Share

Tidak Sebanding

Penulis: Falisha Ashia
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-13 17:48:01

Tamparan yang dilakukan oleh Austin membuat Felicia tersungkur karena saking kencangnya.

"Berani-beraninya kamu melawanku! Semua yang kamu miliki sekarang adalah berkat aku!" geram Austin.

Tiba-tiba Alexa berlari menghampiri Felicia dan memeluk tubuh wanita itu.

"Kamu ini pria atau wanita? Kenapa kamu tega memukul seorang wanita?" Alexa tampak begitu marah kepada Austin.

"Siapa kamu? Berani-beraninya kamu datang ke sini dan ikut campur dengan urusanku!" hardik Austin.

Felicia menyingkirkan tangan Alexa sembari berkata, "Sudah Kak Alexa, aku tidak apa-apa. Lebih baik kamu pergi dan jangan ikut campur. Ini sangat berbahaya sekali dan aku nggak mau kamu terbawa-bawa."

Alexa menggelengkan kepalanya. Lalu dia berkata, "Aku akan tetap di sini dan melindungimu. Tenang saja."

Austin melihat wajah Alexa tidaklah cantik dari Felicia, bahkan lebih cantik. Dia pun tersenyum dengan sangat lebar.

"Aku nggak menduga kalau akan ada ikan yang menghampiriku untuk ditangkap, menarik sekali," ucap Austin
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Menantu Tak Ternilai   Api Yang Tak Padam

    Alexa menunggu Ethan pulang ke villa dengan dada bergemuruh. Amarahnya sudah mencapai puncak begitu mendengar Ethan membuat keributan di perusahaan Arya. Terlebih, tanpa sepengetahuannya. Ia merasa dikhianati, dikontrol, dan dipermalukan di hadapan dunia luar.Begitu mobil Ethan berhenti di garasi, Alexa langsung menghampirinya. Dua pengawal yang ditugaskan menjaga pintu kamarnya tak berani menahan ketika ia mengancam akan melapor pada Bastian agar mereka dipecat."Ethan, apa yang kau pikirkan, hah?" bentak Alexa, menarik kerah kemeja Ethan hingga tubuhnya menegang. Tatapannya tajam, bergetar oleh emosi.Ethan terpaku sejenak melihat Alexa bisa sampai ke garasi. “Kamu harusnya di kamar. Di luar tidak aman,” ucapnya dingin, menahan diri agar tak terpancing.“Aku tak peduli! Jelaskan dulu, kenapa kau datang ke kantor Arya dan membuat keributan? Aku bukan tahananmu, Ethan. Aku hanya berteman dengan Arya!” seru Alexa. Wajahnya memerah, napasnya memburu.Ethan memicingkan mata. “Dari mana

  • Menantu Tak Ternilai   Jebakan Yang Manis

    “Kenapa aku tidak diberi tahu?!” bentak Arya. Suaranya menggema di ruangan, membuat resepsionis yang berdiri di depan meja menunduk ketakutan.“Maaf, Pak Arya. Bapak sendiri bilang tidak ingin diganggu. Saya hanya menjalankan perintah,” jawab resepsionis itu gugup.Arya memijat pelipisnya keras-keras. Sial. Saat bagus untuk berbicara langsung dengan Ethan malah hilang gara-gara salah paham sepele. Ia tahu Ethan datang bukan tanpa alasan.“Kenapa kamu usir dia?!” Arya menekan suaranya agar tetap tenang, tapi nada tajamnya tetap menusuk.Resepsionis menjelaskan dengan suara bergetar, tentang Ethan yang datang tiba-tiba, menolak diatur, memaksa masuk, hingga empat satpam harus turun tangan untuk menenangkannya. Arya mendengarkan tanpa menyela, hanya sesekali mengangguk kecil.Begitu telepon ditutup, suasana ruangan menjadi hening. Langkah lembut terdengar dari belakang. Anya, sekretaris pribadinya, mendekat dengan senyum manis yang menutupi rasa ingin tahunya.“Pak Arya kenapa? Wajahnya

