Share

Akan Dipakai

Author: HaluMutu
last update Last Updated: 2022-04-07 12:51:29

*Pantas saja jika Agha memilih menikah lagi di sana. Jika istrinya saja tidak bisa memberikan dia anak.

*Betul, Jengsay. Biarkan saja Agha menikah lagi, dia pasti akan segera memiliki keturunan.

*Apalagi istrinya yang sekarang modis, molek, tidak seperti si ono yang tidak tahu selera suami.

*Hus, awas ononya, kan bisa berabe kite.

Aku menggeleng melihat isi komentar berbalas di story adik iparku. Aku tahu, salah satu pemilik akun itu adalah ibu mertuaku. Itupun aku tidak tahu hp siapa yang dipakai, bisa saja ponselku sebab sebelum itu ibu mertuaku tidak memiliki ponsel pribadi.

"Sebentar, Mas Agha sudah menikah lagi?"

Tersebab penasaran, aku menscroll status Widya pasti aku akan menemukan sesuatu. Dan ternyata benar, itu Mas Agha dia sedang bergandengan tangan dengan mempelai wanita.

"Ah, mungkin saja dia adalah temannya. Mana mungkin Mas Agha akan berbuat seperti itu."

Berbagai sangkaan positif aku pasang sedemikian rupa, kuhapus dengan segera jika itu menyangkut kemungkinan pengkhianatan suamiku padaku.

Aku meletakkan ponselku saat mendengar suara pintu diketuk. Ada tamu? Tidak mungkin, mungkin saja orang mau tanya alamat atau lainnya.

"Apa benar dengan Mbak Mutia Zahira?" tanya laki-laki yang mengenakan baju ala tukang pos.

"Iya benar dengan saya sendiri."

"Ini ada surat untuk mbak, silakan tanda tangan di sini."

Surat? Dari siapa. Aku tak banyak tanya, langsung kuikuti arahan pengirim surat tersebut.

Kubuka perlahan setelah meneliti siapa pengirimnya, tampaknya ini bukan sembarang surat.

"Surat cerai? Mas Agha?"

Lututku seketika luruh ke lantai, apa ini jawaban yang pantas aku terima setelah kesetiaan dan pengabdianku padanya. Aku menerima semua perlakuan ibunya, aku terima semuanya. Nyatanya saat ini, aku yang dibuang?

Bergegas kubuka secarik kertas yang lain, tertera tulisan tangan Mas Agha. Ya, aku tahu betul itu adalah tulisan tangan Mas Agha.

'Maaf, Mutia. Mungkin aku tidak sopan sudah mengirimkan ini untukmu. Aku sudah berusaha menghubungimu melalui media sosialmu yang mana saja, tetapi tidak bisa. Sekali lagi maaf, Mutia. Aku sampaikan ini lewat secarik kertas, sejatinya aku tak kuasa membayangkan kesedihanmu apalagi harus melihat derai air matamu.'

'Bagaimana lagi, aku juga tidak mau mengecewakan ibuku terus menerus. Dia telah lama menginginkan cucu, sementara kita berdua tau, kamu tidak bisa memberikan itu semua.

Maka dengan ini, aku ingin kita tidak ada hubungan apapun lagi. Kudengar juga dari ibu, kamu akhir-akhir ini sering menggunakan uang yang kuberikan untuk foya-foya.

Aku tidak sanggup lagi untuk berkata apa. Kita berjalan masing-masing saja. Semoga tidak pernah ada dendam di antara kita. Sekali lagi, maafkan aku, Mutia.'

Bisa-bisanya Mas Agha menuliskan tulisan panjang itu, drama apa itu? Apa dia yakin dirinya akan punya anak dengan orang lain selagi dirinya yang justru bermasalah.

"Kenapa Mas Agha tidak datang dulu, pulang menemuiku dan mengatasi semuanya bersama."

"Ibu mertuaku, kenapa dia tega perlakukan aku seperti ini. Setidaknya, jika dia malu punya menantu seperti diriku dia tidak akan pernah mendzalimi anak yatim piatu."

"Akankah nasibku semalang ini? Tidak pernah kubayangkan, lelaki yang kupilih adalah lelaki yang masih dalam kendali orang tuanya."

Kuhempaskan kertas di tangan ke sembarang arah, akan kucoba ikhlaskan semuanya. Jika ini takdirku, maka kuyakun Tuhan akan memberiku jalan untuk tetap tegar dan kuat.

"Bukan aku yang mandul, Mas. Tapi kamu yang bermasalah. Kita lihat saja nanti, bagaimana reaksimu jika kamu tahu kenyataannya. Menikah dengan siapapun, kamu tetap tidak akan memiliki keturunan. Kecuali aku mendapat pengkhianatan dan dibohongi sebelumnya."

Tidak ada gunanya menyesal, tidak ada gunanya berontak. Yang kubutuhkan saat ini adalah ketegaran dan pembuktian. Wanita malang ini tidak pantas dibuang dan dihinakan.

