LOGINSeorang perawat masuk. “Dokter ingin bicara dengan keluarga Tuan Ardianto.”“Saya istrinya.” jawab Bu Marianne.“Silakan ikut saya.”Bu Marianne berjalan ke luar dari kamar, dia berhenti di depan pintu kamar karena di situ ada seorang dokter yang ingin bicara dengannya.“Apakah suami Anda punya penyakit diabetes?”“Iya Dok.” jawab Bu Marianne.“Perawat sudah mengambil sampel darah, dan melakukan cek gula darah. Kadar gula darah Pak Ardi di bawah normal, itulah sebabnya Pak Ardi merasa sakit, tidak enak badan. Saya menemukan ada kandungan obat diabetes jenis metformin, dalam sampel milik Pak Ardi. Apakah dokter di Bandung yang memberikan resep metformin pada Pak Ardi?”Bu Marianne minta izin masuk kamar untuk mengambil tas. Dari dalam tas dia mengeluarkan beberapa lembar kertas, merupakan hasil foto copy dari lembaran resep obat yang pernah diberikan oleh dokter di Bandung yang merawat Pak Ardi. Bu Marianne memberikan lembaran kertas itu pada dokter yang sekarang sedang merawat suaminy
Vino mulai kesal karena merasa urusan pencairan cek dipersulit.Dengan menahan emosi, Vino bertanya, “Apakah cek ini bisa dicairkan di bank ini? Kalau misalnya tidak ada uang tunai sebesar 500 juta di bank ini, ya bilang saja tidak bisa. Jadi saya tidak perlu terus saja duduk di sini, menjawab pertanyaan, padahal ternyata kantor bank ini tidak sedia uang tunai sebesar itu.”“Ada Pak. Jangankan 500 juta, kalau Anda mau mencairkan cek senilai 5 miliar, ada dananya.”“Kalau begitu, kenapa banyak sekali pertanyaan yang mesti saya jawab?”“Mohon maaf Pak, kami hanya melaksanakan tugas untuk verifikasi data dari penyandang dana ....” petugas CS itu melihat ada chat dari manajer kantor.[Done.]Petugas CS menoleh lagi ke arah Vino. “Baiklah Pak, cek akan kami cairkan. Silakan Anda menunggu sebentar, karena dana akan diberikan di kasir, bukan di meja CS.”Vino pindah duduk ke depan meja Teller. Beberapa saat kemudian, dia dipanggil. Vino cukup deg-degan melihat kasir bank menghitung uang dala
Vino sudah masuk ke sebuah bank yang merupakan kantor cabang, dengan bangunan cukup besar. Vino mengambil nomor antrean, lantas duduk menunggu dengan perasaan campur aduk, berharap cek 500 juta di tangannya bisa cair tanpa banyak pertanyaan dari pegawai bagian Customer Service. Cek itu terhubung ke rekening pribadi Pak Ardi. Bahkan semua cek di tangan Vino terhubung ke rekening Pak Ardi.Pak Ardi memang lupa PIN-nya saat hendak transfer ke rekening M-Banking mi8lik Vino. Tetapi untuk pencairan cek, tidak perlu PIN. Hanya saja Vino agak khawatir jika cek dengan nilai besar akan jadi bahan pertanyaan dari pihak bank di wilayah ini. makanya Vino berencana mencairkan cek lain, di Pulau Jawa. Setelah semua uang cair, Vino sudah ancang-ancang akan pergi ke luar negeri, supaya tidak ditagih jatah oleh Wandi. Vino sudah memikirkan negara yang bakal ditujunya, negara ASEAN, karena bebas visa.Vino bicara dalam hati, “Mungkin aku akan ke Filipina dulu, untuk sembunyi dari si Wandi. Nanti kalau
Vino tidak pernah mengira, ponselnya yang tertinggal di pujasera Makassar, pada akhirnya sampai ke tangan keluarga Marco. Banyaknya foto Marco pada galeri ponsel tersebut, mengundang kecurigaan, sehingga didatangkanlah seorang penerjemah untuk menafsirkan aksara Rusia yang dipakai dalam chat. Hingga akhirnya terbongkarlah kejahatan Vino dan Wandi, yang merupakan perencana dari penculikan Marco.Keluarga Marco, yang terdiri dari Bu Marianne dan putra sulungnya, Zakki Wiratama, sudah tiba di markas besar POLRI di Jakarta. Mereka diantar oleh pengacara senior Darwis Nasution dan dua orang asistennya. Bu Marianne sudah membawa identitas dirinya sebagai keluarga Pak Ardi dan Marco. Dia juga membawa surat pernyataan dari dokter yang merawat Pak Ardi, bahwa Pak Ardi berada dalam kondisi fisik yang lemah, dan mental yang tidak stabil. Surat dari dokter tersebut untuk melengkapi berkas permintaan pemblokiran empat rekening milik Pak Ardi. Karena untuk memblokir rekening milik orang lain, wala
Vino tidak mengira jika Pak Ardi, seorang pengusaha konstruksi, begitu mudah bisa diperdayainya. Tadinya dia pikir bakal sulit meyakinkan Pak Ardi untuk memberikan uang tebusan untuk Marco, ternyata cukup mudah. Memang urusan keselamatan anak membuat orang tua menjadi sulit berpikir jernih.Ide untuk membuat skenario penculikan Marco berawal dari pikiran Wandi, karena sebagai atasan, Wandi tahu latar belakang Marco yang berasal dari keluarga kaya. Wandi mengira Marco sedang berkonflik dengan orang tuanya, sehingga Marco memilih untuk menjauh, bekerja di luar Jawa. Ketika itu Wandi mengatakan bahwa seburuk apapun hubungan orang tua dan anak, tapi jika anaknya berada dalam bahaya, maka orang tua akan berusaha menyelamatkannya.Wandi sebagai Manajer Distribusi, punya wewenang memindahkan pegawai. Maka Wandi memindahkan Vino ke kantor di wilayah timur, di dekat bandara besar. Di sana, Vino bertugas untuk mencari beberapa warga lokal yang bersedia bekerja sama untuk “mengamankan” Marco. Aw
Pak Ardi berniat melakukan transfer sejumlah uang ke rekening Vino, melalui M-Banking. Beberapa saat Pak Ardi terdiam, lantas coba membuka akunnya. Dia terdiam lagi.“Saya lupa PIN-nya.” gumam Pak Ardi.“Bukankah Bapak punya rekening di empat bank? Mestinya ada akun lain lagi.”Pak Ardi memijat-mijat keningnya. “Saya tidak ingat PIN-nya.”“Apakah dari empat rekening itu, PIN-nya sama semua?”“Seingat saya berbeda-beda.”“Apakah PIN itu tanggal tertentu yang dianggap penting? Tanggal pernikahan mungkin?”“Mungkin ... saya lupa ... saya sudah beberapa kali menikah, ada yang resmi, ada yang siri.”“Astaga!” Vino garuk-garuk kepala. “Coba tanggal pernikahan dengan ibunya Marco, mungkin jadi salah satu PIN?”“No, saya rasa PIN saya bukan tanggal pernikahan.”“Oke, mungkin tanggal lahir istri, atau tanggal lahir Bapak sendiri?”“No, tanggal lahir, tanggal pernikahan, itu mudah ditebak. Kalau PIN mudah ditebak, sudah lama M-Banking saya terkuras, karena saya sering menggeletakkan hape saya d







