Share

Chapter 08

Author: Rose Dreamers
last update Last Updated: 2021-11-24 16:51:51

Reza menatap Zidane dengan pandangan yang terlihat merendahkan setelah mengetahui kebenaran tentang identitasnya yang hanya bekerja sebagai karyawan biasa, dan itu pun di kafe buku milik Annisa.

Zidane tidak menutup-nutupi semua tentang dirinya yang hanya seorang pemuda biasa. Tak ada harta kekayaan dan juga kemewahan yang bisa dia perlihatkan saat ini. Namun, Zidane mengatakan bahwa dirinya serius ingin menjadikan Annisa sebagai istrinya.

"Apa kamu gila?!" pekik Reza. Sebelah sudut bibirnya tertarik ke atas sambil menatap tajam wajah Zidane. "Berani-beraninya orang miskin sepertimu ingin menikah dengan putriku!" geramnya lagi, penuh penekanan.

"Pa!" seru Annisa. Dia tidak senang dengan sikap papanya yang sudah menyakiti hati Zidane.

Gadis anggun itu baru saja ingin membuka mulut untuk mendebat papanya, tetapi Zidane segera mencegah dengan cara menepuk pelan punggung telapak tangannya. Zidane menggelengkan kepala begitu Annisa menoleh ke arahnya.

"Papa gak habis pikir sama kamu, Nisa. Otak kamu di simpan di mana, hah?! Bisa-bisanya kamu memilih pria sepertinya untuk dijadikan suami!" bentak Reza sambil menunjuk kearah Zidane.

Walau sedang ada di restoran, tetapi mereka bebas berbicara karena berada di ruangan private.

Pria paruh baya itu tersenyum kecut, lalu menghela napas panjang dan mengendurkan dasi yang dikenakannya.

"Memangnya apa yang bisa kamu harapkan dari pria seperti dia? Miskin, berandalan, tidak jelas asal usulnya," ucap Reza lagi. Pria paruh baya itu terdiam selama beberapa detik, kemudian berkata dengan tegas, "Keputusan Papa sudah bulat. Kamu hanya akan menikah dengan Yogi! Setidaknya, masa depan kamu terjamin bila hidup bersamanya nanti."

Rahang Annisa mengeras. Kedua tangannya mengepal di atas paha. Gadis itu menatap wajah Reza dengan sorot berkilat penuh kekecewaan.

"Lebih baik aku tidak menikah seumur hidupku dari pada harus menikah dengan pria brengsek seperti dia!" tegas Annisa dengan suara bergetar.

"Aku pikir, Papa memiliki sedikit rasa peduli terhadapku, tetapi ternyata tidak!" ucap Annisa lagi, lirih. Dia tersenyum simpul sambil memalingkan wajah ke arah lain, berusaha menyembunyikan air matanya.

"Justru Papa peduli sama kamu. Papa ingin yang terbaik untuk kamu!" jelas Reza dengan suara tegasnya.

Setelah berucap demikian kepada Annisa, pria paruh baya itu pun menoleh ke arah Zidane dan menatapnya sinis.

"Apa yang kamu harapkan dari pria seperti dia?" tanyanya bernada meremehkan.

Zidane tersenyum kecut. Kata-kata dari Reza itu cukup membuat hatinya sedikit tersinggung, tetapi dia masih berusaha tetap bersikap tenang. Dia terdiam sambil memerhatikan perdebatan antara anak dan ayahnya.

"Apa yang Papa harapkan dari Yogi?" Annisa balik bertanya kepada Reza. "Papa ingin melihat aku menderita seumur hidupku, begitukah?" tanyanya lagi. Seulas senyum sinis terukir di bibir gadis itu.

"Maaf, saya menyela." Akhirnya Zidane membuka suara dan berhasil mengalihkan perhatian Annisa dan Reza yang saat itu sedang bersitegang.

Pria beralis tebal itu meneguk dulu minuman miliknya, kemudian membenarkan posisi duduk sebelum memulai berbicara.

"Boleh saya meminta sedikit waktu Om sekarang? Saya ingin membicarakan sesuatu berdua saja," ucap Zidane dengan tenang.

Kedua alis Annisa mengernyit dalam memperlihatkan segurat garis halus di keningnya. Nampak jelas terlihat bahwa gadis itu tidak setuju dengan ide bodoh Zidane. Annisa takut pria itu akan berbicara yang bukan-bukan sehingga nantinya akan semakin memperumit keadan.

Reza terdiam, nampak ragu kepada Zidane.

"Lima belas menit saja," ucap Zidane, membujuk.

"Baiklah!" putus Reza yang membuat Zidane tersenyum tipis.

Kedua bola mata Annisa membulat saat Reza meminta Annisa untuk pergi meninggalkannya berdua dengan Zidane.

Annisa menarik Zidane agar sedikit menjauh dari Reza, kemudian bertanya, "Apa yang ingin kamu bicarakan dengan Papa? Tolong jangan bersikap bodoh!" tegur Annisa.