Kusimpan rapih kertas yang tadi kubuang, siapa tahu aku akan membutuhkannya lagi di lain waktu.

"Mas Agha, mantan ibu bertua, dan mantan adik ipar. Kita lihat saja, siapa yang akan meroket, yang dihina atau yang menghina?"

Aku yakin aku dilahirkan oleh orangtua yang tegar dan kuat, aku hanya butuh lebih berusaha untuk membuktikan pada dunia. Anak yatim piatu ini akan tumbuh menjadi pribadi yang tidak lemah dan pantang menyerah.

"Aku akan menggunakan uang ini untuk modal usahaku. Ya, uang ini akan benar-benar kugunakan sebaik-baiknya. Alfaqir bilang, dia akan menjelaskan semua pada waktunya. Dia bilang ini adalah hakku, lantas apa yang membuatku ragu?"

[Uangnya akan saya pakai untuk membuka bisnis, semoga berkah.]

Kukirimkan pesan pada kontak bernama Alfaqir. Setelah lima menit, kuterima balasannya.

[Silakan, barakallah. Semua uang itu milikmu.]

"Mas Agha, semoga kamu hidup bahagia. Dan tidak pernah menyesal di kemudian hari. Namun, jika pada masanya kamu ingin kembali, jangan salahkan aku jika kutak bisa lagi membuka hati sekalipun kamu kembali dengan seorang diri."

Bersambung...

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Feny Retna Chotimah
lucu sih sebenernya cari tau ke setiap akun tp surat cerai bisa nyampe ke kontrakan yah .wkwwkkwkwk
goodnovel comment avatar
Ixion
hebat tahu alamat kontrakan baru istrinya ......... gaib suaminya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Menantu yang Sengaja Dibuang   Ciuman?

    "Tolong buka ikatan ini, aku mau salat. Aku belum salat," pintaku iba. Satu orang berbadan kekar dan tatapan tajam menyorot ke arahku. "Diam! Jangan pikir kami bodoh sehingga bisa kamu kibuli. Bos kami sebentar lagi datang, maka tugas kami akan selesai. Jadi jangan persulit tugas kami, paham?!" Aku tercekat, bagaimana ini. Aku harus berusaha tenang, mungkin saja Ibrahim sedang merencanakan kejutan yang berbeda. "Ibrahim, cepet dateng." "Siap, bos," seru seseorang dari luar. Betapa terperanjatnya aku saat ternyata yang masuk bukan Ibrahim, tapi justru Mas Agha. Mau apa lagi dia menciptakan kekacauan ini. "Lepas ikatannya," perintah Mas Agha disusul dengan salah satu pria berbaju hitam mendekat ke arahku. Aku menghembuskan napas lega saat terlepas dari belenggu tadi. Mas Agha benar-benar kekurangan pekerjaan tampaknya. Dengan satu isyarat pria-pria itu keluar meninggalkan kami. Kini tinggal aku juga Mas Agha. "Mas, apa sih mau kamu sampe tega berbuat seperti ini." "Tenang, Muti

  • Menantu yang Sengaja Dibuang   Pria Bertopeng

    "Mmm ... ya, aku mau," ujarku setelah menghela napas panjang. Siapa sangka, bahwa Ibrahim akan mengatakan ini sehingga dia membawaku pergi. Menurutku, sudah cukup kupertimbangkan. Ini salah satu solusi terbaik, tuk hindari Mas Agha dan keluarganya. Baru aku tahu sekarang ini, dan agaknya hanya terjadi padaku. Setelah Mas Agha meninggalkanku, lalu dia mengejarku. Wajah Ibrahim berubah semringah, tampak sekali sebuah isyarat bahwa dia sangat senang dengan jawabanku. Dengan membaca bismillah, insyaAllah aku tak akan salah langkah. Semoga semua ini menjadi wasilah aku dapat mengambil hikmah dan berpijak lebih gagah. "Terima kasih, Mutia. Jawaban itu yang sangat aku inginkan." Sungging senyum Ibrahim menambah keteduhan wajahnya, entah apa alasannya sehingga dia bersedia menungguku selama ini. Jika dilihat dari parasnya, dia melakukan ini bukan karena tidak laku. Namun, entah apa yang telah terjadi. Krukk, krukkMendadak hening. Taman yang ramai pun seakan menjadi senyap. Ibrahim mena

  • Menantu yang Sengaja Dibuang   Nikah? Jawab Sekarang?

