Share

episode 4

Author: Shakura
last update Last Updated: 2021-05-31 02:44:14

Sama dengan buku yang sudah aku punya. Pikiranku menerawang dengan sukses.

“It’s ok,” jawabnya sambil tersenyum manis.

Aku serasa meleleh melihat senyumannya dengan lesung pipi kembarnya.

“Sadar Ara,” ucapku sambil menepuk-nepuk pipiku sendiri. Sedangkan cowok yang aku tabrak tadi sudah menghilang entah kemana.

Entah berapa lama aku tertegun, yang pastinya pria tersebut sudah tidak kelihatan lagi.

Setelah puas melihat-lihat dan membaca-baca buku, akhirnya aku memutuskan untuk pulang kerumah karena hari sudah mau maghrib.

Sampai dirumah, aku langsung mandi untuk membersihkan diri terlebih dahulu dan bersiap-siap untuk menunaikan sholat maghrib berjamaah.

Beginilah suasana rumah setiap harinya, jika maghrib sudah menjelang, disaat siang sudah berganti dengan malam.

Setiap malamnya, semua anggota keluarga termasuk penjaga rumah, tukang kebun, dan supir selalu sholat maghrib berjamaah dengan ayah sebagai imamnya.

Usai sholat maghrib berjamaah, dilanjutkan dengan membaca ayat suci Al-qur’an.

Selesai menjalankan ibadah, barulah kami makan malam bersama.

Semua anggota keluarga akan berpencar kembali setelah selesai makan malam.

Ada yang menonton Televisi di ruang keluarga, ada juga yang kembali melanjutkan pekerjaan yang tadi sempat tertunda.

***

Hari ini bunda pulang, setelah meninggalkan rumah selama lebih kurang satu bulan. Aku memutuskan untuk menjemput bunda ke bandara.

Tadi pak Karim supir keluarga sudah menawarkan untuk menjemput bunda, akan tetapi aku menolak. Karena aku ingin menjemput bunda sendirian.

Sekalian aku mau melepas rindu dan curhat dengan bunda yang sudah lama tidak bertemu.

Sesampainya di Bandara, aku menuju tempat parkir. Setelah memarkirkan mobil, aku turun, dan berjalan ke tempat penjemputan.

Lebih kurang menunggu selama dua jam, akhirnya pesawat yang bunda tumpangi mendarat dengan selamat.

Aku melambai-lambaikan tangan melihat kearah bunda.

Bunda langsung berjalan menuju tempatku berdiri dan kami berjalan menuju tempat parkir.

“Apa kabar Bunda?” tanyaku sambil memeluk Bunda.

“Bunda sehat sayang. Ayah gimana kabarnya?” tanya bunda yang tidak bisa lepas dari belahan jiwanya

“Ayah juga sehat Bunda,” jawabku sambil tersenyum.

“Alhamdulillah,” jawab Bunda dengan senyuman khasnya.

“Dion sama Ayu, gimana sekolahnya?” Bunda menanyakan sekolah adik-adikku lebih lanjut.

“Alhamdulillah, lancar Bunda,” ujar Ara.

“Syukur lah, semuanya baik-baik saja selama Bunda tinggalkan,” jawab Bunda 

Sebelum pulang kerumah, kami mampir dulu ke restoran karena sudah jam makan siang.

Sambil menunggu makan yang telah dipesan, aku mulai menanyakan kegiatan bunda selama di Singapura.

Sampailah obrolan pada masalah perjodohanku. Intinya aku curhat sama bunda, manatau dengan curhat sama bunda, bunda bisa membujuk ayah untuk membatalkan rencana perjodohan tersebut.

Akan tetapi, semua curhatku hanya sia-sia saja, karena itu sudah keputusan final dari ayah dan bunda.

Berarti sudah tidak bisa digoyahkan lagi dengan rengekan dan rayuanku. Ya sudahlah, aku hanya bisa pasrah saja.

“Bunda sudah mengenal orangnya dengan baik?” Aku mulai mencari informasi dari Bunda

“Pastinya. Kalau nggak kenal nggak mungkin Bunda setuju, sayang!” jawab Bunda.

“Boleh tau gimana ciri-cirinya, Bunda?” tanyaku lagi.

