Beranda / Urban / Menantu Sang Mafia / Hal Misterius Yang Mengganggu

Share

Hal Misterius Yang Mengganggu

Penulis: Kiki Miki
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-19 14:00:48

"Taruhanmu yang sebenarnya adalah €500 bukan €15. Silahkan dibayar, Tuan!"

Semua terkejut akan penemuan Ethan. Sungguh mereka tidak menyangka kalau orang yang mereka kira selama ini sebagai raja judi ternyata tak lebih dari seorang pecundang yang suka bermain curang.

"Breng sek!! Apa-apaan ini? Kau membodohi kami semua di sini?" teriak salah seorang dengan emosi.

Bagaimana tidak emosi? Selama beberapa kali bertaruh dalam satu hari ini di meja judi ia selalu saja kalah. Bahkan kekalahannya di putaran terakhir ini adalah satu-satunya uang terakhir yang ia punya. Sekarang ada orang yang dengan seenaknya bermain curang. Siapa yang bisa dengan mudah menerima hal itu?

"Aku tidak bermain curang! Pelayan ini bohong! Kalian kalah makanya kalian ini padaku. Itu sebabnya kalian menyuruh pelayan ini untuk berpura-pura menangkap basah aku. Padahal aku tidak berbuat curang sama sekali!" sangkal Mark.

Mark masih saja ingin membantah. Ia tidak mau mengganti rugi sebanyak €500. Dia adalah definisi dari orang serakah yang sesungguhnya. padahal Ia telah berkali-kali menang dengan jumlah taruhan banyak, sedangkan ketika ia kalah yang dia bayar hanya sedikit.

"Hey! Kamu bilang kami iri? Siapa iri dengan pecundang sepertimu?! Kau hanya bisa bermain curang ternyata. Sekarang kembalikan uang kami!! Ini tidak adil!"

Lalu meja delapan yang awalnya cukup kondusif, berakhir ribut karena pertengkaran sesama bettor itu. Semua menjadi kacau dan tak terkendali hingga akhirnya pihak keamanan pun datang untuk mengamankan para pelaku perkelahian itu.

Usut punya usut ternyata Mark adalah salah seorang mantan dealer di sebuah kasino di daerah Palermo. Selama bertahun-tahun bekerja di bidang itu, ia banyak mempelajari kelemahan menjadi seorang dealer (pembagi kartu) dan mencari pula celah bagi para bettor untuk dapat mencurangi seorang dealer. Oleh karena itu, Mark pun menjajaki Kasino yang satu ke kasino yang lain untuk membuktikan analisanya itu.

Maka setelah ia yakin tekniknya mengelabui dealer di salah satu Kasino berhasil, Mark pun mencoba kembali peruntungannya. Yakin tekhniknya sinkron dengan hasil, Mark pun memutuskan untuk berhenti menjadi dealer dan memutuskan untuk menjadi seorang penjudi yang berkelana dari kasino yang satu ke kasino yang lain.

"Apa kau tidak ada hal lain yang bisa kau kerjakan, sehingga kau harus membuat keributan seperti itu, hah?!" teriak Agustinus, sang kepala pelayan dengan marah.

"Maafkan aku, Agustin."

Ethan seperti biasanya selalu bersikap low profile dan bersikap ramah pada siapapun, termasuk dalam hal memanggil seseorang. itu sebabnya ia memanggil Agustinus dengan panggilan yang akrab seperti kepada seorang teman.

"Jangan memanggilku seperti itu, Bo doh! kita tidak sedekat itu!" teriak si tua Agustinus.

"Ah, Agustinus. Kenapa kau sekaku itu? Apa kau tidak tertarik padaku?" goda Ethan sambil mengedipkan matanya kepada Agustinus.

"Jangan menggodaku seperti itu! Bahkan jika kau perempuan, aku tidak akan pernah tertarik dengan orang menyebalkan sepertimu! Bagaimana bisa kau bermain-main di jam kerja seperti ini? Kau bahkan mengurusi yang bukan urusanmu! Kau lihat saja nanti, aku akan melaporkanmu pada Jordy. Aku rasa dia telah mencari orang yang salah untuk bekerja disini!" teriak Agustinus si kepala pelayan tua itu.

Ethan bahkan sampai harus menutup telinganya rapat-rapat, mendengar suara memekakkan telinga dari Agustinus. Ia heran kenapa ada banyak sekali orang yang suka berteriak. Di rumah, Crystal pun seolah memiliki hobi yang sama. Di casino ini pun demikian. Apakah mereka pikir semua orang di dunia ini tuli? Ethan menjadi geleng-geleng kepala karenanya.

