Share

26. Pengakuan Ibu Sita

"Ma." Arzen datang. Matanya memincing kala menatap kami. Mungkin heran kenapa mamanya yang selama ini sangat membenciku, tiba-tiba mau memeluk. "Aku udah dapat obatnya," ujarnya seraya menunjukkan kantung plastik putih pada kami. "Kita pulang, ya?"

Ibu Sita mengangguk pelan. Kali ini dia menggandeng tanganku menuju pintu keluar. Hujan masih membungkus kota. Sialnya kami memang tidak membawa payung.

Beruntung aku mengenakan sweater. Kugunakan pakaian tersebut untuk dijadikan payung darurat. Aku dan Ibu Sita melangkah cepat menuju mobil. Sementara Arzen sudah lebih dulu berlari meninggalkan kami.

Arzen melajukan mobilnya ketika aku dan Ibu Sita sudah memasang sabuk pengaman. Kali ini Arzen mengendara dengan pelan. Karena hujan deras membuat jarak pandang menjadi kurang jelas.

Sesampai di rumah hari sudah petang. Bapak Ari dan Arsy menyambut kami dengan senang. Mereka ingin mendengar apa yang terjadi. Namun, Ibu Sita menyuruhku serta Arzen untuk mandi air hangat dulu. Begitu juga dengan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status