“Ciiieeee, yang mulai penasaran,” Bunda malah meledek ku.

“Bunda nih. Orang nanya serius malah diledekin,” desah Ara.

“Jangan cemberut gitu sayang. Ntar kamu juga akan tau dengan orangnya,” Bunda menambahkan.

“Nggak Bunda, Nggak Ayah, sama saja,” kesalku dengan wajah cemberut.

“Percayalah dengan pilihan orang tua. Kalau nggak terbaik nggak mungkin akan dipilih,” Bunda berusaha meyakinkan hatiku.

“Ini yang Ara takutkan. Gimana dengan orangnya. Apa bisa nerima Ara?” ucapku ragu.

“Ya bisalah sayang. Jangankan dia, orang tuanya saja sangat menyukai Ara,” jawab sang Bunda penuh semangat

“Tambah takut jadinya,” ucapku lesu

“Jangan takut. Semuanya nggak akan dipaksakan kok. Semuanya akan kembali kepada kalian nantinya. Makanya jangan jadi beban,” Bunda memberikan nasehat untuk menenangkan hatiku yang mengkhawatirkan banyak hal.

***

Jam sudah menunjukkan pukul 08.00 malam, aku menyusun strategi dan penawaran jawaban yang akan aku berikan pada ayah besok.

Aku mulai memikirkan semua kemungkinan yang akan terjadi.

Aku memutuskan untuk menerima perjodohan itu, dengan beberapa syarat yang akan diajukan kepada ayah dan bunda.

Beberapa syarat yang akan aku ajukan tersebut, telah kutulis dikertas, agar besok tidak lupa.

Setelah selesai memikirkan dan mencatat semuanya, aku menuju kasur untuk istirahat.

Mudah-mudahan ini adalah pilihan yang tidak akan aku sesali seumur hidupku.

Karena, aku sangat yakin, jika ayah yang sudah memilih, pasti semuanya akan baik-baik saja. Sesuai dengan nasehat bunda kemaren. Meskipun, sebenarnya hati kecilku menolak untuk dijodohkan, tapi apalah daya.

Aku menyerahkan semuanya kepada Yang Maha Kuasa, yang telah mengatur segalanya.

Tidak akan ada sehelai daun pun yang jatuh kebumi, kecuali izin Allah.

Begitu juga dengan nasib dan takdirku. Semua sudah ketetapan dari yang Maha Kuasa, aku hanya bisa menjalani semuanya sambil berusaha dan berdo’a.

***

Suara kicauan burung terdengar sangat merdu menyambut datangnya pagi yang indah.

Aku beranjak dari kasur, untuk membuka jendela kamar dan menghirup udara pagi yang segar sebanyak-banyaknya.

Paru-paru terasa sangat lapang dengan udara pagi yang bersih dari polusi dan terasa sangat sejuk.

Hari ini adalah hari dimana aku akan memberikan jawaban dari perjodohan tersebut.

Aku berjalan ke kamar mandi untuk mandi terlebih dahulu, setelah mandi baru turun ke bawah.

Pagi ini aku akan membicarakan semuanya dengan ayah.

Aku ingin cepat-cepat menyampaikan “proposal” yang sudah aku tulis semalam.

Agar semuanya cepat selesai. Supaya semuanya kembali seperti semula dan beban pikiranku akan hilang dengan tidak  memikirkan perjodohan lagi.

“Semoga saja dikabulkan ayah,” harapku dalam hati sambil memandang “proposal” yang telah ditulis semalam.

“Ayah dimana Bunda?” tanyaku saat tidak melihat ayah di ruang keluarga. Di meja makan juga tidak ada ayah.

“Ayah di ruang kerjanya, Kak. Langsung kesana saja Kak, sudah ditunggu ayah dari tadi." Terdengar interupsi Bunda panjang lebar dengan wajah yang dihiasi senyuman.

Sepertinya ayah juga sudah tidak sabar menunggu jawabanku.

Akupun terus berjalan melangkahkan kaki menuju ruang kerja ayah.

Setelah mengetuk pintu ruang kerja ayah dengan mengucapkan salam, ayah pun mempersilahkan aku masuk, aku langsung duduk di sofa empuk yang tersedia diruangan kerja ini.

