Dylan memukul keras dinding didekat meja kerjanya. Tidak terasa sedikitpun sakit ditangannya melainkan hatinyalah yang terasa sangat perih.Bagaimana bisa membuat Kiara bersedih lagi?Bukankan ia sudah berjanji tidak akan membuat gadis itu menangis lagi?“Aku kira kau sudah berubah, tapi ternyata aku salah.”Perkataan Kiara itu kembali terniang di kepala Dylan membuatnya semakin lemas. Tubuhnya terasa kehilangan tenaga.Dylan terduduk lesu sambil memegang kepalanya terasa sangat sakit menghentak.Ingatannya kembali pada saat makan malam dengan keluarganya.“Papa sudah lama kenal dengan Pak Damar, dan papa setuju jika kita bermitra dengan FT Company.”Perkataan itu seketika membuat Dylan berhenti makan.Malapetaka apalagi yang sedang papanya rencanakan?“Bukankah kita sudah berkomitmen untuk investasi kali ini aku yang menentukan Pa?”Laki-laki paruh baya itu menggeleng tanda tidak setuju membuat Dylan semakin bingung.“Aku sudah melakukan research dan sudah menentukan partner, Pa.” sa
Kiara langsung membuang muka dan tidak tahan untuk menatap Dylan secara langsung.Sudah cukup ia terjatuh kemarin, hari ini adalah saatnya ia bangkit dan keterpurukannya.Bukankah selama 5 tahun inipun ia dapat berdiri sendiri bahkan tanpa adanya Dylan disisinya.Kiara tidak boleh kehilangan fokusnya. Ia harus tau bahwa tugasnya disini adalah untuk kepentingan perusahaannya.Kiara melangkahkan kakinya mendekati meja yang diatasnya tersusun berbagai macam snack ringan dan dessert yang begitu menggugah selera dan cantik untuk dilihat.Matanya melihat kesekeliling ruangan mencari sosok CEO PT Admir, Ibu Arumi.Dimana wanita itu sekarang? Kenapa belum terlihat juga? Apa karna acara belum dibuka?Baru saja Kiara akan mengambil sepotong cupcake diatas meja itu tapi tindaknnya terhenti karna ia melihat Mira sudah berdiri didepannya.Benar-benar merusak selera makan, batin Kiara.Karna tidak ingin membuat keributan diacara orang maka Kiara memilih diam saja tanpa menggubris Mira yang kini ber
Dylan menghempaskan tubuhnya yang terasa lelah keatas kasur dan langsung melepas kacamatanya. Ia menghela nafas panjang tanda bahwa ia sangat frustasi dengan keadaan beberapa hari ini.Jauh dari Kiara dan tidak dapat melihat keberadaan gadis itu beberapa hari ini membuat Dylan terpuruk. Betapa Kiara sangat berpengaruh kepadanya.Disaat bahkan tadi ia dapat melihat gadis itu betapa rasa rindu di dalam dirinya seakan membuncah keluar. Luapan rindu itu seakan meluap dan ingin sekali Dylan memeluk sosok gadis berdress pink selutut itu tadi.Tapi langkahnya terhenti karna tatapan benci yang Kiara berikan padanya.Kiara membenci dirinya.Kenyataan yang sangat menyakitkan hati Dylan dan membuat seluruh indra tubuhnya tidak berfungsi maksimal.“Hah.”Hembusan nafas dan teriakan itu tidak cukup mengurangi rasa sesak di dalam hatinya.Melihat Kiara begitu akrab dengan sosok laki-laki lain membuat hati Dylan terasa cabik.Ia cemburu. Ia tidak suka laki-laki manapun akrab dengan Kiara.Ia tidak s
“Apa imbalan untukku jika membantumu?”Perkataan Radeva sontak membuat tubuh Kiara membeku. Perkataan sederhana itu bahkan tidak terpikir sebelumnya oleh Kiara.Imbalan.Ia meminta bantuan seseorang dan tidak memikirkan harus memberikan imbalan apa untuk bentuk rasa terima kasihnya.Bodoh sekali.Bahkan Radeva menolong hidup Kiara jika memang ini benar terjadi sesuai rencana.“Maaf aku bahkan belum memikirkan imbalan apa yang pantas aku berikan untuk pertolonganmu kali ini.” lirih Kiara pelan tanpa berani menatap Radeva langsung.Tetapi laki-laki itu malah tertawa membuat Kiara melihatnya dengan bingung.Apa ia mengucapkan suata hal yang salah?“Aku hanya bercanda Kiara. Jangan terlalu dipikirkan.”Kiara sedikit lega mendengar jawaban Radeva karna setidaknya ia tidak terlalu merasa terbebani seperti sekarang.Tapi ia tetap harus membalas pertolongan Radeva kali ini walaupun laki-laki itu menolak.“Tapi pertanyaanku belum kau jawab, kenapa perusahan kami harus mengikutkan kalian dalam