  • Menantu Tak Ternilai   Menemui Arya

    Ethan Winata ditinggalkan dalam frustrasi yang mendidih. Alexa memasuki kamar, mengabaikan Ethan, dan segera merangkai suara manisnya di telepon, terhubung dengan Arya. Perintah keras Ethan agar ia menjauhi pria mana pun telah menjadi debu yang tertiup angin baginya.“Bagaimana kondisimu? Apakah kamu baik-baik saja?” tanya Arya dengan nada khawatir yang lembut, namun terasa memiliki daya tarik yang kuat. Mendengar pertanyaan itu saja, senyum tipis terukir di bibir Alexa. Perhatian semacam ini sudah lama hilang dari hidupnya. Meskipun hanya sebuah pertanyaan, kebahagiaan itu memabukkan.Alexa tak tahu mengapa Arya selalu berhasil memicu gejolak aneh di jiwanya. Pria itu seolah memahami dirinya lebih dari siapa pun—romantis, penuh perhatian, dan memiliki daya tarik yang membuatnya betah menghabiskan waktu berjam-jam.“Aku baik-baik saja. Memangnya ada apa?” Alexa balik bertanya.“Tadi aku mengirim seratus mawar merah ke kantormu, tapi resepsionis bilang kamu tidak masuk. Aku khawatir. K

  • Menantu Tak Ternilai   Ancaman Pecahan Kaca

    "Apa!" seru Martin, ketakutan murni akhirnya meledak, memecah topeng ketenangannya.Martin menelan ketakutan. Ia ingat, Bastian pasti akan melindunginya. Terlebih, membunuh Martin tidak akan memberi Bernard apa-apa.Martin menyeringai remeh. "Anda tidak akan mendapatkan informasi apa-apa jika membunuh saya, Tuan Bernard. Markas Tuan Dominic begitu rahasia. Tidak semua bawahan, termasuk saya, tahu persis di mana lokasinya."Bernard mendengus. Ia memang tidak mungkin membunuh Martin. Tindakan itu akan menjadi bumerang, dan ia memikirkan cara lain. "Kau bukan bawahan biasa. Bagaimana mungkin Tuan Dominic tidak memberitahukan informasi mengenai markasnya pada dirimu?" tanya Bernard geram. Ia tahu betul Martin sengaja menyembunyikan informasi."Tapi saya sungguh-sungguh tidak tahu. Tuan Dominic ingin lebih berhati-hati, sehingga tidak memberitahukan posisi markas selain dirinya sendiri dan orang-orang yang dianggap kompeten." Martin kembali mengelak. Seandainya ia tahu pun, ia tidak akan p

  • Menantu Tak Ternilai   Titik Awal Pengkhianatan

    Hans mematung di ambang lorong, matanya mengikuti punggung Tuan Dominic yang menghilang ke kamar atas. Rasa penasaran yang mencekik. Bosnya, seorang pria yang selalu diselimuti teka-teki, kini diselimuti masalah yang jauh lebih gelap. Hans tahu, menyelidiki adalah tindakan berbahaya, namun rasa ingin tahunya sudah terlanjur dipicu. Terlebih, Livy dan Bastian juga menyembunyikan sesuatu. Keterlibatan mereka menambah lapisan keraguan. Haruskah ia mulai menyelidiki? Sendirian? Atau melibatkan Charlie?Kelelahan memaksanya berjalan menuju kamar. Hans bergegas mandi, membiarkan air dingin mengusir penat yang menjalari pikiran. Setelahnya, tubuhnya ambruk di ranjang."Aku harus menyelidiki," putusnya. Keputusan itu lahir dari keyakinan bahwa hanya dengan mengungkap skandal yang melilit Tuan Dominic, rasa penasarannya akan terpuaskan. Ia merasa akan lebih aman jika kasus ini diurus sendirian, meski ia sama sekali belum tahu skandal apa yang dimaksud sang bos.Hans memejamkan mata, memaksakan

  • Menantu Tak Ternilai   Ajakan Menggoda

    Setelah melihat Bastian dan Livy meninggalkan hotel dengan taksi, Charlie segera menyusul Hans. Hans yang sudah berjalan lebih dahulu celingukan, mencari Bastian.“Ke mana Tuan Dominic dan Livy?” batin Hans, bingung. Ia tak melihat lagi sang bos dan wanita yang dicari itu. “Mereka menghilang atau tertinggal?”Charlie berjalan mendekat, sibuk dengan pikirannya sendiri. Ia menduga Bastian ada hubungan dengan Livy, tetapi memilih diam. Terserah Tuan Dominic saja. Dia pria dewasa dan tahu bagaimana mengatasinya jika ada masalah di kemudian hari. Mereka berdua tiba di samping mobil.“Di mana Tuan Dominic, Charlie?” tanya Hans, heran.“Tuan Dominic pulang naik taksi bersama Livy,” jawab Charlie datar, terkesan cuek.“Aneh sekali, kenapa mereka naik taksi? Bukankah mobil ini cukup longgar untuk kita berempat?”“Aku tidak tahu, Hans. Tadi tak bertanya langsung pada Tuan Dominic.”“Ada apa sebenarnya? Apa terjadi sesuatu yang genting?” Hans mulai khawatir.“Aku tidak tahu. Jika ada masalah, ak

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status