“Gimana?” tanya Ayah langsung to the point

Aku menggosok-gosok kepalaku yang tidak gatal, sebelum mulai menyampaikan permintaanku.

“Ara akan menerima perjodohan ini, Yah,” jawabku sambil menghela nafas panjang.

“Sudah Ayah duga,” jawab Ayah penuh semangat.

“Tapi, Ara ada beberapa permintaan, Yah!” jawabku dengan wajah memohon.

“Sebutkanlah, apa permintaannya,” jawab Ayah.

“Pertama, Ara meminta perjodohannya tahun depan. Kasih Ara waktu satu tahun untuk berbenah dan mempersiapkan diri. Kedua, dalam satu tahun kedepan Ara maunya tinggal di apartemen. Ketiga, Ara ingin melukis kembali. Keempat, ara tidak ingin diawasi oleh orang kepercayaan Ayah!” Aku memberikan beberapa permintaan kepada Ayah.

“Ini permintaan, atau proposal permohonan?” komentar Ayah.

“Lebih kurangnya seperti itu, Ayah,” jawabku sambil tertawa untuk menyembunyikan perasaan gugup karena jantungku yang sudah berdegup sangat kencang.

“Hanya segitu permintaannya? Atau ada tambahan yang lainnya lagi?” Ayah menambahkan.

“Segitu saja sudah cukup, Ayah,” jawabku sambil tersenyum.

“Yakin akan tinggal di apartemen lagi?” tanya Ayah penuh selidik.

Jantungku memompa darah dengan sangat cepat menunggu kata-kata selanjutnya dari ayah.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mencintaimu Kesalahan Terbesarku   episode 96

    Memikirkan malam pertama saja sudah membuat kepala Ara terasa berat, apalagi memikirkan cucu seperti yang di bicarakan oleh mamah mertuanya dengan sang bunda.Setelah merasa baikan, Ara kembali ke depan dengan mamah mertuanya dan juga sang bunda yang berdiri di kiri dan kanannya.Bianca juga sudah berdiri dengan anggunnya di depan pelaminan.“Terima kasih, Kak. Akhirnya doa aku di kabulkan sama Tuhan.” Ara tersenyum kepada Bianca seraya mengusap kepala gadis itu dengan sayang. Gadis yang semenjak kenal dengannya sudah di anggapnya sebagai adik itu, hari ini resmi menjadi adik iparnya.Selanjutnya di lanjutkan dengan sesi pemotretan untuk para tamu yang masih tersisa dan foto foto bersama keluarga lainnya.Akhirnya rangkaian acara pesta pernikahan Gilang dan Ara selesai juga. Besoknya adalah hari yang paling membahagiakan bagi pasangan pengantin baru tersebut. Gilang sudah menyusun rencana honeymoon mereka dengan sangat matang tanpa meli

  • Mencintaimu Kesalahan Terbesarku   episode 95

    “Sudah, lanjutkan jalannya, tidak enak dilihatin sama para tamu undangan.”“Tapi…” Fenna dan Carista menarik Ara pelan agar terus berjalan.DiantaraTanpa sadar mata Ara memperhatikan tulisan namanya di dinding aula yang tertulis dengan sangat indah dengan tinta gold, terpajang di atas panggung pelaminan. Kemudian, dia melihat senyum cerah seseorang yang menunggunya di atas panggung sana. Air mata Ara menetes tanpa bisa ditahannya. Pria misterius tersebut malah tertawa saat melihat wanita yang sekarang telah resmi menjadi istrinya itu menangis.“Selamat ya sayang.” Ara melihat ayah dan bunda nya yang tertawa ke arahnya. Ara benar benar menangis karena semua orang telah mengerjainya dengan sangat bagus. Hingga teguran dari sang bunda membuatnya kembali melanjutkan langkah kakinya menuju panggung.“Istriku cantik banget hari ini,” bisik Gilang seraya mengulurkan tangannya kepada Ara. Gilang langs

