Share

Bab 4

Penulis: Isha
Lima hari kemudian, Sandi pulang bersama Zita.

Begitu masuk, pandangan Kania langsung tertarik pada kalung mencolok di leher Zita.

Dia hanya melirik sebentar, lalu menurunkan pandangannya lagi.

Ternyata tebakannya tidak salah, kalung itu memang untuk Zita.

Lalu, apa yang ingin dikatakan Sandi waktu itu, yang akhirnya terpotong?

Di depan Sandi, Zita selalu bersikap akrab pada Kania, bahkan langsung meraih tangannya.

"Kania, pasti kamu bosan sendirian di rumah, ya? Aku beli banyak barang. Lihat, ada nggak yang kamu suka?"

Sambil berbicara, dia melepas mantelnya dan menarik Kania menuju tumpukan kotak-kotak itu.

Kania menggeleng dan menolak berkali-kali, Zita menatapnya dengan kesal. Nada suaranya mengandung makna yang tidak jelas.

"Kenapa kamu bersikap begitu? Anggap saja ini hadiah dari calon tante untukmu, oke?"

Mendengar kata "calon tante", Kania langsung menatap ke atas dan langsung melihat tanda ciuman besar di leher Zita, hatinya bergetar sedikit.

Dalam foto yang dikirim Zita, ada satu foto yang diambil menghadap ke tempat tidur besar di hotel. Saat itu dia belum mengerti kenapa foto itu diambil.

Sekarang melihat bekas-bekas ciuman itu, dia langsung mengerti. Kepalanya tertunduk dan dia tidak berkata apa-apa lagi.

Sambil membantu Kania membuka kotak-kotak itu, Zita mulai membicarakan tentang pesta malam ini.

"Sandi, kita ajak juga Kania ke pesta ulang tahun Lisa. Mereka 'kan seumuran, pasti bisa akrab."

Mendengar tentang pesta malam itu, Kania terdiam sejenak.

Sejak orang tuanya meninggal dan tinggal di rumah Keluarga Buwono, Sandi tidak pernah mengajaknya ke pesta apa pun.

Bukan karena apa-apa, hanya saja beberapa orang suka membicarakannya di belakang, mengatakan bahwa dia adalah parasit.

Kali ini, Sandi tetap menggelengkan kepala dan tidak setuju.

Zita memeluk tangan Sandi dan mulai bermanja. Katanya dia akan bosan pergi sendiri dan memaksa Kania untuk menemaninya.

Sandi akhirnya menyerah, meski dengan enggan, akhirnya dia menyetujui dengan lembut.

Melihat betapa mesranya mereka, Kania menundukkan kepala, bibirnya tersenyum tipis.

Dalam dunia Sandi, Zita memang sosok yang sangat spesial. Dia akan melepaskan semua batasan yang dulu dia pegang hanya untuk wanita itu.

Sepertinya, Om benar-benar menyukai Zita.

Asalkan Sandi bahagia, meskipun bukan dia lagi yang mendampingi, dia bisa pergi dengan tenang.

Suasana pesta dipenuhi bunyi gelas beradu, tamu datang silih berganti.

Kania berdiri sendirian di sudut ruangan, menatap Sandi yang tak henti-hentinya menggantikan Zita meneguk segelas demi segelas alkohol, sementara dia hanya diam menikmati jus di tangannya.

Beberapa gadis tertawa dan berjalan melewatinya, tanpa sengaja menumpahkan anggur merah ke tubuhnya dan langsung meminta maaf.

Dia tidak mempermasalahkan kejadian itu dan berniat pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Sebelum pergi, dia menyerahkan ponsel dan tasnya pada Sandi.

Sepuluh menit kemudian, saat dia kembali, dia melihat Sandi memandangnya dengan alis berkerut dan suara yang terdengar aneh.

"Tantemu baru saja menelepon, dia tanya kamu sedang sibuk atau nggak. Aku bilang kamu sedang sibuk, katanya nanti dia akan menelepon lagi."

Mendengar kata "tante", Kania langsung merasa tegang.

Untungnya tidak ada pembicaraan tentang pergi ke luar negeri, wajahnya sedikit lebih rileks.

Sandi tentu saja menyadari perubahan sikap Kania, dan dia tidak tahan untuk bertanya lebih lanjut.

"Sejak kapan kamu mulai berhubungan dengan tantemu?"

"Dua minggu yang lalu, dia minta aku kirimkan beberapa foto Kakek dan Nenek."

Kania mencari alasan seadanya. Sandi terlihat seperti lega dan tidak curiga lagi, dia berbalik dan merapikan rambut Zita yang berantakan.

Kania mengambil kembali ponsel dan tasnya, berbalik dan berniat kembali ke sudut.

Detik berikutnya, menara sampanye yang tinggi terguling, langsung menuju ke arah Kania dan Zita.

"Hati-hati!"

Sandi yang berada paling dekat dengan mereka, langsung menarik Zita terlebih dahulu ke tempat yang aman, melindungi wanita itu dengan pelukannya.

Prang!!!

