Share

Chapter 07

Author: Rose Dreamers
last update Huling Na-update: 2021-11-21 23:16:37

"Assalammualaikum, Pa," sapa Annisa.

Pria paruh baya yang sedang duduk di meja ruangan khusus salah satu restoran ternama itu menoleh, menatap wajah putrinya yang baru saja datang menghampiri.

"Waalaikumsalam," jawab Reza.

Dia mengangkat tangan kiri dan melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. "Kamu sudah terlambat lima belas menit. Papa baru saja akan pergi dari sini," ucapnya dengan suara tegas.

Reza melihat ke belakang tubuh Annisa, mencari keberadaan seseorang. Iris tua itu menyipit, menatap wajah Annisa dengan sorot penuh tanya saat tak melihat keberadaan siapa pun bersama anak gadisnya itu.

"Kamu datang sendirian?" tanya Reza menyelidik.

Annisa menghela napas panjang berusaha tetap terlihat tenang di hadapan papanya. Gadis itu menarik kursi yang ada di depan Reza hanya terhalang oleh meja, kemudian mendudukinya.

"Maaf aku terlambat, ada hal penting yang harus aku selesaikan terlebih dulu sebelum datang ke sini," ucap Annisa tenang yang hanya dibalas anggukkan ringan oleh Reza.

"Kamu bilang akan datang bersama kekasihmu. Di mana dia sekarang?" tanya Reza. "Apa dia tidak berani menemuiku?" tanyanya lagi dengan nada yang terdengar mengejek.

Gadis berhijab itu mencebikkan bibir, merasa kesal dengan sindiran papanya. Namun, sedetik kemudian perhatiannya teralihkan kepada pria tampan yang sedang berjalan mendekat ke arah mejanya. Annisa langsung menyambut Zidane dengan senyum manis seolah mereka benar-benar sepasang kekasih.

Sebenarnya, mereka datang bersama-sama. Namun, begitu masuk ke restoran, tiba-tiba saja Zidane meminta izin pergi ke toilet dahulu.

"Permisi! Maaf sudah menunggu lama," ucap Zidane tenang dan bersikap sesopan mungkin.

Reza memutar kepalanya mengikuti arah pandangan Annisa dan juga suara seorang pria yang terdengar asing.

"Pa, kenalkan ini Zidane." Anisa buru-buru beranjak dari duduknya, lalu berdiri di samping Zidane. Dia langsung memperkenalkan pria tampan di sampingnya kepada Reza.

"Dia ... pria yang kucintai," ucap Annisa terdengar ragu. Dia menatap wajah Zidane dengan sorot yang sulit diartikan dan seulas senyum yang terkesan dipaksakan terukir di bibirnya.

Reza tak menjawab. Pria paruh baya itu terdiam sambil memperhatikan penampilan Zidane dari atas ke bawah lalu balik lagi ke atas dengan mata tajamnya.

Dari penampilan Zidane saat ini, Reza berpikir bahwa pria muda itu bukan berasal dari keluarga kaya.

Kepala Reza menggeleng disertai seulas senyum miring terukir di bibirnya. Dari ekspresi wajahnya, nampak jelas terlihat bahwa dia tidak menyukai Zidane dan bahkan memandangnya rendah.

"Halo, Om, saya Zidane. Teman Annisa, putri Om. Senang rasanya bisa bertemu dengan cinta pertama dari wanita yang saya cintai," ucap Zidane ramah dan sopan sambil mengulurkan tangan ingin bersalaman dengan Reza.

Annisa melongo mendengar perkataan Zidane baru saja. Bola matanya membulat, menatap tajam dan galak ke arah Zidane, penuh peringatan. Namun, pria itu nampak tak terpengaruh dengan kode yang diberikan Annisa dan malah mengembangkan senyum licik sambil mengedipkan mata.

Menyebalkan! Annisa menggerutu dalam hati, merutuki sikap Zidane yang sudah lancang dalam berbicara dan bersikap.

Melihat tak ada respons dari Reza, Zidane pun langsung menurunkan tangannya. Dia tersenyum canggung sambil mengusap tengkuknya yang tak gatal. Annisa menarik lengan Zidane dan menyuruh pria itu duduk di kursi yang ada di sampinya.

Keheningan tercipta di meja itu selama beberapa menit, terutama saat ada seorang pelayang yang mencatat pesanan dan tak lama kemudian mengantar pesanan itu ke meja mereka.

"Sejak kapan kalian saling mengenal?" tanya Reza bernada dingin dan datar. Sejak tadi pandangannya tak beralih dari satu objek yaitu sosok Zidane.

Merasa pertanyaan itu ditujukan kepadanya, Zidane pun langsung menjawab, "Sepertinya sudah lebih dari sebulan. Benar 'kan, Sayang?" Zidane menjawab penuh percaya diri sambil melirik ke arah Annisa yang sudah memelototinya.

