Share

"Teh, Camilan, dan Cerita Tentang Ibu

Penulis: ArunaLys
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-04 05:42:12
Pagi merekah pelan-pelan, seperti daun teh yang mengembang dalam air hangat. Sekar menarik napas dalam-dalam sambil berdiri di depan cermin kecil di kamar. Rambutnya diikat seadanya, tak ada make-up, hanya bedak tipis dan senyum yang entah mengapa tetap menawan.

“Sekar…” panggil Arya dari ruang makan. “Sarapanmu hampir dingin. Jangan sampai nasi goreng buatan Ibu jadi korban kelupaan.”

Sekar nyengir kecil. “Tenang, aku nggak sepelupa itu. Cuma... hari ini rasanya pengin cepat-cepat ke langit.”

Arya mengangkat alis. “Langit? Jangan bilang kamu mau naik balon udara.”

“Langit loteng, maksudku,” bisik Sekar, mendekat dan mencubit lengan suaminya pelan. “Ada jadwal siaran, ingat?”

“Ah ya, dunia rahasiamu itu.” Arya terkekeh. “Penyiar misterius yang bahkan tetangga sebelah belum curiga identitasnya.”

Sekar tersenyum. Ada kenyamanan dalam rutinitas ini. Bangun pagi, mengantar Arya ke tempat kerja, lalu kembali membantu mertuanya membersihkan halaman rumah. Gaji? Tidak seberapa. Tapi hati Seka
ArunaLys

assalammu'alaykum pembaca, buku ini ku buat untuk para calon menantu, seorang menantu ya ....happy reading

| 1
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Menantu On Air : Siaran Rahasia dari rumah mertua    Kedatangan yang Nggak Biasa

    Malam itu, rumah mertua Sekar dibungkus kehangatan semu. Lampu ruang tamu menyala temaram, meninggalkan sudut-sudut yang tenggelam dalam bayangan. Angin malam masuk lewat jendela yang sedikit terbuka, membawa aroma tanah basah setelah hujan sore tadi.Makan malam baru saja usai. Piring-piring sudah dibawa ke dapur, Ibu Sri sibuk merapikan meja, sementara anak-anak Pak Bowo bermain kartu di ruang keluarga. Sekar duduk di kursi rotan, menatap kosong ke arah cangkir tehnya yang tinggal separuh.Arya berdiri di dekat pintu, tatapannya mengikuti pamannya yang berjalan pelan menuju teras samping. Pak Bowo menoleh sebentar, memberikan senyum tipis—senyum yang bukan sekadar ajakan berbincang, tapi juga seperti sebuah undangan ke dunia yang berbeda.Arya mengangguk, lalu berjalan mengikutinya. Sekar sempat ingin bertanya, n

  • Menantu On Air : Siaran Rahasia dari rumah mertua    Tamu yang Membawa Masa Lalu

    Pagi itu, udara terasa lebih segar dari biasanya. Matahari baru saja merangkak naik, memantulkan cahaya keemasan yang masuk lewat jendela besar di ruang tamu. Aroma kopi dan wangi tumisan bawang dari dapur masih mengambang di udara. Sekar baru saja selesai membantu ibu mertuanya, Ibu Sri, menata piring-piring di meja makan ketika suara deru mobil terdengar memasuki halaman.Ibu Sri langsung menegakkan tubuh, meletakkan sendok yang sedang ia pegang. Wajahnya berubah—ada senyum hangat, tapi juga gugup yang tipis seperti benang halus."Itu pasti mereka," gumamnya pelan, nyaris seperti bicara pada diri sendiri.Sekar melirik penasaran. "Mereka, Bu? Siapa?"Ibu Sri hanya tersenyum samar. "Nanti kamu tahu."Suara pintu mobil terbuka. Dari balik tirai, Sekar melihat sepasang suami istri paruh baya turun, diikuti dua orang pemuda dan seorang perempuan muda yang sepertinya seusianya. Laki-laki itu tegap meski rambutnya sudah memutih sebagian, sementara istrinya berwajah teduh.Pintu depan terb