"Jangan laporkan aku pada Jordy, Agustin. Kumohon! Bagaimana kalau ia memecatku? Akan bekerja apa aku nanti? Kau tahu kan zaman sekarang betapa sulitnya mencari pekerjaan?" kata Ethan dengan nada memelas.

Ethan tak benar-benar takut pada Jordy. iya melakukan itu hanya semata-mata agar Agustinus merasa lebih baik dan tidak merasa diremehkan olehnya. Sebegitu pedulinya ia pada hubungan antar sesama manusia.

"Agustin!" rayu Ethan sambil memijat pundak Agustinus. "Bagaimana kalau aku membersihkan ruang pantry setelah aku selesai bekerja? Biarkan aku lembur untuk menebus kesalahanku, hmm?" wujudnya pada orang tua itu.

"Tidak perlu!! Sudah ada petugas bersih-bersih yang akan menyelesaikan tugasnya di jam-nya masing-masing," jawab Agustinus dengan putus.

"Bagaimana kalau aku mengecek dan memperbaiki motor tuamu, Agustin? Mungkin dia butuh sedikit perawatan dan service plus-plus. Kau tahu, Agustin? Tidak hanya manusia yang butuh service. Tetapi kendaraan kita juga! Ijinkan aku melakukannya, hum. Atau dia akan mati kelelahan karena ditunggangi olehmu tanpa pernah kau rawat. Seperti ini, Ah ... ah.... dan akhirnya! Akhhh! Dia mati, Agustin" seloroh Ethan lagi sambil menirukan desahan seorang perempuan dan mempraktekkan perempuan itu seolah mati karena ditunggangi oleh Austin.

Pelayan lain yang mendengar selorohan Ethan itu menjadi tertawa karenanya.

"Ethan! kau jangan macam-macam dengan motor antiknya itu. Bisa-bisa jika motornya itu tidak bisa lagi berjalan kau akan dibunuhnya," kekeh Hendrik menjawab selorohan Ethan.

"Kalian diamlah, Bocah! Dan kau!" petunjuknya pada Ethan. "Kali ini aku memaafkanmu. Tapi tidak lain waktu!"

"Owh!! Terima kasih, Agustin! Aku mencintaimu!!" jawab Ethan sambil memeluk pria tua itu sambil menci um keningnya, yang langsung dibalas oleh pria itu dengan tepukan kasar di tangannya.

****

"Kau sudah pulang?" sapa Benigno saat menantunya itu melewati ruang depan hendak masuk ke kamarnya.

"Hum, iya!" jawab Ethan.

"Duduk!" perintah Benigno.

Seperti anjing pudel yang penurut, lelaki itu pun duduk di sofa seperti perintah mertuanya.

"Bagaimana tadi di kasino?" tanya mertuanya itu tanpa berbasa-basi.

"Ya begitulah. Aku rasa kau pasti sudah tahu apa yang terjadi," jawab Ethan.

Benigno mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia sudah mendengar laporan dari Jordy kalau menantunya itu menangkap basah kecurangan dari salah seorang pelanggan VIP mereka hingga mereka mengetahui kalau pria itu ternyata sudah melakukan kecurangan seperti itu selama bertahun-tahun lamanya tak hanya di Mensina Casino saja, melainkan di kasino lain juga.

Selama beberapa menit mereka terdiam. Ethan sibuk memeriksa ponselnya, sementara Benigno tak melepaskan pandangan darinya. Ia sungguh penasaran pada menantunya ini sekarang. Benigno yakin kalau Ethan bukanlah pria bo doh seperti ekspresi yang sering ditunjukkannya selama ini.

Berkecimpung di dunia hitam sejak ia masih muda, Benigno telah bertemu banyak orang dengan berbagai macam karakter. jadi sedikit banyak ia tahu kalau Ethan bukanlah pria biasa. Namun yang ia tidak tahu adalah, apakah pria ini ada di pihak musuh atau di pihak yang bisa ia jadi kan kawan. Benigno sudah menyelidiki latar belakang pria ini sebelum ia menyetujui untuk menikahkan Crystal dengannya. Tidak ada yang aneh! Masa lalu Ethan terlihat normal dan biasa-biasa saja.

Ethan dan Alessandro Besson, menantu Benigno terdahulu, adalah saudara kandung yatim piatu sedari kecil. Mereka sama-sama dirawat di panti asuhan, hingga mereka dewasa tak ada yang mengadopsi keduanya hingga sampai batas usia maksimal mereka tinggal di panti keduanya memutuskan berpisah untuk mencari kehidupan masing-masing. Bekerja dan merantau sesuai skill masing-masing. Setidaknya itulah informasi yang didapat oleh Benigno.