Istimewa?Kiara terdiam sejenak dan sontak gesture tubuhnya terlihat canggung mendengar perkataan Bu Arumi barusan.Radeva yang menyadari hal itu, dengan cepat berusaha mencairkan suasana.“Tante bisa membuat Kiara takut nanti jika mengatakan hal itu.”Bu Arumi mengerutkan dahinya tanda bahwa ia tidak setuju dengan perkataan Radeva.“Kenapa harus takut? Kiara beruntung dong.”Radeva dan Bu Arumi tertawa dan secara pelan Bu Arumi merangkul Kiara.“Tante hanya bercanda Kiara, jangan dianggap serius ya?”Kiara hanya mengangguk karna bingung harus merespon apa.Kejadiannya terlalu cepat padahal banyak sekali pertanyaan yang ingin Kiara utarakan disini.Radeva terlihat sangat dekat dan akrab terlebih memanggil Bu Arumi dengan sebutan Tante.Apakah Bu Arumi memiliki hubungan saudara dengan Radeva?Kiara benar-benar tidak dapat mengakses banyak informasi tentang perusahan Admir.“Masuk dulu sini Kiara, kita bicara didalam saja sambil santai ya.”Bu Arumi menggandeng lengan Kiara dengan lembu
Radeva melirik Kiara yang sedari tadi terus diam sejak pulang dari rumah Bu Arumi.Radeva mengerti pasti Kiara kesal akan sikapnya yang tidak jujur dari awal tentang penanggung jawab investasi kali ini.“Ehm.” Radeva berdehem berusaha memecah keheningan diantara mereka berdua. Dan sekilas Kiara melirik kearahnya tapi tetap tidak ada respon.“Masih kesal ya?”Kiara mendengus menatap Radeva dan menyilangkan kedua tangannya sambil tetap memasang wajah cemberut.Kenapa Kiara sekarang terlihat sangat imut? Batin Radeva.Tetapi ia dengan cepat menepis pikiran itu dan berusaha untuk tetap fokus kembali.“Kenapa tidak jujur dari awal, hah?” tanya Kiara.“Karna dari awal juga kan kau hanya ingim bertemu dengan Bu Arumi? Apa aku salah?”Kiara terdiam dan menyadari bahwa perkataam Radeva memang ada benarnya.Kiaralah yang dari awal ngotot untuk bertemu dengan Bu Arumi dan meminta bantuan Radeva.Bukannya seharusnya Radeva tidak salah sepenuhnya disini?“Tidak salah sepenuhnya juga, tapi kenapa
Kiara melepaskan sepatu hak tingginya dan menaruhnya langsung ke rak sepatu bagian paling atas.Kaki dan seluruh tubuhnya terasa sangat pegal. Kiara merasakan lelah yang luar biasa. Hampir semingguan ini ia mengurusi masalah investasi dan bolak balik ke perusahan Admir untuk mencari peluang.Akhirnya ia mendapatkan peluang itu langsung dari Radeva.Kiara sekali lagi mensyukuri takdir yang mempertemukan mereka kembali.Padahal waktu SMA mereka tidak terlalu akrab tetapi perlakuan Radeva beberapa hari ini dengannya sangat terbuka. Kiara merasa ia beruntung karna Radeva tidak menjaga jarak di antara mereka.Kiara mengusap pipinya dengan kapas yang telah ia taruh cleanser untuk menghapus makeup. Kegiatan rutin yang ia lakukan apabila sepulang kerja.Kiara sedikit terkejut ketika HPnya berdering dan terlihat foto mamanya. Ini sudah yang kedua kalinya wanita itu menelfon setelah kejadian itu.Kiara merasa bahwa ia tidak dapat terus menghindar dari mamanya. “Halo ma.”Dan terdengar suara ya
Lira terkejut mendengar perkataan Dylan. Ia tidak menyangkah bahwa ada seseorang yang telah menjadi prioritas lain di hidup Dylan setelah keluarganya.Dylan bahkan terlihat sangat mencintai wanita itu bahkan rela mengorbankan apapun untuknya.“Siapa wanita beruntung ini? Apakah keberatan untuk bercerita ke kakak?”Dylan terdiam seakan belum siap untuk menceritakan semuanya. Ia seperti masih merahasiakan sesuatu.“Tapi akulah yang membuat dia kembali menjauh kak.” lirih Dylan pilu.Lira dengan sigap langsung mengelus pelan pundak Dylan berharap dapat memberikan sedikit rasa agar Dylan tidak terlalu memikirkan hal itu.Tapi Lira ragu itu berhasil karna yang ia rasakan sekarang bahwa wanita ini sangat berpengaruh hampir sepenuhnya dengan kendali Dylan.Ia belum pernah melihat adiknya seputus asa ini. Satu hal yang dapat Lira pastikan, wanita itu menempati posisi paling utama di hati Dylan.“Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa bisa berpisah?”Dylan tersenyum dengan getir dan mulutnya tera