Share

Jangan Bandingkan Berlian Dengan Batu Gosok

PoV Della

Aku menyerahkan berkas semua yang di butuhkan oleh Marsha, untuk mengurus perceraianku. Aku juga menceritakan semua hal yang ku temui kemarin padanya.

"Kenapa aku bisa sebodoh ini," ucapku di hadapan Marsha.

"Berhenti merutuki dirimu seperti itu Della, mereka itu pandai bersandiwara dan mencari waktu yang tepat. Udah lupain semua kejadian kemarin, sekarang fokus dengan sidang perceraian yang akan kamu hadapi dan menata hidup kedepannya lebih baik," tukas Marsha.

Dia benar, untuk apa aku merutuki diri seperti ini. Toh mereka memang licik pasti ada saja cara mereka untuk mencari celah. 

**

Setelah menemui Marsha aku pulang kerumah, rasanya aku lelah dalam segala hal. Namun disaat ingin masuk, Virza berdiri di depan gerbang. Sepertinya dia sengaja menunggu kepulanganku. 

"Della...!" Virza menggedor kaca mobilku. 

Aku menurunkan kaca mobil. "Ada apa lagi kamu datang kesini!" 

"Izinkan aku masuk untuk mengambil barangku, karena masih ada barang yang tertinggal belum aku bawa," ujarnya memohon. 

"Baiklah, tapi ambil barang itu dengan cepat!" 

"Tunggu saja di sini, aku yang akan mengambilkan barangmu,"  

"Biar aku saja yang mengambilnya," 

"Memang barang apa yang tertinggal itu?" tanyaku pada Virza. 

"Bukan barang berharga, hanya saja itu pemberian ibuku," ujarnya terbata. 

"Yasudah, tapi aku mengikutimu," jawabku.

Virza mulai berjalan menuju kamar, aku yakin dia pasti akan mengambil barang di laci itu. Untung saja aku sudah mengambilnya terlebih dulu.

Virza membuka laci itu dengan raut wajah yang gusar, dia seperti mencari sesuatu namun gagal menemukannya. 

"Sudah ketemu? Cepatlah!" tukasku. 

"Kenapa barangku tidak ada di sini," ucapnya lirih. 

"Barang seperti apa yang kamu cari itu!" aku mulai kesal, dia pikir aku tidak tahu apa yang tengah dia cari di laci itu. 

Virza tampak bingung menjawab pertanyaanku, lalu aku mengambil barang yang kemarin ku temukan yang kusimpan didalam lemari. 

"Apa ini yang kau cari?" tanyaku dan memperlihatkan jam mahal itu padanya.

"Kembalikan padaku Della," Virza ingin menjangkau jam yang berada di tanganku.

"Eitttss...! Kamu tak bisa mengambil ini dariku!" 

"Jam itu punyaku Dell, kembalikan!" pinta Virza dan memohon agar aku segera memberikan padanya. 

"Apakah kamu sudah semiskin itu? Kamu pasti ingin menjual jam ini kan!" 

"Serahkan padaku! Tidak penting kamu tahu aku gunakan untuk apa," Virza terus memaksa ku untuk menyerahkan jam itu.

"Aku tidak akan menyerahkan nya padamu, makanya sadar diri jadi lelaki kere pakai belagu selingkuh!" tukasku. 

"Dell, tutup mulutmu! Jangan pernah menghinaku. Apa kamu sadar aku selingkuh juga karena dirimu yang hanya sibuk dengan pekerjaan, kapan kita mempunyai anak jika kamu jarang di rumah. Sedangkan Sumi selalu ada untukku, tidak sibuk sepertimu!" 

"Aku sibuk untuk bekerja, kamu pikir kekayaan ini datang sendiri tanpa bekerja! Kamu lelaki yang picik! Ya sudah silahkan kamu kembali pada Sumi yang selalu ada untukmu dan nikmati kemiskinanmu, apa yang bisa Sumi berikan hahh...!" aku tersenyum meledek kearah Virza, dasar lelaki licik. 

"Apakah Sumi bisa memberimu jabatan sebagai direktur, atau memberimu mobil, memberimu hunian mewah, bisakah juga dia memberimu fasilitas mewah? Jangan pernah bandingkan aku dengan Sumi, levelku beda dengan nya bagaikan berlian dan batu gosok!" teriakku pada Virza, aku tak sanggup lagi untuk memakinya. 

"Dasar wanita angkuh! Inilah yang membuatku tak bisa setia padamu," Virza mulai membalasku.

"Tak bisa setia karena dia mantan pacarmu bukan atau kalian memang sengaja menjalin hubungan sejak kita menikah, kamu sengaja bukan memberi Sumi pekerjaan agar kalian lebih dekat. Kau pikir aku tak mengetahuinya lelaki br*ngs*k!" aku membuka laptop dan memutar rekaman cctv dimana Virza dan Sumi asik berselingkuh dirumahku. 

Virza gelagapan, mungkin dia tak menyangka aku bisa tahu sejauh ini. 

"Aku, aku....," Virza seketika tergagap.

"Pergu kau dari sini...! Aku tak sudi melihatmu lagi. Jangan harap kau akan mendapatkan apapun dariku, jadilah gembel diluar sana!" aku berteriak dan mengusirnya. 

"Hans...!" aku memanggil ajudanku yang baru ku pekerjakan untuk meningkatkan keamanan dirumah ini.

Tak berselang lama Hans datang.

 "Siap Nyonya muda," 

"Usir dia!" 

"Della, kembalikan jam itu padaku. Kamu benar-benar angkuh, wanita sombong!" 

Hans dengan sigap memaksa Virza untuk keluar dari rumahku. 

**

Pagi ini aku bersiap untuk berangkat ke kantor. Karena mulai sekarang aku yang akan mengelola perusahaan itu, aku menggunakan makeup yang simple. Sudah siap dengan penampilan aku bergegas sarapan sebelum berangkat. 

Saat aku memasuki kantor, semua pegawai menyapaku dan tersenyum ramah, Aku membalas sapaan mereka. Aku sengaja tak memberitahu Dani akan keputusan ku ini. 

"Della, kamu ngapain disini?" Dani seperti kaget saat melihat kehadiranku. Memang sebelumnya Dani yang menghandle setelah Virza hengkang dari perusahaan ini.

"Kenapa kamu bertanya seperti itu. Mulai hari ini dan seterusnya aku akan memimpin di perusahaan ini, karena aku CEO nya," 

"Aku hanya senang jika kamu yang akan memimpin perusahaan ini, aku bahagia kamu sudah bangkit dari kejadian kemarin," sahut Dani. 

Diruang Meeting Dani memperkenalkan ku pada semua pegawai, mereka memberi ucapan selamat pada diriku. 

**

Aku mencuci tangan di wastafel toilet, saat hendak keluar aku mendengar pembicaraan beberapa wanita yang sedang membenahi makeup-nya dia depan kaca. 

Aku terhenti saat salah satu dari mereka membicarakan diriku.

"Semoga Bu Della jadi Boss yang baik ya, gak seperti mantan suaminya dan si Dani," ujar wanita yang mengenakan blazer abu-abu. 

"Nampaknya sih Bu Della ramah, lihat aja saat dia memperkenalkan diri tadi," sahut temannya sambil mentouch up lipstick di bibirnya. 

Memangnya apa yang di lakukan Dani, aku akan selidiki.

 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status