Share

Bab 18

Bab 18 Menantu Miskin di Mata Mertua

"Kenapa? Kamu tidak terima aku mengatakan yang sebenarnya?" tanyaku sambil menatapnya kesal. "Oh, ya, aku lupa memberitahu kamu. Ayu itu adalah temanku."

"Tetap saja, Mbak tidak boleh menilainya seperti itu karena bisa saja hatinya selalu beristigfar, memohon ampun ampunan kepada Allah," hardiknya membuatku semakin marah, tapi sebisa mungkin aku menahan diri agar tidak emosi. Karena aku tipe orang yang menyesal setelah melampiaskan amarah.

"Lagi pula Mbak bukan orang yang selalu ada di sampingnya selama 24 jam," tegasnya lagi.

Aku tersenyum kecut dan Wina juga menatapnya murka. "Tandanya kamu bersama dia selama 24 jam, Mas?" tanya Wina mendesaknya.

Panji hanya dia sambil menundukkan kepalanya. Aku akui, memang hanya kepada Wina dia tidak berani mengangkat wajahnya. Tidak seperti padaku apalagi ayu, bawaannya selalu emosi.

"Dasar pria pembohong!" teriak Wina, lalu kembali ke kamarnya dan mengunci pintu.

Aku tertawa kecil. "Wina saja tahu siapa yang
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status