Share

Akan Dipakai

*Pantas saja jika Agha memilih menikah lagi di sana. Jika istrinya saja tidak bisa memberikan dia anak.

*Betul, Jengsay. Biarkan saja Agha menikah lagi, dia pasti akan segera memiliki keturunan.

*Apalagi istrinya yang sekarang modis, molek, tidak seperti si ono yang tidak tahu selera suami.

*Hus, awas ononya, kan bisa berabe kite.

Aku menggeleng melihat isi komentar berbalas di story adik iparku. Aku tahu, salah satu pemilik akun itu adalah ibu mertuaku. Itupun aku tidak tahu hp siapa yang dipakai, bisa saja ponselku sebab sebelum itu ibu mertuaku tidak memiliki ponsel pribadi.

"Sebentar, Mas Agha sudah menikah lagi?"

Tersebab penasaran, aku menscroll status Widya pasti aku akan menemukan sesuatu. Dan ternyata benar, itu Mas Agha dia sedang bergandengan tangan dengan mempelai wanita.

"Ah, mungkin saja dia adalah temannya. Mana mungkin Mas Agha akan berbuat seperti itu."

Berbagai sangkaan positif aku pasang sedemikian rupa, kuhapus dengan segera jika itu menyangkut kemungkinan pengkhianatan suamiku padaku.

Aku meletakkan ponselku saat mendengar suara pintu diketuk. Ada tamu? Tidak mungkin, mungkin saja orang mau tanya alamat atau lainnya.

"Apa benar dengan Mbak Mutia Zahira?" tanya laki-laki yang mengenakan baju ala tukang pos.

"Iya benar dengan saya sendiri."

"Ini ada surat untuk mbak, silakan tanda tangan di sini."

Surat? Dari siapa. Aku tak banyak tanya, langsung kuikuti arahan pengirim surat tersebut.

Kubuka perlahan setelah meneliti siapa pengirimnya, tampaknya ini bukan sembarang surat.

"Surat cerai? Mas Agha?"

Lututku seketika luruh ke lantai, apa ini jawaban yang pantas aku terima setelah kesetiaan dan pengabdianku padanya. Aku menerima semua perlakuan ibunya, aku terima semuanya. Nyatanya saat ini, aku yang dibuang?

Bergegas kubuka secarik kertas yang lain, tertera tulisan tangan Mas Agha. Ya, aku tahu betul itu adalah tulisan tangan Mas Agha.

'Maaf, Mutia. Mungkin aku tidak sopan sudah mengirimkan ini untukmu. Aku sudah berusaha menghubungimu melalui media sosialmu yang mana saja, tetapi tidak bisa. Sekali lagi maaf, Mutia. Aku sampaikan ini lewat secarik kertas, sejatinya aku tak kuasa membayangkan kesedihanmu apalagi harus melihat derai air matamu.'

'Bagaimana lagi, aku juga tidak mau mengecewakan ibuku terus menerus. Dia telah lama menginginkan cucu, sementara kita berdua tau, kamu tidak bisa memberikan itu semua.

Maka dengan ini, aku ingin kita tidak ada hubungan apapun lagi. Kudengar juga dari ibu, kamu akhir-akhir ini sering menggunakan uang yang kuberikan untuk foya-foya.

Aku tidak sanggup lagi untuk berkata apa. Kita berjalan masing-masing saja. Semoga tidak pernah ada dendam di antara kita. Sekali lagi, maafkan aku, Mutia.'

Bisa-bisanya Mas Agha menuliskan tulisan panjang itu, drama apa itu? Apa dia yakin dirinya akan punya anak dengan orang lain selagi dirinya yang justru bermasalah.

"Kenapa Mas Agha tidak datang dulu, pulang menemuiku dan mengatasi semuanya bersama."

"Ibu mertuaku, kenapa dia tega perlakukan aku seperti ini. Setidaknya, jika dia malu punya menantu seperti diriku dia tidak akan pernah mendzalimi anak yatim piatu."

"Akankah nasibku semalang ini? Tidak pernah kubayangkan, lelaki yang kupilih adalah lelaki yang masih dalam kendali orang tuanya."

Kuhempaskan kertas di tangan ke sembarang arah, akan kucoba ikhlaskan semuanya. Jika ini takdirku, maka kuyakun Tuhan akan memberiku jalan untuk tetap tegar dan kuat.

"Bukan aku yang mandul, Mas. Tapi kamu yang bermasalah. Kita lihat saja nanti, bagaimana reaksimu jika kamu tahu kenyataannya. Menikah dengan siapapun, kamu tetap tidak akan memiliki keturunan. Kecuali aku mendapat pengkhianatan dan dibohongi sebelumnya."

Tidak ada gunanya menyesal, tidak ada gunanya berontak. Yang kubutuhkan saat ini adalah ketegaran dan pembuktian. Wanita malang ini tidak pantas dibuang dan dihinakan.

Kusimpan rapih kertas yang tadi kubuang, siapa tahu aku akan membutuhkannya lagi di lain waktu.

"Mas Agha, mantan ibu bertua, dan mantan adik ipar. Kita lihat saja, siapa yang akan meroket, yang dihina atau yang menghina?"

Aku yakin aku dilahirkan oleh orangtua yang tegar dan kuat, aku hanya butuh lebih berusaha untuk membuktikan pada dunia. Anak yatim piatu ini akan tumbuh menjadi pribadi yang tidak lemah dan pantang menyerah.

"Aku akan menggunakan uang ini untuk modal usahaku. Ya, uang ini akan benar-benar kugunakan sebaik-baiknya. Alfaqir bilang, dia akan menjelaskan semua pada waktunya. Dia bilang ini adalah hakku, lantas apa yang membuatku ragu?"

[Uangnya akan saya pakai untuk membuka bisnis, semoga berkah.]

Kukirimkan pesan pada kontak bernama Alfaqir. Setelah lima menit, kuterima balasannya.

[Silakan, barakallah. Semua uang itu milikmu.]

"Mas Agha, semoga kamu hidup bahagia. Dan tidak pernah menyesal di kemudian hari. Namun, jika pada masanya kamu ingin kembali, jangan salahkan aku jika kutak bisa lagi membuka hati sekalipun kamu kembali dengan seorang diri."

Bersambung...

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Feny Retna Chotimah
lucu sih sebenernya cari tau ke setiap akun tp surat cerai bisa nyampe ke kontrakan yah .wkwwkkwkwk
goodnovel comment avatar
Ixion
hebat tahu alamat kontrakan baru istrinya ......... gaib suaminya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status