Gadis itu menatap dalam mata Zidane yang juga sedang melihatnya.

"Bukankah kamu ingin menikah denganku karena tidak mau dijodohkan? Beri aku sedikit kepercayaan, Nona. Aku akan menyelesaikan semuanya dengan baik," ucap Zidane dengan tenang.

Annisa bergeming, masih menatap wajah Zidane dengan serius. Mencoba menebak apa saja isi di dalam kepala pria tampan itu, sehingga berani sekali ingin membujuk Reza. Seolah semuanya akan begitu mudah.

Dia ingin membantah karena merasa ragu kepada Zidane, tetapi pria tampan itu dengan tenang meminta Annisa untuk mempercayainya sekali saja.

Zidane tersenyum kemudian meminta Annisa untuk menunggunya di luar. Meski berat hati, terpaksa gadis itu pergi meninggalkan Zidane dengan papanya.

***

"Kenapa mereka lama sekali?" gumam Annisa.

Gadis itu nampak tidak tenang menunggu Zidane dan Reza segera ke luar dari ruangan khusus. Waktu menunjukan sudah lebih dari lima belas menit, tetapi masih belum terlihat mereka ke luar. Hal itu semakin membuat Annisa cemas. Dia takut Zidane akan membuat papanya semakin yakin untuk meneruskan perjodohan dengan Yogi.

"Sebenarnya apa yang ingin Zidane bicarakan dengan Papa sehingga dia tidak mengizinkanku untuk ikut mendengarnya juga?" gerutu Annisa pelan.

Suara desaah kasar berkali-kali ke luar dari mulut gadis cantik itu. Dia memainkan jemarinya mengetuk-ngetuk meja, tidak tenang.

Gadis berhijab itu langsung beranjak dari duduknya begitu melihat Zidane dan Reza berjalan mendekat ke arahnya dengan ekspresi yang sulit diartikan. Dia langsung menatap Zidane meminta penjelasan, tetapi pria itu hanya tersenyum seolah tidak pernah terjadi apa-apa.

"Papa memberi kalian restu untuk menikah,"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (12)
goodnovel comment avatar
Jhamuss Putra
ternyata benar dugaanku, bahwa zidan itu pria botak dari prancis, pemain bola.. wkkkkkkkk....
goodnovel comment avatar
Rahmi Nur Alam
mantapp......
goodnovel comment avatar
Kencanam Sitepu
babnja,terkunci,takbisabaca
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Menantu Penguasa   Chapter 232

    “Kamu pasti bohong, kan?” Zidane berusaha untuk tidak percaya dengan kebenaran itu. Namun, binar mata Rizky yang tidak berkedip sedikit pun itu menghancurkan pengharapannya. “Saya punya buktinya, Pak. Orang suruhan Pak Alfian telah mengaku kepada kita. Bahkan saya sudah memberikan sejumlah uang yang nominalnya lebih besar dari yang ia terima agar pria itu mau membuka mulutnya,” jelas Rizky sambil mengutak atik layar IPADnya kemudian memberikannya kepada Zidane untuk dilihat pria itu. Zidane menggebrak meja lagi. Darahnya berdesir. Dadanya terasa sakit seperti ada pisau yang menusuk di sana. “Apa motifnya?” tanya Zidane lagi. Tangan lebarnya meraup wajah kasarnya. Rambut tipis telah tumbuh di dagu dan kumisnya akibat ia belum punya waktu untuk mencukur. “Perusahaan Alfian ingin menekan perusahaan ini agar anjlok dan tunduk di bawah kekuasaan mereka. rencana mereka ingin membeli separuh saham milik kita. Maka dari itu mereka sengaja menciptakan rumor palsu tentang perusahaan ini.” Z

  • Menantu Penguasa   Chapter 231

    Setelah mengetahui kebenaran kalau selama ini Annisalah yang membantu perusahaan ayahnya ketika hampir bangkut membuat Zidane semakin bersemangat untuk bekerja dan tidak boleh berleha-leha lagi. Zidane sangat berterimakasih kepada istrinya itu yang masih mau membantu perusahaan milik mertuanya meski Annisa belum mendapatkan restu sama sekali dari mereka. Cara satu-satunya yang bisa Zidane lakukan untuk membalas semua kebaikan istrinya meskipun tidak bisa semua kebaikan istrinya yang bisa ia balas adalah dengan memastikan pekerjaan di kantor bisa beres semua tanpa ada kesalahan sedikit pun. Zidane tidak boleh membebani Annisa lagi, istrinya itu belum cukup pulih benar. Selama kehamilan ini, keadaan Annisa selalu dipantau oleh dokter spesialis kandungannya. Dokter juga menyarankan Zidane untuk bisa menjadi suami siaga. Maka dari itu, sebisa mungkin ia tidak akan membawa pekerjaan ke rumah karena selama di rumah fokusnya harus penuh ke istrinya itu. Tumpukan berkas di meja Zidane dari