Mungkinkah Ethan memiliki identitas lain? Tapi apa?

"Ethan!" panggil Benigno ragu.

"Ya?" Ethan mengangkat wajahnya, balas menatap Benigno.

Sesaat Benigno merutuki dirinya sendiri. Bagaimana mungkin Ethan memiliki identitas lain? Biar bagaimana pun dia tetaplah saudara sedarah mendiang Alessandro yang tak berguna itu. Tidak, tidak. Dia hanya terlalu paranoid.

"Ya? Apa papa memanggilku?"

"Ehemm!!" dehem Benigno. "Besok kau tak perlu ke kasino. Kau cek semua mobil yang ada di rumah ini!" perintahnya.

Ethan menatap mertuanya itu dengan heran.

"Kenapa? Kau keberatan? Kau mekanik, kan?"

Ethan mengangguk.

"Kalau begitu besok kau kerjakan!" perintahnya lagi sambil ia beranjak dari duduk dan meninggalkan Ethan duduk sendiri di ruang depan.

Biarlah sementara ia membiarkan dulu pria itu sambil ia mencari tahu pelan-pelan hal misterius apa yang terasa menganggunya tentang Ethan. Selama dia tidak menyakiti putri dan cucunya dan selama Benigno belum mendapat celah untuk bisa menendang pria sampah itu.

****

Hai jangan lupa masukin buku ini ke rak dan bantu review juga ya!

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Menantu Sang Mafia   Bukan Ethan Yang Menculikku

    "Marlon?!" pekik Crystal terkejut.Orang yang diserukan namanya oleh Crystal itu, lagi-lagi hanya melempar senyum menyeringai."Ya, ini aku. Kenapa kau terkejut melihatku? Apa itu karena kau merindukanku?" tanya pria itu dengan nada menyebalkan.Crystal menyipitkan matanya dan memasang ekspresi wajah jijik."Apa kau selalu seperti ini? Tidak tahu malu?" balas Crystal dengan sengit.Itu membuat Marlon menjadi tertawa."Tidak tahu malu? Tidak tahu malu seperti apa maksudmu, hmm? Bukannya kau yang tidak tahu malu? Aku sudah menolongmu dari pria yang menciba ingin menabrakmu itu, dan tadi kau dengan lantangnya mengucapkan terima kasih padaku dan ingin memberikan hadiah padaku sebagai imbalan atas pertolongan yang kuberikan karena telah menyelamatkan nyawa kamu. Tetapi lihat sekarang? Setelah kau tahu siapa dewa penolongmu, kau bukannya jadi memberikan hadiah padaku, tapi kini malah memakiku tidak tahu malu? Ckckck! Crystal Mensina memang luar biasa! Entah apa jadinya kalau aku benar-ben

  • Menantu Sang Mafia   Kau Ingin Memberiku Hadiah?

    Crystal masih terpaku melihat kedua orang yang tidak ia kenal siapa itu sedang berkelahi di hadapannya. Berbeda dengan Bertha yang segera cepat tanggap terhadap situasi tak menguntungkan itu. Ia segera buru-buru mendudukkan Clarissa di kursi, tepat di sebelah Crystal. Lalu iya pun mendorong kursi roda itu menjauh dari area itu."Ayo, Nyonya! Kita pergi saja dari sini. Di sini sangat berbahaya!" kata Bertha mencoba memperingatkan wanita yang dia lihat sembuh kembangnya dari sejak kecil itu."Si-siapa mereka, Bertha?" tanya Crystal dengan menggumam."Emm ... entahlah, aku tidak tahu, Nyonya Crystal. Kalau aku berpendapat sebaiknya kita pergi saja dari sini. Di sini terlalu berbahaya," kata Bertha.Wanita itu tanpa berpikir panjang lagi segera memutar balik kursi roda Crystal yang diduduki oleh sepasang ibu dan anak itu menuju ke arah rumah mereka yang berjarak sekitar 50 meter dari tempat itu."Tapi Bertha ... bagaimana dengan mereka?" tunjuk Crystal ke arah kedua orang asing yang sedan