  • Menantu On Air : Siaran Rahasia dari rumah mertua    Jamuan untuk Satu Nama

    Pagi itu seharusnya biasa saja.Setelah sholat Subuh, Sekar seperti biasa akan menuju dapur untuk menyiapkan sarapan kesukaan suaminya, Arya—nasi goreng kampung dengan telur mata sapi setengah matang. Tapi pagi ini, ada yang berbeda. Sangat berbeda.Langkahnya terhenti di ambang pintu dapur.Matanya membulat, alisnya terangkat.“Lho… Ibu?”Di dapur, ibu mertuanya sudah lebih dulu berdiri tegak—bukan hanya dengan apron bermotif bunga kecil yang khas itu, tapi juga dengan segunung bahan makanan yang memenuhi meja. Ada ayam utuh, udang segar, aneka sayuran dari ladang, bahkan beberapa bumbu rempah yang biasanya hanya dipakai kalau ada acara khusus.Sekar menelan ludah.“Wah, ini sih bukan masak sarapan. Ini mau buka warung nasi padang apa gimana…”Ia mundur pelan, nyaris tanpa suara. Lalu buru-buru menuju kamar. Ada yang aneh. Sangat aneh. Dan ia tahu hanya satu orang yang bisa menjawab semua ini: suaminya.Arya masih mengenakan koko putihnya, dengan rambut setengah basah yang acak-acaka

  • Menantu On Air : Siaran Rahasia dari rumah mertua    The Ultimate Showdown : Rasa takut kehilangan dan keberanian

    Banyak ibu mertua merasa khawatir kehilangan peran dan pengaruhnya terhadap anak laki-lakinya setelah menikah. Hal ini bisa memicu persaingan tersembunyi dengan menantu untuk mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari sang anak. Menantu pun merasa cemburu jika pasangannya terlalu dekat atau lebih memprioritaskan orang tuanya.“Hai… siapa di sana?”Suara Sekar terdengar lembut, seperti selimut tipis yang menenangkan malam. Tangannya menggenggam erat headset, dan matanya berbinar, penuh semangat. Ia tahu, setiap sambungan adalah cerita. Dan setiap cerita, selalu layak didengar.“Halo... aku Niko,” jawab suara laki-laki dari seberang. Suaranya pelan, tapi berat. Seperti seseorang yang menyimpan beban, namun tak ingin menjatuhkannya sembarangan.Sekar tersenyum, meski tahu lawan bicaranya tak bisa meli

  • Menantu On Air : Siaran Rahasia dari rumah mertua    "Teh, Camilan, dan Cerita Tentang Ibu

    Pagi merekah pelan-pelan, seperti daun teh yang mengembang dalam air hangat. Sekar menarik napas dalam-dalam sambil berdiri di depan cermin kecil di kamar. Rambutnya diikat seadanya, tak ada make-up, hanya bedak tipis dan senyum yang entah mengapa tetap menawan.“Sekar…” panggil Arya dari ruang makan. “Sarapanmu hampir dingin. Jangan sampai nasi goreng buatan Ibu jadi korban kelupaan.”Sekar nyengir kecil. “Tenang, aku nggak sepelupa itu. Cuma... hari ini rasanya pengin cepat-cepat ke langit.”Arya mengangkat alis. “Langit? Jangan bilang kamu mau naik balon udara.”“Langit loteng, maksudku,” bisik Sekar, mendekat dan mencubit lengan suaminya pelan. “Ada jadwal siaran, ingat?”“Ah ya, dunia rahasiamu itu.” Arya terkekeh. “Penyiar misterius yang bahkan tetangga sebelah belum curiga identitasnya.”Sekar tersenyum. Ada kenyamanan dalam rutinitas ini. Bangun pagi, mengantar Arya ke tempat kerja, lalu kembali membantu mertuanya membersihkan halaman rumah. Gaji? Tidak seberapa. Tapi hati Seka

  • Menantu On Air : Siaran Rahasia dari rumah mertua    "Pertanyaan yang Menggantung di Meja Makan"

    Sekar mulai belajar membiarkan pikirannya tenang. Tak semua hal harus dipahami saat itu juga, termasuk kamar yang selalu terkunci di ujung lorong rumah mertuanya. Ia memutuskan untuk menyimpan semua pertanyaan itu dalam laci kecil di sudut hatinya. Untuk sekarang, fokusnya adalah rutinitas sebagai istri rumah tangga dan penyiar radio paruh waktu—dua peran yang cukup menyita tenaga dan pikiran.Pagi itu, langit begitu bersih, seperti baru saja dicuci hujan malam tadi. Cahaya matahari jatuh lembut ke dapur, menari di atas piring-piring putih yang sudah tertata rapi. Jam dinding menunjukkan pukul delapan kurang sedikit. Aroma nasi goreng dan telur dadar keju memenuhi udara, berpadu dengan wangi teh melati yang baru diseduh.Arya, suaminya, masih bergelung di kasur seperti bayi berusia tiga puluh tahun."Sayang..." sua

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status