Rahang Annisa mengeras, nampak kesal kepada Zidane karena telah lancang memanggilnya dengan sebutan "Sayang".

'Dasar bodoh! Kenapa dia mengaku baru kenal sebulan, sih? Bisa-bisa Papa curiga dan semua rencanaku menghindari perjodohan dengan Yogi menjadi gagal.' Annisa menggerutu dalam hati sambil menatap tajam pria tampan di sampingnya.

"Apa?!" pekik Reza, terkejut. "Jadi kalian belum lama ini saling mengenal?" Beberapa detik kemudian pria paruh baya itu menggelengkan  kepalanya.

"Iya, Om. Tapi, Om jangan cemas karena saya serius mencintai putri Om," ucap Zidane.

Uhuk!

Annisa tersedak minumannya akibat terlalu terkejut mendengar pengakuan Zidane tentang hubungan mereka kepada Reza.

Sulit dipercaya. Pria itu benar-benar sangat pintar berakting. Padahal mereka tidak latihan dulu sebelumnya. Bahkan, semua yang dikatakan oleh Zidane saat ini sama sekali tidak ada dalam skenario yang sudah mereka siapkan selama dalam perjalanan tadi.

Dalam sekejap, Annisa merasa terpesona dengan Zidane. Namun, gadis itu segera sadar bahwa semua ini hanyalah sandiwara. Dan semua itu terjadi atas rencana dan keputusannya sendiri.

Annisa mendekatkan kepalanya dengan Zidane, kemudian berbisik dengan nada yang terdengar kesal.

"Jangan berlebihan! Bukankah kita sudah membicarakan semua ini saat di mobil tadi? Kenapa kamu malah mengarang cerita sendiri?" Anissa berbisik sambil menggertakkan giginya.

Sekilas, gadis itu menatap ke arah sang ayah yang sedang memperhatikannya. Annisa pun tersenyum, berharap Reza tidak mencurigainya.

"Kamu tenang saja, Nona. Aku akan membereskan semuanya dengan caraku sendiri. Kamu pasti akan puas dengan hasilnya nanti," ucap Zidane, berbisik.

Lagi-lagi, pria tampan itu mengedipkan sebelah matanya penuh percaya diri.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Jamal Baharom
lanjut terus
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Menantu Penguasa   Chapter 232

    “Kamu pasti bohong, kan?” Zidane berusaha untuk tidak percaya dengan kebenaran itu. Namun, binar mata Rizky yang tidak berkedip sedikit pun itu menghancurkan pengharapannya. “Saya punya buktinya, Pak. Orang suruhan Pak Alfian telah mengaku kepada kita. Bahkan saya sudah memberikan sejumlah uang yang nominalnya lebih besar dari yang ia terima agar pria itu mau membuka mulutnya,” jelas Rizky sambil mengutak atik layar IPADnya kemudian memberikannya kepada Zidane untuk dilihat pria itu. Zidane menggebrak meja lagi. Darahnya berdesir. Dadanya terasa sakit seperti ada pisau yang menusuk di sana. “Apa motifnya?” tanya Zidane lagi. Tangan lebarnya meraup wajah kasarnya. Rambut tipis telah tumbuh di dagu dan kumisnya akibat ia belum punya waktu untuk mencukur. “Perusahaan Alfian ingin menekan perusahaan ini agar anjlok dan tunduk di bawah kekuasaan mereka. rencana mereka ingin membeli separuh saham milik kita. Maka dari itu mereka sengaja menciptakan rumor palsu tentang perusahaan ini.” Z

  • Menantu Penguasa   Chapter 231

    Setelah mengetahui kebenaran kalau selama ini Annisalah yang membantu perusahaan ayahnya ketika hampir bangkut membuat Zidane semakin bersemangat untuk bekerja dan tidak boleh berleha-leha lagi. Zidane sangat berterimakasih kepada istrinya itu yang masih mau membantu perusahaan milik mertuanya meski Annisa belum mendapatkan restu sama sekali dari mereka. Cara satu-satunya yang bisa Zidane lakukan untuk membalas semua kebaikan istrinya meskipun tidak bisa semua kebaikan istrinya yang bisa ia balas adalah dengan memastikan pekerjaan di kantor bisa beres semua tanpa ada kesalahan sedikit pun. Zidane tidak boleh membebani Annisa lagi, istrinya itu belum cukup pulih benar. Selama kehamilan ini, keadaan Annisa selalu dipantau oleh dokter spesialis kandungannya. Dokter juga menyarankan Zidane untuk bisa menjadi suami siaga. Maka dari itu, sebisa mungkin ia tidak akan membawa pekerjaan ke rumah karena selama di rumah fokusnya harus penuh ke istrinya itu. Tumpukan berkas di meja Zidane dari

