Share

Bab 4. Penawaran

Gila, satu kata yang pantas diucapkan untuk apa yang dilakukannya. Tapi Kayana tidak punya pilihan lain selain ini. Setelah pagi tadi ia kembali bertengkar dengan adiknya yang membuat jantung ayahnya kembali kambuh dan hal itu masih teringat jelas dalam ingatannya.

"Kapan Ayah akan menerima lamaran Rizal?" tanya Rose saat di meja makan.

"Kamu tidak akan menikah sebelum Kakakmu menikah."

"Ayah gila! Ayah, tidak memikirkan reputasi dan martabat keluarga kita. Apa kata orang jika mengetahui kalau aku menikah dengan keadaan perut besar!" marah Rose, karena ayahnya selalu saja memikirkan kakaknya dibandingkan dirinya.

"Jangan berbicara dengan nada seperti itu Rose," tegur Rendra.

"Ayah, terimalah lamaran Rizal, biarkan Rose menikah terlebih dahulu, karena aku tidak akan pernah menikah sampai kapanpun," ucap Kayana.

"Apa yang kau katakan, jangankan kau tidak menikah. Dilangkahi oleh Rose, pun tidak akan ayah biarkan, jika memang kau tidak memiliki calon untuk dikenakan pada Ayah. Maka, Ayah akan menjodohkan kamu dengan sepupu kamu yang siap menikah dengan kamu kapan saja."

"Ayah! Jangan gila, aku sudah bilang. Aku tidak akan menikah!"

"Kakak! Kamu yang jangan gila, jika kamu tidak menikah lalu bagaimana dengan diriku. Jangan egois dan memikirkan pacar perempuanmu itu."

Rendra yang mendengar ucapan Rose seketika memegang dadanya yang terasa nyeri.

"Kayana, apa yang dikatakan Rose tadi."

"Ayah, sepertinya. Kakak tidak normal. Dia punya penyakit menyimpang."

"Jaga ucapanmu Rose! Aku tidak seperti itu!" bentak Kayana.

"Jika tidak seperti itu apa? Kami tidak pernah liat kamu pergi dengan pria manapun, malah yang sering kami lihat, kau lebih banyak menghabiskan waktu bersama dengan sahabatmu."

"Tidak, itu fitnah Ayah! Ayah harus dengar. Aku tidak seperti itu. Aku memiliki alasan lain untuk tidak menikah." Kayana menyangkal ucapan Rose. 

Namun, seperti Rendra terlanjur syok mendengar ucapan Rose, sehingga ia pun jatuh pingsan. Sedangkan Fitri yang melihat kejadian itu hanya bisa diam tidak bisa berkata-kata.

"Ini semua gara-gara kamu. Awas aja, jika sampai aku batal menikah. Akan aku pastikan, aku akan bunuh diri dihadapan Ayah!" tunjuk Rose dihadapan wajah Kayana. Saat ini mereka sedang berada di rumah sakit.

"Jangan gila kamu Rose!" bentak Kayana ketika mendengar ucapan Rose yang akan bunuh diri dihadapan ayah mereka.

"Aku tidak peduli! Dan aku tidak mau. Jika pernikahan ini gagal, dalam hitungan jam, keluarga Rajaspati akan mendapatkan kabar hal memalukan ini," tekan Rose.

Kayana meremas kepalanya, dia sangat mengkhawatirkan kondisi sang ayah. Ditambah adiknya yang terus saja menekan dirinya untuk segera menikah. 

"Ayah," bisik Kayana pelan. Matanya kini sudah berkaca-kaca melihat kondisi ayahnya yang semakin memburuk.

"Jika dengan aku menikah, Ayah akan baik-baik saja. Maka aku akan melakukannya."

Kayana memegang tangan ayahnya yang sudah keriput dan memperlihatkan urat-urat yang telah menonjol lalu dikecupnya pelan.

"Maafkan aku, karena penolakanku. Ayah, jadi seperti ini." Kayana terus saja mengelus tangan Rendra. Air mata yang sejak tadi ditahannya kini kembali tumpah. Memang terkadang ia egois, hanya memikirkan dirinya sendiri. Tapi untuk kali ini. Dia tidak akan membiarkan hal itu terjadi, sudah cukup ia kehilangan ibu kandungnya sejak kecil. Jangan sampai ia juga kehilangan ayahnya.

"Ka-ya-na ...," lirih Rendra.

"Ayah, aku disini," balas Layanan.

"Men-kah-lah," pinta Rendra, dengan terbata-bata.