Terdengar suara keras, menara sampanye itu ambruk dan menimpa Kania yang tidak sempat menghindar.

Pecahan kaca berserakan, Kania terjatuh ke lantai. Darahnya mengalir deras, segera merembes ke gaun putihnya, terlihat sangat mengerikan.

Kejadian yang tiba-tiba ini membuat semua orang terkejut. Meski tidak terluka, Zita ikut menangis ketakutan.

Melihat Kania yang penuh darah di lantai, dan Zita yang menangis di pelukannya, Sandi hanya ragu sejenak saja, lalu memutuskan untuk bertindak.

"Antar dia ke rumah sakit."

Dia memberi perintah pada pengawal di sampingnya, kemudian segera menggendong Zita dan pergi.

Baru setelah kedua orang itu menghilang dari pandangan, Kania berdiri dengan terhuyung-huyung, di bawah tatapan iba dari tamu-tamu yang lain.

Sudah pukul satu pagi ketika dia selesai mengobati lukanya dan sampai kembali di rumah.

Dokter menjahit lebih dari sepuluh jahitan, lalu menyarankan agar dia dirawat inap, namun dia menolak, hanya mengambil beberapa obat dan pulang.

Sandi belum juga kembali.

Dia mematikan lampu dan berbaring di tempat tidur, menatap langit-langit yang gelap sambil termenung.

Rasa sakit yang menjalar di tubuhnya membuat susah tidur.

Setelah berbaring gelisah sampai jam tiga, akhirnya dia terlelap sedikit.

Tiba-tiba, lampu ruang tamu menyala.

Sandi pulang, tubuhnya penuh dengan bau alkohol, langkahnya sempoyongan saat naik ke lantai atas.

Dia tidak langsung masuk kamar tidur, tapi pergi ke kamar paling ujung, menuju ruang kerja lamanya, membuka pintu dengan perlahan.

Kania tidur dengan gelisah. Ketika dia berbalik, luka di tubuhnya tertarik, membuatnya mengerang pelan dalam tidurnya.

Suara lembut itu terdengar oleh Sandi.

Mengikuti sumber suara itu, dia berjalan ke tepi ranjang, lalu membungkuk dan merengkuh orang di atas ranjang ke dalam pelukannya.

Satu tangannya menyibak baju tidur Kania dan menyentuh pinggangnya yang halus serta ramping.

Satu tangan lagi mengangkat dagunya dan langsung mencium bibirnya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rna 1122
enak aja luuu sandi udah nyakitin kayak gitu masih brani" nya ya lu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Mencintai dalam Diam   Bab 26

    Meskipun Keluarga Kurnia bukan dari kalangan pejabat atau pedagang kaya, mereka selalu dihormati di Jintara berkat warisan budaya literatur mereka yang sudah turun-temurun.Hingga generasi Zita, Keluarga Kurnia hanya memiliki satu anak perempuan, sehingga mereka membesarkannya dengan penuh perhatian, mencurahkan banyak sumber daya sejak kecil untuk memastikan masa depan cerah yang dapat mendukung keluarga.Untuk itu, Keluarga Kurnia secara khusus mengundang seorang maestro seni lukis tradisional yang paling terkenal di negeri ini untuk mendidik Zita sejak kecil. Dengan reputasi sebagai murid langsung dari Pak Jayadi, Zita berhasil menciptakan nama besar di dunia seni lukis meski usianya masih muda.Melalui Pak Jayadi pula Zita bisa mengenal Sandi.Ketika berita pertunangan mereka menyebar, Keluarga Kurnia sangat gembira, mengira inilah kesempatan untuk mencapai puncak kesuksesan.Namun, tidak sampai satu bulan kemudian, berita bahwa Zita diusir dari vila Keluarga Buwono menyebar luas d

  • Mencintai dalam Diam   Bab 25

    Setelah upacara pembukaan selesai, Kania mengantar keluarga tantenya keluar dari kampus, lalu berbalik menuju fakultasnya.Baru saja sampai di gerbang, dia mendongak dan langsung bertemu dengan sepasang mata yang sangat tidak asing.Entah kenapa, setelah sepenuhnya melepaskan perasaan itu, setiap kali bertemu Sandi, dia selalu merasa seperti anak kecil yang ketahuan berbuat salah oleh orang tuanya.Rasanya persis seperti saat dia diam-diam memberikan kalung ibunya kepada temannya dan ketahuan.Apakah ini yang disebut wibawa dari seorang senior?Bertemu langsung seperti ini, dia tidak mungkin berpura-pura tidak melihatnya. Dengan gugup, dia maju untuk menyapa Sandi."Om, kenapa Om ke sini?"Melihat matanya yang menghindar, hati Sandi terasa sakit.Namun, dia menekan gejolak emosinya dan berpura-pura tenang."Aku datang untuk melihat upacara pembukaan."Kania mengangguk pelan tanpa berkata apa-apa lagi.Keduanya berjalan dalam diam, perlahan memasuki fakultas.Keheningan ini membuat Sand