  • Menantu Sang Mafia   Es Krim Dan Gelato

    "Mamaaaa!!!" seru Clarissa dari sisi jalan yang berseberangan dengan di mana Crystal sedang berada di kursi rodanya seperti saat ini.Crystal melambaikan tangannya untuk membalas seruan Clarissa dari samping mobil penjual es krim ituSebenarnya jalanan komplek itu tidak terlalu lebar. Seperti halnya jalanan komplek di perumahan-perumahan lain. Hanya saja Crystal memang lebih memilih untuk tidak ikut menyeberang dengan Bertha dan Clarissa yang sedang ingin membeli es krim di penjual es krim dengan mobil khusus itu. Crystal untuk menunggu di seberang jalan sambil tetap sibuk dengan ponselnya untuk mencari tahu apakah Ethan sudah aktif atau tidak.Beberapa kali Crystal menempelkan ponsel itu di telinganya dan beberapa kali pula dia harus memasang raut kecewa karena hingga saat itu pun, Ethan tetaplah tidak bisa dihubungi. Sangat menyebalkan![Nomor yang anda tuju sed ....]Crystal melepas ponsel yang menempel di telinganya dan merengut kesal."Ah, Ethan sialaaaaan! Sebenarnya apa maumu s

  • Menantu Sang Mafia   Siapa Kedua Orang Itu?

    Brrrruuuuum!!!! Crystal yang sudah berada di tengah jalan tersentak dan spontan berhenti menekan tuas pada kursi rodanya. Hanya berkisar beberapa meter saja sebuah motor sport dengan cc besar saat ini sedang melaju kencang ke arahnya. Dalam hitungan detik saja, Crystal tersadar kalau dia sedang berada dalam bahaya. Refleks tangannya meraih tuas kursi roda itu agar bergerak maju, namun sepertinya meski kursi roda itu berhasil bergerak pun namun kalau dilihat dari kecepatan motor sport yang sedang melaju ke arahnya itu, rasanya tetap saja akan sulit baginya untuk lolos dari kecelakaan jika motor besar itu menabraknya. Mungkin Crystal memang tak sempat untuk berpikir panjang tentang sebuah alasan mengapa pengendara motor itu bisa tiba-tiba saja berada di jalanan komplek perumahan yang sepi dengan mengendarai sepeda motor yang melaju kencang. Entah dari mana datangnya sepeda motor itu? Crystal bener-bener tak mengerti. Tetapi satu yang pasti, pengendara sepeda motor itu pastilah senga

  • Menantu Sang Mafia   Pengintai

    Crystal merasa bosan saat ini. Sejak kemarin Ethan tak lagi bisa dihubungi setelah mereka saling bertelepon dan melakukan panggilan video. Crystal setelah berulang-ulang mencoba menghubungi nomor pria itu. Namun sangat disayangkan karena hingga detik ini nomor ponsel begitu belum aktif juga.[Il numero che hai composto è inattivo e fuori portata. Si prega di lasciare un messaggio dopo il seguente tono... ]BIP!!![Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan. Mohon tinggalkan pesan setelah nada berikut ...]BIP!!Crystal menjauhkan ponselnya dari telinga sambil menggerutu. Sungguh saat ini dia merasa kesal setengah mati. "Ethan!! Sebenarnya ada apa denganmu? Kenapa kau tidak mengaktifkan ponselmu!" maki Crystal sambil mengomel pada ponsel yang ada di genggaman nya satunya.Clarissa yang sedang memakan serealnya disuap oleh Bertha hanya bisa melihat sang mama dengan wajah tertarik ingin mengetahui kemana papa Ethan-nya. Tetapi untuk menanyakannya langsung rasa

  • Menantu Sang Mafia   Sampai Titik Darah Penghabisan

    "Justru itulah alasan aku mengundang kalian datang ke sini. Kita harus berdiskusi untuk mencari tahu bagaimana cara agar bisa membebaskan mereka dari sana," kata Ethan.Mereka para member Aquila Nera yang ada di sana pun mengangguk-anggukkan kepala tanda sepakat dengan kata-kata dari Ethan itu, meski pun dalam hati dan pikiran mereka masih banyak pertanyaan-pertanyaan yang ingin mereka lontarkan. Tapi mereka sadar diri kalau ini bukanlah saat yang tepat untuk terlalu banyak bertanya."Kalau begitu kita bisa mulai sekarang berdiskusi tentang apa yang harus kita lakukan untuk bisa mengeluarkan sekitar empat puluhan orang dari Ventra Della Terra?" tanya Ethan meminta pendapat para anak buahnya.Para anak buah Aquila Nera itu pun mengangguk."Lalu kalau begitu, apakah kira-kira kalian memiliki ide?" tanya Ethan pada mereka.Ethan menatap satu persatu orang-orang yang mengelilingi meja bundar meeting room Hotel Savona Catania itu."Baiklah, sebelum kalian mengeluarkan pendapat kalian masi

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status