering mengabari ku, hingga dia berubah setelah 2 tahun itu. mas Virza bahkan tak ada kabar saat itu, dia memblokir semua sosial media dan nomor telfonku. Itulah yang membuat aku nekat menemuinya di kota. Mas Virza sempat memberiku alamat kosnya, bermodal alamat itu aku mencari keberadaan kekasihku. **(Flashback 7 bulan yang lalu)Aku tiba pada alamat kosan itu, aku celingak celinguk karena memang bingung ingin bertanya pada siapa. "Mbak cari siapa?" pria dengan perawakan yang tinggi dan tampan menepuk bahuku. "Cari pacar saya Mas, dia bilang ngekos disini," jawabku, mana tahu pria ini bisa membantuku atau mengenal Mas Virza. "Nam
PoV Sumi (2)Mas Virza membawaku kerumah mewah itu, kebetulan Della juga sedang mencari pembantu. Aku langsung di terima oleh Della, saat pertama bertemu dengan wanita itu, dia baik dan ramah dan juga cantik. Tapi aku tak menyukai dia sama sekali, karena Della telah merebut Mas Virza dariku. Hari ku jalani menjadi ART disana, terpaksa aku melakukan semua pekerjaan. Tapi aku bisa bertemu Mas Virza setiap hari, apalagi Della jarang dirumah dan sibuk mengurus bisnisnya jadi aku semakin leluasa untuk berduaan dengan Mas Virza setelah dia pulang kantor aku akan melayani semua kebutuhannya bak seorang istri yang melayani suami. Kami bermesraan dimana saja, pada saat Della tak ada dirumah. Bahkan saat istrinya di rumah, kami juga bermesraan saat Della tertidur. Saat itu Della baru saja membeli sebuah gaun yang indah, aku sungguh iri melihatnya. "Gaunnya bagus ya Nyonya," ujarku saat melihat Della sedang bersiap untuk menghadiri sebuah pesta. "Terima kasih Sumi," jawab Della dan terseny
PoV Della AmandaKini adalah hari persidangan perceraianku dengan Virza. Aku telah bersiap, Marsha telah menungguku, kami berangkat dengan menggunakan mobil Marsha menuju Pengadilan Agama.Semua bukti yang kupunya juga di bawa oleh Marsha sebagai penguat gugatan agar perceraianku cepat selesai.Berada di dalam ruang persidangan Virza hadir ditemani oleh Sumi. karena kami berpapasan di depan ruangan tadi, Sumi kini menunggu diluar ruangan persidangan.Semua gugatan telah disebutkan oleh Marsha, tuduhan dan semua bukti perselingkuhan Virza pun ditunjukkan oleh pengacaraku, yaitu Marsha. Semua bukti sudah jelas kami resmi bercerai karena bukti itu mempercepat putusan hakim, perceraianku dengan Virza selesai hanya sekali sidang saja. Virza tidak mendapatkan apapun dari perceraian ini karena kita mempunyai perjanjian pra nikah.Aku senang karena proses perceraianku dengan Virza sungguh cepat, karena aku sudah tidak mau menyandang gelar istrinya lagi. Virza tampak lebih pasrah pada persid
PoV AuthorSepanjang perjalanan arah pulang dari pengadilan Virza hanya diam, pikirannya terus menerawang pada sosok Della, yang kini telah resmi menjadi janda. Dari dalam benak Virza yang sesungguhnya merasa sangat menyesal telah mengkhianati Della saat itu. Kehidupan mewah dan nyaman du sediakan oleh Della, tapi dia malah terjebak bersama Sumi sekarang. Dulu Della sangat mencintai Virza, dia juga menjadi istri yang baik dan pengertian. Virza tak menyangka istri yang baik dan lembut itu bisa berubah jika tersakiti. Awalnya Virza berpikir mungkin Della akan memaafkan jika sudah terjadi tapi kenyataan berbeda, wanita itu berubah menjadi brutal dan lepas kendali. "Mas, kita makan restoran dulu ya jangan langsung pulang," pinta Sumi, dia ingin mengajak Virza makan di restoran mahal untuk memenuhi hasrat hedon, sebagai hobi baru yang disukai Sumi kini. "Aku capek Sum, mau pulang!" sahut Virza dan masih menatap lurus ke jalan. "Mas, aku mau ke restoran cepatlah tak usah menolak," tukas
PoV Della AmandaAku melihat sorot kebencian dan dendam dari mata Virza, miris lelaki yang dulu pernah bersamaku selama 2 tahun menjalani biduk rumah tangga, sekarang harus menjadi musuh terbesarku. Setelah kejadian ini sulit untukku mempercayai orang lain. Penuh rasa was-was dan curiga, aku ingat pesan Almarhum Papa sebelum aku menikah dengan Virza. Papa berkata jangan terlalu mudah mempercayai seseorang, apakah Papa lebih dulu merasakan firasat buruk pada Virza. Papa memang tidak pernah melarangku untuk menikah dan selalu menghargai pilihanku. Hans membukakan pintu mobil, kini ajudan itu juga merangkap supir pribadi untukku. Sekarang kami menuju kantor, kini giliran Dani yang akan kuhempas dan menguak kebusukan yang dia lakukan. Ponselku berdering panggilan masuk dari Pak Leon, aku menenkan dial. "Halo selamat siang Bu Della, bagaimana dengan pembelian rumah itu, apakah Ibu merasa cocok?" tanya Pak Leon dengan nada yang ramah."Siang, saya menyukai rumah itu, dan akan membayar
PoV Della AmandaHans memeriksa rekaman cctv, untuk melihat siapa pelaku pelemparan batu di rumahku. Aku menyaksikan dan berdiri di samping Hans. Rekaman itu di putar pada jam saat kejadian, tampak pelaku datang dengan mengendarai mobil kemudian berhenti di depan rumahku. Dari perawakannya dia seorang perempuan, lihatlah betapa nekat pelaku itu, dengan lihai dia memanjat gerbang depan. Kebetulan sudah larut malam suasana sepi, namun wajahnya pasti sulit dikenali karena menggunakan hoodie berwarna putih, dan kacamata hitam. Begitu mudah dia memanjat tanpa ketahuan, di karenakan security yang biasa bekerja sudah pulang semenjak jam 9 malam dan izin pulang cepat, jadi tak ada yang menjaga didepan. Dugaanku salah, bukan Virza, atau Dani. Apakah Sumi, rasanya tidak mungkin dia jago memanjat seperti stuntman begitu."Apakah Nyonya mencurigai seseorang?" tanya Hans menatapku. Aku menghembuskan nafas dan duduk di dekat kursi di samping Hans. "Aku pikir pada awalnya jika mantan suamiku ya