    "Mutia, papa pengen melihat kalian itu segera menikah. Jadi kapan kira-kira kalian mau urus semuanya?" DeghAku jadi kikuk wajahku memanas. Dalam lubuk hatiku, aku sudah merasa sangat siap. Dipertimbangkan lagi, daripada Mas Agha dan keluarganya selalu saja meneror aku. Terlebih Karin. Padahal sudah sangat jelas bahwa tidak ada yang bisa diharapkan lagi dari sosok Mas Agha. "Mutia," seru papa Ibrahim. Aku menoleh ke arah Ibrahim yang justru melempar senyum padaku. "Ka-kalau Mutia, terserah Ibrahim saja, Pa." "Tuh kan, Him. Jawaban Mutia sudah kayak gitu kok, kenapa kamu masih minta papa buat nanya sama Mutia. Sebenernya ini semua tergantung kamu, kamu mau bergerak cepat apa enggak.""Betul, A Im harus bergerak cepat, gimana kalau nanti malah terlambat dan Mutia keburu diambil orang. Hayo, kehilangan lagi." Mama Ibrahim juga menyeru seraya menggoda putranya. Ibrahim tak henti-hentinya mengulas senyum sedari tadi, cukup aneh menurutku. "Ibrahim pasti akan secepatnya nikahin Mutia,

  • Menantu yang Sengaja Dibuang   Peristiwa Manis

    "Gimana sih kamu, Karin. Kok, Mutia baik-baik aja. Katanya kamu kirim makanan itu buat Mutia." "Karin juga gak tau, Buk. Ya mana kita tau coba kalau ternyata yang makan bukan si Mutia. Mantan istri Mas Agha yang masih dikejar-kejar terus itu. Iiih sebel." Aku menggeleng, tidak sengaja saat aku hendak mencari minuman, aku melihat ManMer dan Karin sedang berbincang di kursi rumah sakit. Bisa-bisanya mereka berniat mencelakai aku. "Oke, kita lihat siapa nanti yang akan menang." Aku berdehem berjalan dengan dada membusung dan kepala mendongak. Tepat sekali mereka duduk di sebelah tempat pembelian minuman. "Duh, cuaca di sini lagi panas nih. Pengen yang adem-adem," ironiku pada mereka, sejatinya aku kesal kenapa setega itu dan senekad itu. Padahah, semua bisa dibicarakan dengan cara baik-baik. ManMer berdiri, lalu disusul dengan Karin. "Ngapain kamu di sini?" Aku menyeringai. "Seharusnya Mutia yang tanya, kenapa Ibu sama Karin ada di sini? Oh, jangan-jangan makanan itu, kalian yang

  • Menantu yang Sengaja Dibuang   Racun

    "Bolehkah jika Mutia minta ijin bicara sama Ibrahim sebentar, Ma?" "Oh, boleh dong. Boleh banget kan ya, Pa." "Iya, pastinya." Aku pun mengajak Ibrahim ke pelataran belangak rumah. Tempat di mana menurutku hanya ada ketenangan, gemericik air jatuh ke kolam. Pemandangan langit turut membersamai. "Ini maksudnya apa, Him?" Ibrahim berdehem dengan posisi wajah mendongak, kedua tangannya ia lipat di dada. "Jika kamu tidak berkenan, jawab saja apa adanya. Aku akan terima semua jawabanmu." "Kalau kamu sendiri gimana? Apa kamu terima?""Aku rasa, kamu sudah tahu jawabannya." "Apa?" Ibrahim menoleh ke arahku, ia menatapku dengan sangat serius. Hingga, aku pun reflek salah tingkah. "Kamu tanya? Saat aku sudah beberapa kali menyatakan perasaanku dan kamu masih bertanya apa? Baiklah, dengan ini aku sudah memahami dan mendapatkan jawabanmu." Apakah pria itu juga bisa marah? Dia mendadak membalikkan badan, lalu meninggalkanku sendiri? "Him, argh."Aku mendengus pelan, dia benar-benar ke

  • Menantu yang Sengaja Dibuang   Inikah Bisikan Jodoh?

    "Terima kasih, Him. Gak mau mampir dulu?" "Enggak, Mutia. Kebetulan aku sudah ditunggu mami." Aku terperangah, orang tua Ibrahim sudah pulang? Kenapa dari tadi dia tidak cerita. "Oh, jadi aku gak penting sudah, ya. Sampai-sampai gak cerita nih." "Cerita apa?" "Sudah lah, apa kata kamu." Sungguh menjengkelkan saat Ibrahim langsung aja main ngacir tanpa berusaha memahami maksud pembicaraanku. "Dasar cowok!" Aku membalikkan badan, merasakan tubuh yang mulai menunjukkan protesnya. Ya, lelah. Aku letih, ditambah pikiran mengenai Mas Agha yang mendadak seperti anak ABG baru mulai mencintai seseorang saja. "Lucu, dulu aku dia buang dan sekarang dia kejar habis-habisan." Aku menggeleng sembari mendengus pelan. "Permisi, atas nama ibu Mutia?" seruan yang berasal dari arah belakang. Aku pun menoleh. Telah berdiri seorang kurir dengan seragam G*abnya. Aku mengangkat sebelah alisku, siapa yang pesan makanan. "Iya, Mas. Saya sendiri." "Ini, Mbak. Ada kiriman untuk Mbak dan sudah diba

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status