  • Menantu Penguasa   Chapter 230

    Zidane masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya barusan. Ternyata isi amplop cokelat besar itu adalah dokumen penting yang tertera bahwa Annisa telah mengalirkan dana miliaran rupiah ke perusahaan Alfian. Zidane baru menyadari bahwa orang yang telah membeli saham perusahaan Alfian ketika perusahaan itu hampir bangkrut adalah Annisa."Bagaimana bisa aku nggak tahu Kia melakukan ini di belakangku?" gumam Zidane seraya mengembus napas lirih. Ia agak sedikit marah karena waktu itu ia sudah melarang Annisa melakukan itu sebab tak mau dianggap sebagai suami yang memanfaatkan kekayaan sang istri. Kedua mata Zidane masih fokus membaca isi dokumen secara runut. Dari mulai lembaran pertama hingga ke lembaran selanjutnya. Saking fokusnya ia tak menyadari jika sudah menghabiskan waktu hampir lima belas menit. "Astaga! Aku ke kamar 'kan niatnya mau cari obatnya Kia." Zidane menepuk keningnya pelan. Ia pun kembali memasukkan lembaran-lembaran itu ke amplop dan menaruhnya di tempat semula. Ama

  • Menantu Penguasa   Chapter 229

    Zidane sejenak tertegun sambil memandang ke arah jendela ruang kantornya. Waktu sudah hampir petang sebab eksistensi matahari sebentar lagi akan digantikan oleh bulan. Sesekali ia mengembus napas kasar sebab memikirkan masalah yang tengah melanda perusahaannya. Suasana di ruangan kantor itu juga terasa sangat gelap dan sunyi, hanya terdengar denting jam dinding. Zidane sengaja tak menghidupkan lampu karena ia lebih senang berpikir dalam keadaan minim cahaya. Menurutnya itu bisa lebih membuat pikirannya rileks. Seperti yang diperintahkan oleh Zidane tadi, Rizky sudah menyuruh admin publishing untuk mengunggah sertifikat uji kelayakan produk milik perusahaan. Setelah sertifikat itu di-upload banyak pihak yang berkomentar dan komen negatif mulai sedikit terkikis. Untung saja mereka bertindak cepat, kalau tidak perusahaan akan mengalami kerugian lebih besar. "Saya juga sudah menangani beberapa artikel buruk mengenai produk kita, Pak. Semuanya akan dihapus secara bertahap," terang Rizky

  • Menantu Penguasa   Chapter 228

    “Annisa!!!” Zidane berteriak seperti orang kesetanan begitu sampai di rumah. Pria itu mencari istrinya ke setiap sudut rumah dengan perasaan campur aduk. Begitu melihat Annisa di dapur, ia langsung berlari dan memeluknya. “Kamu kenapa tumben pulang cepat?” tanya Annisa bingung begitu ia memisahkan diri dari pelukan Zidane. “Tangan kamu kenapa ini?” Zidane manatap tangan Annisa dengan penuh kekhawatiran begitu melihat tangan kanan Annisa yang penuh dengan luka gores. “Oh ini, tadi nggak sengaja kena duri mawar.” Tatapan Zidane kini beralih ke arah Vivi. “Mama nyuruh Annisa untuk melakukan ini semua kan? Iya kan? Jawab pertanyaan aku.” Vivi langsung memasang tampang masam. Kedua tangannya ia lipat di depan dada. “Istrimu yang ngadu ya? Mama cuma mau membantu Annisa semua nggak malas-malasan saja di kamar. Ternyata istri kamu ini adalah wanita yang lemah. Baru segini saja sudah mengeluh,” sindir Vivi. “Mama!!! Sudah berapa kali Zidane bilang kalau Annisa ini tidak boleh terlalu cap

  • Menantu Penguasa   Chapter 227

    Annisa terpaksa bangun dari istirahat siangnya begitu mendengar suara pintu kamar yang diketuk. Sejak tadi pagi tubuhnya letih sekali sehingga memutuskan untuk tidur setelah mengantarkan Zidane berangkat bekerja. Sudah beberapa hari Annisa dan Zidane memutuskan untuk tinggal di rumah Vivi dan Alfian demi mengupayakan agar Vivi bisa sembuh lebih cepat. Meskipun kurang nyaman, tapi Annisa mencoba untuk bertahan sekuat mungkin di rumah besar dan megah ini. Andaikan hubungan Annisa dengan Mama mertuanya tidak seburuk ini, mungkin ia akan betah untuk tinggal. Selama berada di sini, Annisa merasa waktu berjalan sangat lambat dibandingkan dengan waktu yang ia habiskan di rumahnya sendiri. Pun dengan Zidane yang akhir-akhir ini sering pulang terlambat dari kantor menambah kurangnya semangat Annisa dalam menjalani harinya. Annisa bisa saja meminta Zidane untuk kembali saja ke rumah mereka, tapi itu akan menambah buruk hubungannya dengan Vivi. Ditambah lagi Annisa tidak ingin mertuannya jatu

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status