  • Menantu Penguasa   Chapter 230

    Zidane masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya barusan. Ternyata isi amplop cokelat besar itu adalah dokumen penting yang tertera bahwa Annisa telah mengalirkan dana miliaran rupiah ke perusahaan Alfian. Zidane baru menyadari bahwa orang yang telah membeli saham perusahaan Alfian ketika perusahaan itu hampir bangkrut adalah Annisa."Bagaimana bisa aku nggak tahu Kia melakukan ini di belakangku?" gumam Zidane seraya mengembus napas lirih. Ia agak sedikit marah karena waktu itu ia sudah melarang Annisa melakukan itu sebab tak mau dianggap sebagai suami yang memanfaatkan kekayaan sang istri. Kedua mata Zidane masih fokus membaca isi dokumen secara runut. Dari mulai lembaran pertama hingga ke lembaran selanjutnya. Saking fokusnya ia tak menyadari jika sudah menghabiskan waktu hampir lima belas menit. "Astaga! Aku ke kamar 'kan niatnya mau cari obatnya Kia." Zidane menepuk keningnya pelan. Ia pun kembali memasukkan lembaran-lembaran itu ke amplop dan menaruhnya di tempat semula. Ama

  • Menantu Penguasa   Chapter 229

    Zidane sejenak tertegun sambil memandang ke arah jendela ruang kantornya. Waktu sudah hampir petang sebab eksistensi matahari sebentar lagi akan digantikan oleh bulan. Sesekali ia mengembus napas kasar sebab memikirkan masalah yang tengah melanda perusahaannya. Suasana di ruangan kantor itu juga terasa sangat gelap dan sunyi, hanya terdengar denting jam dinding. Zidane sengaja tak menghidupkan lampu karena ia lebih senang berpikir dalam keadaan minim cahaya. Menurutnya itu bisa lebih membuat pikirannya rileks. Seperti yang diperintahkan oleh Zidane tadi, Rizky sudah menyuruh admin publishing untuk mengunggah sertifikat uji kelayakan produk milik perusahaan. Setelah sertifikat itu di-upload banyak pihak yang berkomentar dan komen negatif mulai sedikit terkikis. Untung saja mereka bertindak cepat, kalau tidak perusahaan akan mengalami kerugian lebih besar. "Saya juga sudah menangani beberapa artikel buruk mengenai produk kita, Pak. Semuanya akan dihapus secara bertahap," terang Rizky

  • Menantu Penguasa   Chapter 228

    “Annisa!!!” Zidane berteriak seperti orang kesetanan begitu sampai di rumah. Pria itu mencari istrinya ke setiap sudut rumah dengan perasaan campur aduk. Begitu melihat Annisa di dapur, ia langsung berlari dan memeluknya. “Kamu kenapa tumben pulang cepat?” tanya Annisa bingung begitu ia memisahkan diri dari pelukan Zidane. “Tangan kamu kenapa ini?” Zidane manatap tangan Annisa dengan penuh kekhawatiran begitu melihat tangan kanan Annisa yang penuh dengan luka gores. “Oh ini, tadi nggak sengaja kena duri mawar.” Tatapan Zidane kini beralih ke arah Vivi. “Mama nyuruh Annisa untuk melakukan ini semua kan? Iya kan? Jawab pertanyaan aku.” Vivi langsung memasang tampang masam. Kedua tangannya ia lipat di depan dada. “Istrimu yang ngadu ya? Mama cuma mau membantu Annisa semua nggak malas-malasan saja di kamar. Ternyata istri kamu ini adalah wanita yang lemah. Baru segini saja sudah mengeluh,” sindir Vivi. “Mama!!! Sudah berapa kali Zidane bilang kalau Annisa ini tidak boleh terlalu cap

  • Menantu Penguasa   Chapter 227

    Annisa terpaksa bangun dari istirahat siangnya begitu mendengar suara pintu kamar yang diketuk. Sejak tadi pagi tubuhnya letih sekali sehingga memutuskan untuk tidur setelah mengantarkan Zidane berangkat bekerja. Sudah beberapa hari Annisa dan Zidane memutuskan untuk tinggal di rumah Vivi dan Alfian demi mengupayakan agar Vivi bisa sembuh lebih cepat. Meskipun kurang nyaman, tapi Annisa mencoba untuk bertahan sekuat mungkin di rumah besar dan megah ini. Andaikan hubungan Annisa dengan Mama mertuanya tidak seburuk ini, mungkin ia akan betah untuk tinggal. Selama berada di sini, Annisa merasa waktu berjalan sangat lambat dibandingkan dengan waktu yang ia habiskan di rumahnya sendiri. Pun dengan Zidane yang akhir-akhir ini sering pulang terlambat dari kantor menambah kurangnya semangat Annisa dalam menjalani harinya. Annisa bisa saja meminta Zidane untuk kembali saja ke rumah mereka, tapi itu akan menambah buruk hubungannya dengan Vivi. Ditambah lagi Annisa tidak ingin mertuannya jatu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status