  • Mencintai dalam Diam   Bab 24

    Sejak mengetahui bahwa Nona Kania bukan kabur dari rumah melainkan pindah ke luar negeri, dahi pengurus rumah selalu berkerut.Dulu, saat Nona Kania masih di sini, jika mereka melakukan kesalahan, masih ada yang membela mereka.Selama Nona Kania yang bicara, kesalahan sebesar apa pun, Sandi pasti akan memaafkannya.Karena sekarang dia tidak ada, yang menderita adalah para pelayan di bawah Sandi.Entah kenapa, Sandi belakangan ini tidak hanya murung, tetapi juga gemar mencari kesalahan.Juru masak tidak memasak bubur pagi, Sandi langsung marah besar. Juru masak yang panik hanya bisa buru-buru memasak sambil menggerutu. "Nona Kania nggak ada, Pak Sandi sendiri juga nggak suka bubur. Wajar dong, kalau nggak dimasak?"Tukang kebun memangkas dua pohon di halaman, gajinya langsung dipotong dua bulan. Tukang kebun itu berpikir keras, tetapi tidak mengerti. Bukankah dua pohon itu ditanam oleh Nona Kania, yang sebelum pergi terus berpesan agar sering dipangkas supaya bisa tumbuh tinggi? Apa yan

  • Mencintai dalam Diam   Bab 23

    Setelah tiba di Jintara, asisten yang pengunduran dirinya ditolak langsung datang menjemput Sandi dengan mobil.Setelah melewati peristiwa ini, asisten itu melihat banyak hal dengan lebih jelas. Sekarang dia bekerja dengan sungguh-sungguh, pikirannya hanya tertuju pada atasannya dan Nona yang pernah menyelamatkan nyawanya.Selama dua hari ini, ponselnya hampir tidak berhenti berdering karena masalah pernikahan yang dibatalkan. Namun, dia tetap tutup mulut, tidak mengungkapkan sepatah kata pun.Kini bosnya sudah kembali, beban dan tekanan yang dia pikul akhirnya bisa dilepaskan, membuat suasana hatinya jauh lebih baik.Satu-satunya masalah adalah suasana hati bosnya tampaknya tidak terlalu baik, sehingga dia menyampaikan laporan dengan nada yang sangat hati-hati."Pak Sandi, meskipun pernikahan telah dibatalkan, Nona Zita terus membuat keributan. Kemarin dia bahkan membawa barang-barangnya dan pindah ke vila, tinggal di kamar yang dulu dihuni oleh Nona Kania."Mendengar hal ini, Sandi l

  • Mencintai dalam Diam   Bab 22

    Kemala tidak bicara, hanya memandanginya dengan tatapan tajam.Malam musim panas yang terik membuat Sandi berkeringat dingin di bawah tatapan itu.Sandi mengira Kemala tidak mendengarnya dengan jelas, dan saat hendak bertanya lagi, Kemala akhirnya berbicara."Kania bilang hari ini hari pernikahanmu. Kenapa kamu ada di Zelandia? Pengantin pria nggak perlu menghadiri pernikahan sendiri, ya?"Nada suaranya terdengar sangat tenang, tetapi kata-katanya mengguncang hati Sandi seperti badai besar.Di bawah tekanan dan aura kuatnya, akal sehat Sandi yang sempat hilang akhirnya kembali."Pernikahan dibatalkan.""Kenapa dibatalkan? Apa karena mau menemui Kania? Apa Om Buwono tahu soal ini?"Kemala tidak memberinya kesempatan untuk bernapas sama sekali. Rentetan pertanyaan itu seperti butiran mutiara yang jatuh ke piring keramik, menimbulkan suara gemerincing.Setelah beberapa menit hening, Sandi akhirnya memaksa dirinya memberikan jawaban."Dibatalkan sebelum aku datang. Ini nggak ada hubunganny

  • Mencintai dalam Diam   Bab 21

    Setelah Kania membawa Liana pergi, Sandi duduk sendirian di ruang pribadi hingga langit gelap.Baru setelah pelayan masuk untuk membereskan meja dan dengan hormat mengatakan bahwa restoran akan tutup, dia membayar ganti rugi atas barang-barang yang rusak, lalu meninggalkan restoran itu dengan linglung.Dalam gelapnya malam, lampu jalan mulai menyala di mana-mana.Saat dia membuka ponselnya, ada lebih dari seratus panggilan tak terjawab dan 99+ pesan yang belum dibaca.Ada dari Zita, dari orang tuanya, dari teman-temannya, dan dari pembawa acara.Pembawa acara?Oh, benar. Hari ini adalah hari pernikahannya. Dia hampir lupa.Namun, ingat atau tidak, apa bedanya?Pernikahan ini pada dasarnya hanya pura-pura. Sebuah sandiwara yang diatur olehnya dan Zita untuk menghancurkan delusi Kania terhadap dirinya.Apa yang dia inginkan sudah didapatkan tanpa usaha berarti, jadi pernikahan ini tidak lagi diperlukan.Mengingat bagaimana selama dua bulan ini dia menahan rasa tidak nyaman, berpura-pura

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status