  • Mencintaimu Kesalahan Terbesarku   episode 94

    Perjalanan menuju tempat pernikahan membuat Ara berdebar debar. Gadis itu harus menghirup dan menghembuskan nafasnya beberapa kali untuk mengurangi rasa gugup yang datang menghapirinya.Di belokan pertama, kepala Ara mulai mengernyit pasalnya dia masih ingat dengan jalanan itu, jalan menuju hotel yang di lihatnya bersama Gilang waktu itu. Tetapi masih berpikir positif, mungkin saja jalannya memang sama, lagian dia juga tidak hafal dengan jalan di Negara ini.Hingga akhirnya mobil berbelok menuju Axana Hotel. Kakinya langsung gemetar, kenapa bisa di sini. Bukannya ini tempat yang di reservasi Gilang waktu itu?“Kok kita ke sini, bunda?” Fenna menoleh kemudian tersenyum. Carista dan Ayu yang duduk di sampingnya juga ikut tersenyum.“Iya, memang tempat pernikahannya di Axana Hotel sayang.” Mata Ara melebar. Posisi duduknya langsung menjadi tidak nyaman.“Ini tempat Gilang akan menikah juga hari ini.” Fenna pur

  • Mencintaimu Kesalahan Terbesarku   episode 93

    “Wow, kamu hebat, Kia. Hidung Belinda mengalami patah tulang dan tangannya juga parah,” sahut David dengan mata yang tidak beralih dari layar gadget nya.“Kamu tau dari mana?” Ara menoleh kepada David.“Lihat berita online Kia. Berita kamu menjadi trending topic hari ini,” puji David penuh semangat.“Itu jurus dapat dari mana?” Gilang menghentikan mobilnya di cafe terdekat karena mereka harus mencari tempat duduk agar dia bisa mengorek informasi dari gadis pujaannya itu.“Itu namanya jurus terdesak. Aku tidak menyangka jika akan separah itu.” Ara tertawa bahagia setelah melihat berita yang disodorkan oleh David kepadanya. Sungguh diluar dugaan, jika dia bisa membuat Belinda terluka parah.David menatap Ara dengan bergidik “Lha, jurus terdesak saja sangat gawat efeknya, apalagi jurus yang memang sudah di rencanakan.”“Sekarang aku lagi mempersiapkan jurus rahasia bu

  • Mencintaimu Kesalahan Terbesarku   episode 92

    “Kapan kejadiannya?” tanya Gilang dengan wajah memucat.“Kenapa? Tumben kamu peduli. Biasanya juga tenang saja saat melihat video seperti itu.” David menatap Gilang dengan kening berkerut.“Kapan kejadiannya?” Gilang mengulang pertanyaannya dengan suara yang lebih keras.“Kejadiannya baru sekitar sepuluh menit yang lalu.” Gilang segera menyambar kunci mobil yang terletak di atas meja setelah mendengar jawaban David.“Hei, kamu mau ke mana? Aku ikut.” Gilang mempercepat langkahnya seraya menghubungi Ara, sialnya gadis itu malah tidak menjawab panggilannya.“Ada apa sih, Lang? Kok panik banget?” David berjalan dengan setengah berlari untuk mengejar Gilang yang telah masuk ke dalam mobil.“Perhatikan cewek yang ada dalam video tersebut.” David memutar ulang video tersebut.“Belinda kan? Judul beritanya juga nama dia kok,” ucap David dengan nad

  • Mencintaimu Kesalahan Terbesarku   episode 91

    “Kapan kamu terakhir kali bertemu dengan Kiara?” tanya Belinda yang masih belum yakin dengan penglihatannya.Gilang menatap Belinda dengan rasa benci yang mendalam akan tetapi dia berusaha untuk tenang. Walau bagaimana pun, Gilang tidak ingin gegabah dalam menghadapi ular betina ini, salah salah langkah bisa bisa nyawa Kia yang akan menjadi korbannya.“Tahun lalu,” ucap Gilang dengan tatapan yang tidak terlepas dari Belinda. Dia terus mengamati gerak gerik perempuan licik tersebut.“Owh, sudah lama banget rupanya,” sahut Belinda berusaha menyembunyikan rasa terkejutnya akan tetapi bukan Gilang namanya jika dia tidak bisa mengetahui perangai Belinda.“Jangan pernah menyentuh Kiara, karena dia tidak ada hubungan sama sekali dengan aku. Satu hal yang harus kamu ingat, jika kamu mengganggunya maka bisa aku pastikan kamu akan menerima akibatnya dan akan membusuk di penjara,” ucap Gilang seraya mencengkram lengan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status