"Ak-u. Ak-u akan menikah, tapi Ayah janji. Ayah harus sembuh dan sehat. Dan menikahkan aku dengan tangan Ayah. Aku juga berjanji. Akan membawa seorang pria terbaik diantara yang terbaik, yang bisa melindungiku dan mencintaiku," ucap Kayana dengan perasaan sedih dan haru karena melihat ayahnya sadar.

**

Setelah kepergian Kayana, Dirza memegang kartu nama yang diberikan Kayana kepadanya. Wanita yang ditolongnya menawarkan uang yang banyak untuk dirinya. Tapi dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Menerima atau tidak. Tapi, jika dia menolak. Dari mana ia mendapatkan uang sebanyak 100 juta dalam waktu singkat. Sementara ibunya harus cepat ditangani. Dia juga belum siap jika harus kehilangan ibunya, ia melihat adik-adiknya yang masih membutuhkan ibunya. Lalu dengan penuh pertimbangan, ia pun mau menerima tawaran itu, meskipun dia tidak tahu apa penawaran yang Kayana tawarkan. Lalu dengan cepat ia pun menghubungi Kayana.

Sementara Kayana, dia tidak tahu apa yang dipikirkannya. Tiba-tiba saja terlintas dalam otaknya untuk membuat kesepakatan dengan pria yang telah menolongnya. Mungkin terdengar konyol, tapi ini semua adalah solusi terbaik untuk masalahnya. Ayahnya, ingin dia menikah sebelum adiknya menikah. Maka dia akan mengabulkannya meskipun pernikahan yang dijalaninya hanya sebuah pura-pura.

**

Ke esokkan paginya, Kayana mendapat jawaban yang membuat suasana hatinya menjadi tenang. Karena mendapatkan apa yang ia inginkan. Yaitu, meluluskan rencananya dan mulai saat ini satu persatu rencana Kayana berjalan dengan baik, meski ada beberapa Kendala kecil.

"Oy Aya! Seneng banget kayaknya hari ini. Dapat cek pot ya?" Adella yang tiba-tiba saja datang ke ruangan Kayana. Mentang-mentang boss mereka cuti sehingga Adella bernai keluar masu ke ruangan kayana.

"Ya harus dong. Hidupkan cuman sekali, jadi harus dinikmati baik hari ini atau pun nanti."

"Hah. Menikmati seperti apa hidup mu, Ay. Jomblo mana ada yang nikmat haha," ledek Adella.

"Gak peduli! dari pada kamu punya pacar berasa jomblo," balas Kayana.

Adella yang mendengar penuturan kayana pun memajukan bibirnya lima senti.

"Loh mah Ay, kalau ngomong suka bener," cibir Adella kesal.

"Lagian siapa yang mulai duluan." Kayana pun mengangkat bahunya acuh. "Ya udah pergi sana?" usir kayana.

"Kamu ngusir aku?" tunjuk Adella pada dirinya sendiri.

Dengan mudahnya Kayana pun menganggukkan kepalanya.

"Tega Ay. Kalau begitu aku pergi," ketus Adella kemudian beranjak dari duduknya dan meninggalkan Kayana sendiri

Dan setelah kepergian Adella. Kayana pun menatap jendela menuju pemandangan ke luar. Di sana Kayana bisa melihat jalanan serta kendaraan yang padat dan juga berdesakan terlihat sekali sangat kecil karena di lihat dari lantai 30. Lantai paling atas Karena ruangannya masih satu dengan ruangan sang atasan.

Disela kesibuknnya dalam bekerja, Kayana tak pernah berpikir jika hidupnya akan seperti ini. Menyewa seseorang untuk dijadikan pendamping hidupnya. Walaupun hanya sementara. Tapi itu adalah pilihnya yang tidak ingin terikat dengan hubungan apapun baik pacaran ataupun pernikahan.

Jika saja Kayana tidak terdesak maka dalam hidupnya. Tidak akan pernah ada yang namanya pernikahan. Jika pun ada, ini hanya akan sementara seperti rencananya. Sebenarnya ada alasan mengapa ia tidak ingin memiliki hubungan. Karena di belum bisa melupakan kejadian yang membuat dirinya enggan memiliki sebuah hubungan. alasannya tidak ada yang tahu. Kecuali dirinya sendiri dan sahabatnya. Bahkan ayahnya sekalipun tidak mengetahui apa alasannya. Meskipun begitu, tanpa Kayana sadari. Apapun yang dilakukannya selalu diawasi oleh sang Ayah.

Related chapter

Latest chapter

DMCA.com Protection Status